Kamis, 28 Mei 2020
Balada
Buku di Era Modern
Oleh
: Nur Rakhmat
Banyak
yang lupa, jika tanggal 17 Mei merupakan hari Buku Nasional. Buku sebagai
jendela dunia dan cakrawala pengetahuan, tentu banyak mengalami perkembangan. Apalagi
semenjak teknologi komunikasi semakin meningkat, di satu sisi buku, tetap di
hati pencintanya, namun di sisi lain buku semakin tertelan maraknya media
sosial dan segala bentuk informasi digital yang ada.
Padahal
dengan buku kita bisa tahu hal yang belum kita ketahui, kita bisa menjelajah
dunia yang belum pernah kita rambah, kita juga dapat melakukan perjalanan ke
ruang angkasa menelusuri bintang-bintang dan menyusuri dalamnya samudra serta mensyukuri
segala karunia Tuhan dengan buku. Serta kita bisa bangkit dari keterpurukan dan
mejadi lebih kuat dari sebelumnya juga dengan buku.
Momentum
Hari Buku Nasional
Buku
sebagai salah satu sarana mencapai tingkatan tertinggi ilmu pengetahuan dan sebagai
penyalur budaya untuk membentuk karakter positif tentu sangat penting perannya
dalam pembentukan karakter pembacanya, khususnya bagi siswa sebagai generasi
bangsa. Terlebih buku sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter positif
siswa melalui membaca dan menulis sebagai bentuk literasi siswa.
Maka,
hemat penulis, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendorong siswa semakin
tertarik membaca buku. Pertama, optimalkan komunitas cinta buku dengan kegiatan
bedah buku dan diskusi buku. Hemat penulis, hal ini sangat efektif, karena bisa
menumbuhkan sikap ilmiah dan kritis di antara mereka, sehingga dengan sikap
kritis tersebut, bisa muncul pemikiran baru yang berdampak positif dalam
pembangunan fisik maupun mental bangsa.
Kedua,
wujudkan perpustakaan atau taman baca yang representatif dan nyaman untuk
membaca disertai fasilitas internet. Selain bisa menambah animo siswa untuk
membaca, fasilitas internet bisa semakin menambah khasanah ilmu pengetahuan
yang didapat. Misalnya, siswa bisa mengakses infromasi digital bahkan e-book untuk melengkapi apa yang belum
mereka temukan di buku fisik.
Ketiga,
mengefektifkan perpustakaan digital. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuka
akses luas kepada siswa dan masyarakat untuk bisa berkunjung ke perpustakaan
digital yang disediakan oleh instansi atau lembaga tertentu. Sehingga dengan
adanya perpustakaan digital ini, pengetahuan yang mereka dapat bisa semakin
luas.
Keempat,
budayakan gemar membaca sejak dini. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah
keteladanan dari guru maupun orang tua dalam bentuk komunikasi antara orang tua
dan guru. Misalnya di sekolah siswa melakukan kegiatan Tadarus Buku bersama, maka di rumah orang tua mempunya kewajiban
mengecek buku apa yang sudah dibaca, amanatnya apa dan lain sebagainya.
Dan
yang terakhir adalah menggalakkan progam “Bisa
Lisku” atau progam Bisa Menulis Buku. Artinya dengan progam ini semua
elemen masyarakat, termasuk siswa bisa menulis buku sebagai sarana menggerakan
literasi baca tulis sekaligus barter pengetahuan antar penulis buku. Sehingga
diharapkan adanya progam ini khasanah keilmuan meningkat dan buku di era modern
ini masih bisa eksis membersamai pembacanya.
Namun,
agar semua bisa berjalan lancar, dibutuhkan komitmen dan sikap istiqomah dari
semua elemen masyarakat untuk tanpa lelah menghasilkan buku yang berkualitas
dan berkarakter positif. Sehingga buku sebagai wadah dwi tunggal literasi yaitu membaca dan menulis bisa selalu bisa
menjadi penerang kalbu bagi para pencari dan pencinta ilmu. Serta Indonesia benar benar bisa menjadi
negara yang bermoral serta berkarakter akhlakul karimah.