Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Minggu, 11 Oktober 2020

On 18.21 by Nur Rakhmat in    4 comments

 

“Sepeda Lipat” dan Adaptasi Kebiasaan Baru Pendidikan di Era New Normal

Karya : Nur Rakhmat

Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang

Pendidikan adalah usaha sadar yang berjalan terus menerus. Dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu suasana belajar dan suatu proses pembelajaran agar peserta didik bisa secara aktif mengembangkan segala potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sehingga dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan tersebut harus direncanakan, proses sesuai rencana, dan hasil pendidikan juga harus sesuai rencana. Selain itu, berdasarkan UU Sisdiknas tersebut juga bisa dikatakan bahwa pendidikan hendaknya bisa menumbuhkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik.

Selain itu, ditemukan pula dalam UU Sisdiknas tersebut pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk bertahan hidup dan berdaya guna demi kepentingan diri, masyarakat, bangsa dan negara.

Namun, saat ini di tengan pandemi korona, di tengah wabah yang semakin merambah semua lini kehidupan termasuk pendidikan, proses pendidikan mulai dari perencanaan, proses, dan hasil ikut berubah pelaksanaanya seiring dengan mulainya kebiasaan baru sebagai salah satu dampak adanya wabah.

Kita bisa melihat dengan jelas, dalam skala makro kehidupan ekonomi dunia dilanda resesi, selain itu dalam kehidupan sosial budaya juga mulai tumbuh kesadaran selalu menjaga kebersihan, ada pula physical distancing, dan perubahan bentuk budaya lainnya.

Dalam skala ranah pendidikan di tanah air, tentu adanya lonjakan perubahan pola pendidikan, yang tadinya ada tatap muka di kelas, seiring dengan adanya korona, pola proses pendidikan di sekolah berubah menjadi berlangsung daring atau dalam jaringan.

Semua perubahan tersebut tentu memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, khususnya pendidikan. Kita tidak bisa memungkiri, akibat wabah korona ini guru dipaksa bisa menjalankan piranti atau perangkat pembelajaran berbasis teknologi informasi dari yang sebelum adanya korona masih hanya sebatas wacana.

Kita juga tidak bisa memungkiri, bahwa pendidikan tanpa kertas juga bisa terwujud dengan adanya wabah korona ini. Namun, kita juga tidak bisa menafikan pula, dengan adanya korona ini, ada salah satu tahapan pendidikan yang hilang dan tereduksi secara massif, yaitu keteladanan langsung atau pendidikan langsung khususnya dari bapak ibu guru di sekolah dan jika tidak segera diambil tindakan preventif yang tepat, justru bisa menjadi bumerang bagi pendidikan Indonesia di masa mendatang.

Dan yang lebih berbahaya lagi, jika tidak segera ditemukan formula yang tepat, hal tersebut bisa memberikan dampak negative atau memunculkan sikap negative bagi kehidupan berbangsa mulai dari degradasi moral, lunturnya cinta tanah air, serta tereduksinya berbagai karakter dan moral positif generasi mendatang.

Maka di sinilah peran stake holder pendidikan bergotong royong, bahu membahu dan bersatu padu untuk tetap menjunjung nilai nilai karakter bangsa yang terangkum dalam nilai moral karakter Pancasila agar lebih bisa menjadi benteng kokoh bagi bangsa Indoneseia, khususnya bagi generasi penerus bangsa.

Sebagaimana kita ketahuai bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Maka Pancasila sebagai landasan idiil bangsa memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia guna menyatukan kebhinekaan itu dalam tatanan kehidupan yang berjiwa dan berpijak pada Pancasila.

