Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Kamis, 28 Mei 2020

On 05.22 by Nur Rakhmat in    7 comments

Balada Buku di Era Modern

Oleh : Nur Rakhmat

Banyak yang lupa, jika tanggal 17 Mei merupakan hari Buku Nasional. Buku sebagai jendela dunia dan cakrawala pengetahuan, tentu banyak mengalami perkembangan. Apalagi semenjak teknologi komunikasi semakin meningkat, di satu sisi buku, tetap di hati pencintanya, namun di sisi lain buku semakin tertelan maraknya media sosial dan segala bentuk informasi digital yang ada.

Padahal dengan buku kita bisa tahu hal yang belum kita ketahui, kita bisa menjelajah dunia yang belum pernah kita rambah, kita juga dapat melakukan perjalanan ke ruang angkasa menelusuri bintang-bintang dan menyusuri dalamnya samudra serta mensyukuri segala karunia Tuhan dengan buku. Serta kita bisa bangkit dari keterpurukan dan mejadi lebih kuat dari sebelumnya juga dengan buku.

Momentum Hari Buku Nasional

Buku sebagai salah satu sarana mencapai tingkatan tertinggi ilmu pengetahuan dan sebagai penyalur budaya untuk membentuk karakter positif tentu sangat penting perannya dalam pembentukan karakter pembacanya, khususnya bagi siswa sebagai generasi bangsa. Terlebih buku sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter positif siswa melalui membaca dan menulis sebagai bentuk literasi siswa.

Maka, hemat penulis, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendorong siswa semakin tertarik membaca buku. Pertama, optimalkan komunitas cinta buku dengan kegiatan bedah buku dan diskusi buku. Hemat penulis, hal ini sangat efektif, karena bisa menumbuhkan sikap ilmiah dan kritis di antara mereka, sehingga dengan sikap kritis tersebut, bisa muncul pemikiran baru yang berdampak positif dalam pembangunan fisik maupun mental bangsa.

Kedua, wujudkan perpustakaan atau taman baca yang representatif dan nyaman untuk membaca disertai fasilitas internet. Selain bisa menambah animo siswa untuk membaca, fasilitas internet bisa semakin menambah khasanah ilmu pengetahuan yang didapat. Misalnya, siswa bisa mengakses infromasi digital bahkan e-book untuk melengkapi apa yang belum mereka temukan di buku fisik.

Ketiga, mengefektifkan perpustakaan digital. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuka akses luas kepada siswa dan masyarakat untuk bisa berkunjung ke perpustakaan digital yang disediakan oleh instansi atau lembaga tertentu. Sehingga dengan adanya perpustakaan digital ini, pengetahuan yang mereka dapat bisa semakin luas.

Keempat, budayakan gemar membaca sejak dini. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah keteladanan dari guru maupun orang tua dalam bentuk komunikasi antara orang tua dan guru. Misalnya di sekolah siswa melakukan kegiatan Tadarus Buku bersama, maka di rumah orang tua mempunya kewajiban mengecek buku apa yang sudah dibaca, amanatnya apa dan lain sebagainya.

Dan yang terakhir adalah menggalakkan progam “Bisa Lisku” atau progam Bisa Menulis Buku. Artinya dengan progam ini semua elemen masyarakat, termasuk siswa bisa menulis buku sebagai sarana menggerakan literasi baca tulis sekaligus barter pengetahuan antar penulis buku. Sehingga diharapkan adanya progam ini khasanah keilmuan meningkat dan buku di era modern ini masih bisa eksis membersamai pembacanya.

Namun, agar semua bisa berjalan lancar, dibutuhkan komitmen dan sikap istiqomah dari semua elemen masyarakat untuk tanpa lelah menghasilkan buku yang berkualitas dan berkarakter positif. Sehingga buku sebagai wadah dwi tunggal literasi yaitu membaca dan menulis bisa selalu bisa menjadi penerang kalbu bagi para pencari dan pencinta ilmu.  Serta Indonesia benar benar bisa menjadi negara yang bermoral serta berkarakter akhlakul karimah.