Rabu, 01 April 2020
On 12.56 by Nur Rakhmat in Puisi 4 comments
Pagi itu, saat
mentari mulai tersenyum dan deru mesin mulai terbangun
Aku ditemani sahabatku
membuka mata dan membuka cakrawala cerah waktu itu
Aku gembira melihat rona
sahabatku tersenyum menanti teman setiaku.
Namun, tak lama
kemudian, kulihat sahabatku menarik senyum dan menolehku.
“Sudah lama aku
menunggu, namun teman setiamu tiada kunjung menyapaku”.
Seketika aku merenung,
apakah benar apa yang dikatakan temanku?
Apa benar teman setiaku
tiada ingin mengunjungiku walau sejenak?
Apakah temanku benar
benar sudah meninggalkanku?
“Hee, jangan melamun!”
Aku kaget dengan
mendengar perkataan sahabatku itu.
Ku lihat kalender
yang ada di sudut ruang sahabatku.
“Astaga, ternyata
sudah dua minggu lebih temanku tiada mengunjungiku!”
Ternyata sudah sekian
lama mereka tiada singgah di hatiku
Dan sudah sekian lama
pula, mereka tiada pernah mendampingiku duduk belajar bersama Pak Guru dan Bu
Guru
Mengapa teman setiaku
seperti itu?
Apakah mereka tidak
suka kepadaku?
Apakah mereka ingin
aku tiada berisik dengan suara denyit yang semakin keras semakin menggigit?
Apakah teman setiaku
ingin, aku berubah dari kayu lapuk menjadi besi yang semakin berani?
Apakah teman setiaku
ingin, aku berubah dari besi yang semakin berani menjadi seperti sofa dalam
gedung teater impian?
“Hai, sahabat, bantu
aku menjawab pertanyaanku!
“Bantu aku menghilangkan
gelisah resah dalam benak yang semakin membuncah!”
Sahabatku terdiam
melihat tingkah anehku, sambil beringsut dan membalikkan badan, Dia berkata,
“Hai, mengapa kau
bertanya padaku? Apa kamu kira aku tahu jawabnya? Kalau boleh jujur, sungguh
aku merasakan seperti apa yang kau alami sahabatku!”
Aku bingung, jiwaku
berontak, jiwaku bergolak, jiwaku semakin terserak tiada arah tuk dapat
nasihat, tiada cahaya terang tuk menuntunku dalam ketenangan.
“Hei, kalian! Kalian
yang hanya bisa memanfaatkanku, bantu aku mencari jawaban, bantu aku mendapat
petunjuk mengapa sudah begitu lama teman setiaku tiada duduk bersamaku!”
Semua terdiam, semua
menunduk tanda patuh pada petunjuk, semua menggeleng tiada pesan yang dapat
dinikmati seperti manisnya buah kelengkeng, semua hening seperti hati yang
masih mencari dalam laku penting dalam pening, semua sepi seperti diriku yang
masih meratap dalam hati.
Tuhan ... Beritahu
tahu aku.
Katakan padaku Tuhan,
mengapa teman setiaku masih jauh dariku? Mengapa teman setiaku masih tiada mau
berkunjung padaku?
Tuhan ...
Aku mohon ...
Jauhkanlah semua
rintang, jauhkanlah semua penghalang, karena aku yakin Engkau Mahaperkasa yang
selalu menuntun tiap hamba menggapai asa
Jaga mereka seperti
Engkau menjagaku, sayangi mereka seperti Engkau menyayangiku. Karena aku yakin,
Kebesaran Mu lebih besar dari besarnya penghalang, besarnya rindu dan besarnya
segala gejolak hati segala bentuk ciptaan Mu.
Tuhan ...
Temukan aku dengan
teman setiaku, temukan aku dengan belahan jiwaku yang senantiasa bersama dalam
menggapai nikmat dan ilmu Mu.
Aku rindu tawa ceria,
senyum manis, dan belai lembut tangan mereka, Tuhan ...
Tuhan ...
Aku sayang mereka,
aku sayang mereka, aku butuh bersama mereka
Walau terkadang
mereka usil kepadaku, bukan berarti mereka jahil kepadaku
Walau terkadang
separuh hatiku patah karena mereka, namun cintaku tiada pernah patah duhai
Tuhan.
Tuhan ...
Sungguh rindu ini
sudah tiada ingin terbelenggu, sungguh sayang ini sudah tiada terbilang, sungguh
penantian ini semakin mendalam dan sungguh getaran hati ini semakin ingin temukan
cinta sejati, duhai Tuhan.
Tuhan ...
Tolong sampaikan isi
hati ini tuk semua teman setiaku
Aku rindu kebersamaan
menggapai ilmu
Aku rindu saat suka
maupun duka bersama teman setiaku
Aku rindu kebersamaan
menggapai ridhomu bersama teman setiaku .
Dariku ...
Teman setia yang Kau
sebut “bangku”
Teman setia yang selalu
senang jika Kau hadir di rumahku tuk gapai berkah luas samudera ilmu
“ di sudut penantian luas harapan “
02042020
Puisi ini sudah tayang di Kompasiana.com
https://www.kompasiana.com/mas91295/5e84eec1d541df47d33e6482/kisah-sang-perindu?page=5
IG, WA dan FB.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Video
Kurtilas
Kategori
Artikel Ilmiah Populer
(23)
Bank Soal
(20)
Artikel Populer
(15)
Puisi
(12)
Berita
(11)
Kisah Sang Guru
(10)
Cerita Anak
(6)
Pidato
(4)
Buku
(3)
Dongeng
(2)
Esai
(2)
Geguritan
(2)
info lomba
(2)
Cerpen
(1)
Galeri Foto
(1)
Media Pembelajaran
(1)
Pantun
(1)
TUGAS SISWA
(1)
TUGAS SISWA 2
(1)
Tugas 4
(1)
Tugas Siswa 3
(1)
Diberdayakan oleh Blogger.
Keceee tulisannya salah satu guru di KGB Semarang ini emangππ Pak Rakhmat topππ»
BalasHapusRenyak banget menu yang engkau sajikan wahai master.
BalasHapusπππ keren sekali...
BalasHapusJd terharu...melihat anak2 gak bisa sekolah spt biasanya
BalasHapus