Bahkan tokoh nasional Prof. DR. Siti Musdah Mulia, MA dalam bukunya yang ditulis bersama Ira D Aini mengatakan Pancasila adalah suatu falsafah bangsa yang harus diketahui segenap warga negara Indonesia sehingga semua warga negara Indonesia mampu menghargai, menghormati, menjaga semua nilai dan karakter dalam Pancasila yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa. Sehingga baik golongan muda alias golongan milenial dan golongan old atau orang tua bisa tetap menjaga dan menjalankan kehidupan Pancasila tanpa ada keraguan dan tanpa ada kebimbangan. ( Siti Musdah Mulia, Ira D A, 2013 : 75).

Lalu bagaimana langkah yang bisa dilakukan agar seluruh komponen bangsa, utamanya siswa bisa menjadi generasi Pancasila dan tetap menjunjung profil siswa Pancasila yang berkarakter utuh dalam proses pendidikan dan pembelajaran serta kehidupan?

“SePeDa LiPaT”

Ya, “Sepeda Lipat” hemat kami adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan dan dibiasakan serta diterapkan dalam proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Tentunya pelaksanaannya di sini harus tetap mengedepankan penanaman nilai nilai pencasila dalam kehidupan keseharian.

Kemudian, apa yang dimaksud dengan “Sepeda Lipat”? Sepeda Lipat adalah bentuk akronim dari kata Sebarkan Pesan Damai Literasi Pancasila Terpadu. Akronim ini mengandung pengertian bahwa dalam menerapkan dan kemudian menumbuhkan nilai nilai Pancasila di keseharian pada era new normal atau kebiasaan baru pada era pandemic ini adalah dengan cara menyebarkan pesan damai menggunakan model pendekatan literasi Pancasila terpadu.

Pesan damai yang dimaksud di sini bisa berupa kalimat ajakan atau kalimat himbauan, bisa berupa kalimat yang berupa contoh pengamalan 5 sila dalam keseharian serta kata mutiara atau bentuk kalimat lainnya yang dikemas menggunakan media poster, status pada media sosial, atau pesan broadcast melalui media sosial lainnya.

Selanjutnya adalah literasi Pancasila. Mengapa literasi? Hemat kami literasi sangat efektif untuk menanamkan, menumbuhkan nilai nilai Pancasila dalam keseharian baik di sekolah, maupun dalam keseharian siswa dalam dunia permainan mereka di lingkungan sekitar. Karena dengan literasi, siswa tidak hanya membaca atau tahu saja, tetapi dengan literasi siswa juga belajar untuk menerapkan apa yang sudah dipelajarinya sebagai bentuk pemahaman lanjut proses belajar.

Seperti yang disampaikan oleh Najeela Shihab bahwa literasi membutuhkan yang namanya aplikasi sebagai wujud dari proses belajar yang diramu dengan kreatifias dan berkreasi untuk menghasilkan karya, dengan tetap dibutuhkan guru atau orang tua yang mau mengupgrade kemampuan literasinya agar lebih mampu menumbuhkan siswa dalam berliterasi dan berkreasi. ( Najeela Shihab, 2019: 16).

Adapun bentuk literasi Pancasila yang yang dapat ditumbuhkan dan dibudayakan oleh siswa dan dari serta kepada siswa melalui sistem Sepeda Lipat ini adalah nilai nilai yang berkaitan dengan erat dengan pengamalan Pancasila sesuai dengan sila sila dalam Pancasila, mulai dari Ketuhanan yang Maha Esa Sampai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Selain itu, hendaknya siswa juga lebih sering menerima pesan keseharian terkait profil pelajar pancasila seperti yang disampaikan Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim dalam https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/view&id=249900852, bahwa profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang memiliki indikator pertama beriman, bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, kedua berkebhinekaan global, ketiga gotong royong, keempat mandiri, kelima bernalar kritis, dan keenam kreatif.

Kembali kepada butir utama indikator Pancasila, nilai nilai Pancasila yang sebaiknya dibiasakan dengan penanaman butir Pancasila dalam keseharian mereka,guna menumbuhkan dan menegaskan pentingnya sikap pancasilais di era new normal ini adalah berbentuk pesan yang berisikan nilai pesan teladan atau ajakan dan kata Mutiara atau semboyan yang mencerminkan sila dalam Pancasila.

Contoh sila pertama bentuk pengamalan atau nilai nilai yang dibuat pesan dan bisa dibiasakan oleh siswa adalah beribadah tepat waktu, yuk beribadah, dan hormati orang yang sedang beribadah. Kemudian dalam sila ke dua bentuk kalimat bijak yang bisa dibuat pesan ke siswa antara lain ayo kita peduli lingkungan sekitar, mari kita hormati orang lain, mari kita tumbuhkan sikap tenggang rasa dan tolong menolong.

Kemudian pengamalan dalam sila ketiga adalah ayo beli produk dalam negeri, Cinta tanah air adalah sebagian dari iman, gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan lain sebagainya. Kemudian dalam sila keempat adalah jangan paksakan pendapatmu, yuk kita musyawarah, musyawarah membawa berkah, dan musyawarah harus bis akita pertanggungjawabkan.

Selanjutnya untuk bentuk pesan dalam sila kelima Pancasila yang dapat digunakan adalah tujuan rakyat Indonesia adalah adil dan makmur, hormati hak orang lain, ayo dukung pembangunan bangsa, dan kalimat bijaksana lainnya. Harapannya, dengan adanya kalimat ajakan, kata kata Mutiara siswa semakin paham dan tahu, serta bisa membiasakan bentuk penerapan dari nilai nilai positif tersebut.

Prinsip berikutnya adalah terpadu, artinya literasi Pancasila butuh keterpaduan, butuh chemistry, butuh adanya ikatan batin, kolaborasi dan gotong royong utamanya oleh stake holder dalam skala makro pendidikan mulai sekolah, guru dan pemerintah. Ataupun dalam skala sekolah, guru, dan orang tua serta siswa. Sehingga dengan adanya sifat terpadu ini, semua bisa mengakses dan bisa memantau satu sama lain untuk saling membangun dan saling membimbing demi kebaikan bangsa, khususnya generasi pnerus bangsa, serta terpenuhinya tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya mencakup pada mencerdaskan kehidupan bangsa.

Cerdas dalam artian mampu dan bisa serta cerdas dalam berbagai bidang. Seperti yang Munif Chatib sampaikan dalam buku yang berjudul Sekolahnya Manusia, dikatakan cerdas itu ada beberapa kelompok yaitu cerdas linguistic, cerdas matematik logic, cerdas visual-spasia, cerdas musical, cerdas kinestetik, cerdas intrapersonal, cerdas interpersonal, dan cerdas naturalis ( Munif Chatib, 2013 ; 56 ).

Sehingga dengan adanya keterpaduan yang didukung oleh sumber daya mumpuni dari sistem sepeda lipat ini, penanaman dan usaha membumikan nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian siswa khususnya bisa berjalan baik sesuai dengan tujuan dan proses perencanaannya. Dan alasan berikutnya prinsip terpadu adalah ada kolaborasi atau Kerjasama bahkan gotong royong oleh semua unsur pendidikan. Mulai dari sekolah, masyarakat dan pemerintah. Mulai dari siswa, guru dan orang tua. Artinya ada keterikatan batin dari semua unsur untuk saling menebar pesan kebaikan, ada ikatan batin untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan tentunya ada kemauan bersama untuk berbuat baik, khususnya demi masa depan generasi penerus bangsa.

 Adapun alasan kami menggunakan konsep “Sepeda lipat” ini diantaranya adalah belum maksimalnya ajakan terus menerus dalam penerapan penanaman nilai Pancasila di keseharian. Memang benar, sudah banyak usaha dilakukan, namun ternyata masih dibutuhkan inovasi lebih guna mengoptimalkan penanaman nilai Pancasila, khususnya di era adaptasi new normal ini.

Selain itu alasan berikutnya adalah konsep sepeda lipat ini mudah dilakukan oleh semua orang. Artinya, penanaman nilai Pancasila di era adaptasi new normal dengan menggunakan sepeda lipat ini sangat mudah diterapkan dan dilakukan oleh siswa, guru, orang tua, dan semua elemen masyarakat. Mengapa sangat mudah, karena prinsip awal, semua orang bisa mengirim pesan, baik menggunakan media maupun secara langsung, tetap pada prinsip semua bisa saling mengirim pesan.

Adapun teknis pelaksanaan “Sepeda Lipat” pertama adalah memetakan masalah. Misalnya dalam lingkup kecil ada siswa yang masih belum beribadah tepat waktu. Nah, di sinilah peran guru untuk saling berkordinasi dengan orang tua khususnya kemudian menindaklanjuti dengan tindakan prinsip “sepeda lipat” ini bersama orang tua dan lingkungan atau pemerintah.

Tindak lanjut tersebut bisa berupa pengiriman pesan secara terus menerus dan frontal kepada siswa ataupun guru. Sehingga dengan adanya sikap istiqomah atau konsekwen dari guru, orang tua dan siswa serta sekolah. sikap positif siswa akan terbentuk dan tumbuh menjadi sikap positif yang mumpuni termasuk di era pandemi ini.

Kemudian lamgkah ke dua adalah sebarkan dari contoh kasus di atas, maka seorang guru segera bertindak dengan menyebarkan pesan damai, pesan positif yang berkaitan dengan pemasalah siswa tersebut. Pesannya sekali lagi, bukan kalimat yang menunjukkan vonis atau pelabelan kepada siswa, namun berupa kalimat ajakan atau himbauan atau pernyataan dalam bentuk poster, pesan singkat ataupun lainnya.

Sehingga dengan adanya pesan positif tersebut, asupan rohani yang diterima oleh siswa adalah pesan bermoral, pesan dengan nilai nilai kebaikan Pancasila dan nilai nilai yang sesuai dengan budaya etika bangsa yang berbudi luhur.

Langkah yang ketiga adalah dengan refleksi artinya setelah pesan dan kalimat bijak disampaikan ke siswa oleh guru dan orang tua sesuai dengan peran dan tugasnya masing masing, orang tua, guru, siswa bahkan pemangku kepentingan juga hendaknya melakukan refleksi diri. Mengapa demikian? Karena dengan refleksi diri maka akan terbentuk pula sikap keteladanan dari pendamping siswa tersebut.

Artinya siswa juga mendapat contoh teladan langsung yang didapatkan dari guru, orang tua, lingkungan bahkan pemangku kepentingan. Sehingga proses pendidikan yang ada bisa berjalan dari hati ke hati atau istilahnya ada chemistry antara semua pihak. Karena proses pendidikan walaupun masih dalam pandemi tetap memegang teguh nilai asah, asih, asuh dari Ki Hajar Dewantara serta selalu berpegang teguh pada totalitas tanpa batas dengan menggerakkan hati, kepala dan tangan alias totalitas dengan mencurahkan pikiran, jiwa, raga bagi keberhasilan proses pendidikan karakter Pancasila siswa.

Dan juga, dengan adanya uswatun khasanah atau teladan baik dari praktik baik dari guru, orang tua, dan lingkungan sekitar yang sudah tumbuh dan membudaya dengan baik ini, fase yang hilang dari siswa selama masa korona, bisa tergantikan dan justru bisa kembangkan dengan teladan langsung dari pendamping siswa khususnya di rumah, dan lingkungan sekitar serta berbagai sumber daya yang ada yang berdaya guna untuk tetap membumikan nilai nilai Pancasila dalam keseharian.

Kemudian langkah terakhir dari teknik penerapan konsep “Sepeda Lipat” dalam penerapan nilai nilai Pancasila di era adaptasi normal baru adalah dengan melakukan tindak lanjut tahap terpadu. Artinya setelah semua melakukan refleksi maka siswa secara otomatis sudah mendapat ilmu, sudah belajar dan diharapkan siswa juga menerapkan konsep sepeda lipat ini kepada teman teman di lingkungannya. Sehingga jika ini berlangsung terus menerus dan berkelanjutan, siswa sebagai agen perubahan arah posisitf bangsa benar benar bisa terbentuk dan terwujud serta Indonesia yang berperadaban serta bermoral karakter positif selalu terjaga sesuai dengan terjaganya siswa dengan pijakan nilai nilai Pancasila dalam keseharian mereka.

Tentunya untuk bisa mewujudkan kondisi ideal di era normal baru ini dibutuhkan kompetensi adaptasi yang baik dari semua pihak, termasuk guru dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesionalnya diharapkan mampu beradaptasi menyesuaikan perkembangan zaman agar bisa bersama sama dengan siswa membangun bangsa berdasarkan Pancasila sehingga siswa bisa mengamalkan indikator pelajar Pancasila dan guru bisa menjadi teladan dan model bagi siswa dalam pendidikan dan keseharian.

Dan sistem konsep “Sepeda Lipat” sebagai salah satu usaha membumikan nilai nilai Pancasila di era adaptasi normal baru ini benar benar bisa mejadi salah satu terobosan sederhana tetapi efektif dalam aplikasi keseharian, baik dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran. Sehingga Pancasila di era normal baru ini benar benar bisa menjadi pegangan pokok, menjadi dasar pokok setiap siswa dan individu lainnya untuk berpijak dan bersikap positif dalam perannya sebagai warga negara dengan tetap berpegang teguh pada nilai nilai Pancasila sebagai landasan idiil bangsa Indonesia.

Berikut salah satu contoh Pesan damainya ...




 


 

Rabu, 07 Oktober 2020

On 20.27 by Nur Rakhmat in    1 comment

 

Awali Pagi dengan Syukur Diri

“Wah, pagi ini sangat cerah!”

Tidak terasa kalimat itu terucap dalam hati, pagi yang cerah diringi senyum ramah tetangga yang hendak berangkat kerja hari ini. Seperti biasa, perjalanan ke sekolah kali ini melalui jalan utama yaitu jalur utama pantura via jalan Gatot Subroto. Hiruk pikuk pekerja berangkat menjelma bak air bah yang deras menerjang pantai di pantai selatan. Ada yang bersepeda, bermobil dan bersepeda motor sert naik angkutan umum dan angkutan perusahaan.

Tak terasa saat roda honda beat ini sampai di daerah Krapyak terlihat ada beberapa tukang ojek pengkolan sedang mangkal di tempat, menunggu penumpang agar bisa membawa uang sehingga anak istri dan keluarga bisa merasakan kenyang.

Lampu merah sudah menyala menjadi hijau dan aku tidak tahu bagaimana lanjutan kisah abang ojek pengkolan saat menunggu penumpang tadi, apakah langsung dapat orderan atau masih menunggu petang nanti, entah siapa yang tahu tentang rizki dan keberuntungan manusia, hanya Allah lah yang mengetahui rencana tersebut.

Tak terasa roda cinta honda beat ini sudah sampai lampu merah Hanoman, kulihat pekerja sedang merampungkan pembangunan jalan dan semua kelengkapannya. Terlihat sosok pekerja bangunan tersebut sedang bekerja jauh dari keluarga dan jauh dari berita dunia yang sarat akan kisah berirama.

Tegar, kokoh dan kuat genggaman tangan pekerja itu saat kulihat dia sedang mengayunkan alatnya ke aspal dekat wilayah yang rawan kecelakaan itu. Dalam hati aku berpikir, seandainya aku menjadi mereka, belum tentu kuat raga ini menanggung segala beban yang ada, jauh dari keluarga dan sanak saudara demi mencari asa agar bisa menafkahi keluarga menjadi sejahtera.

Hanyalah syukur yang bisa kita lakukan, hanyalah menerima dan mensyukuri apa yang kita milikilah,  kita bisa menjadi bahagia dan tiada kepura puraan dunia. Syukur, ikhlas menerima adalah jalan yang bisa kita lakukan agar bisa menjadi pribadi kuat, luhur budi dan memiliki kebermanfaatan bagi sesama dalam setiap tingkah dan laku diri. Tentu, dengan ditambah usaha kita yang tiada lelah, semua berkah dari Allah SWT bisa menjadi aset kita dalam jalan dakwah sebagai penunjuk arah generasi bangsa. 

Sepanjang jalan pagi ini, aku melihat semua umat mencari berkat, semua manusia mencari asa, semua orang mencari pertolongan, dan semuanya mencari ketenangan. Jalani, syukuri yang kita punya, niscaya Allah pasti memberikan kita kenikmatan yang tiada sangka, tentu dengan usaha dan ikhtiar serta doa yang tiada henti.

Awali pagi dengan syukur diri dan mendoakan setiap insan yang kita temui, agar yang sudah berada semakin menjadi ada dan merasa bahwa adanya mereka karena doa sesama dan keluarga serta merupakan anugerah Allah yang Maha Esa. Serta doakan pula orang yang kita temui, apapun kondisi mereka agar mereka selalu mendapat kenikmatan dan keberkahan serta keselamatan dan insya allah, dengan kita mendoakan siapa saja, pasti siapa saja akan membawa kebaikan untuk siapa saja berikutnya, tentu dengan kita ikhlas dan syukur atas karunia Allah yang Maha Esa.

'Wah, pagi ini sangat cerah!"

Awali pagi dengan syukur diri.

“Sepanjang Jalan Kehidupan, antara Pasadena dan Hanoman Raya”

Smg.08102020.08.19.12

 

 

On 09.42 by Nur Rakhmat in    No comments


 KLG Jawa Tengah kerjasama dengan FPBS UNIV PGRI Semarang dan JATENG POS, akan kembali memfasilitasi pelatihan penulisan artikel ilmiah populer tahap 19 bagi pengawas, kepsek, guru, mahasiswa dan umum.

Pelaksanaan 7,8, 10, 11 Nopember 2020, pendatftaran paling lambat tgl 5 Nopember pukul 00.00 WIB. Hak terbit 2 kali, surat keterangan, softfile materi, pembimbingan/konsultasi, e -sertifikat 32 JP. Buruan daftar di sini https://qrgo.page.link/TMnY8  More informasi pendaftaran ke :085828540161, 081542557038, 085725540477 dan 081325232681.


Silahkan bisa diikuti ...

Salam Literasi

On 09.41 by Nur Rakhmat in    No comments



Dalam rangka menyambut hari guru 2020, KLG Jateng kerjasama FPBS UPGRIS akan mengadakan pelatihan penulisan buku tahap 3 bagi pengawas, kasek, guru,  mahasiswa dan umum.
✅21,23,24,25 Nopember 2029
✅Biaya 150.000
✅E Sertifikat 32 jp
✅Tatap maya melalui Teams
✅disiapkan draf laporan PD
✅softfile materi
✅Konfirmasi; 085727540161,  085828540161 dan 081542557038, 081325232681, 085725540477
link pendataran pelatihan penulisan buku angkatan ke -3 se Jateng https://qrgo.page.link/yHbFj

SILAHKAN
Selamat Mengikuti 👍👍👍


Selasa, 06 Oktober 2020

On 07.12 by Nur Rakhmat in ,    No comments

 Alhamdulillah ... 

Sudah terbit sebuah buku yang berisikan desiran kalbu Sang Guru saat menyikapi pandemi ini. Air Mata Sang Guru merupakan buku antologi puisi dengan sajak yang menggugah kita bahwa air mata tidak sepenuhnya air mata kesedihan. Namun air mata Sang Guru adalah salah satu bentuk kasih guru akan kondisi siswanya di era merdeka belajar ini. 

Selamat Membaca dan Salam Literasi.

Bila berminat memiliki bisa menghubungi WA. 081542557038