Kamis, 27 Februari 2020
On 16.13 by Nur Rakhmat in Artikel Ilmiah Populer No comments
Alhamdulillah artikel ini tayang di harian Wawasan pada bulan November 2014. Insya allah di era saat ini masih relevan untuk kita terapkan dan budayakan. Selamat membaca semoga kita mampu menjadi generasi yang cerdas naturalis, cerdas untuk mencintai lingkungan kita.
Bangga Bergaul
Dengan Sampah
Oleh : Nur Rakhmat
Sampah
seolah menjadi
“hidangan wajib” keseharian kita. Kota Semarang sebagai daerah yang berkomitmen
mewujudkan Indonesia bersih sampah 2020, bersama beberapa daerah lainnya dari
seluruh Indonesia, mendeklarasikan
Indonesia bersih sampah di lapangan kantor Wali Kota Surabaya. (SM,25/02/2014).
Sampah
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benda atau barang yang
dibuang karena sudah tidak terpakai dan tidak mempunyai nilai guna. Selain itu
menurut UU No. 18 Tahun 2008, tentang pengelolaan sampah. Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Jadi
bisa kita simpulkan sampah adalah segala sesuatu yang tidak mempunyai manfaat
dan justru bisa merugikan bagi lingkungan termasuk manusia.
Akan
tetapi, belum satu tahun kebijakan Indonesia bersih sampah 2020 berjalan. Gaung
dari pencanangan Indonesia bebas sampah 2020, hilang tiada bekas. Buktinya, masih ada masyarakat gemar buang sampah
sembarangan. Bahkan perilaku tersebut cenderung membudaya dan meningkat.
Sejatinya,
kita tidak perlu kaget dengan fenomena tersebut. Karena memang ada masyarakat yang membutuhkan
sampah atau hidup
dari sampah. Di sini
seakan terjadi simbiosa mutualisme antara pembuang sampah dan pencari sampah.
Memang dilematis, disatu sisi sampah menjadi musibah, tetapi di sisi lain
sampah justru menjadi berkah.
Sebenarnya
maksud pemerintah melalui progam Gerakan Peduli Sampah
Nasional Menuju Masyarakat Yang Berbudaya 3R sudah sangat jelas. Tentunya,
sebagai warga negara yang baik, kita harus mendukung upaya pemerintah agar
progam ini optimal.
Bagaimana caranya? Salah satunya membudayakan
gerakan 3 R. Apa 3R?
Pertama
reduce, mengurangi semua hal yang berkaitan dengan sampah. Bentuk nyatanya
yaitu kurangi pembelian barang yang
kurang perlu,
mengurangi bahan sekali pakai, mencari produk yang bisa diisi ulang, dan
membeli barang yang bisa didaur ulang, dll.
Kemudian
reuse atau menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan, baik untuk
fungsi sama atau lainnya. Misalnya kita bisa menggunakan kain bekas untuk
serbet dari pada menggunakan tisu, kemudian kita bisa menggunakan botol kaca
bekas untuk membuat pot bunga, dll.
Recycle,
berarti mendaur ulang sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat. Bentuk
kegiatan recycle bisa berupa mengelola sampah organik seperti sampah daun,
buah, dan sayuran menjadi kompos. Kemudian mengelola sampah non organik menjadi
barang yang bermanfaat. Seperti mengolah bungkus mie instan, bungkus detergen,
bungkus minuman serbuk, koran bekas
menjadi tas, tempat koran dll.
Sebenarnya
untuk melakukan 3R sangat mudah.
Kita bisa memulainya dari
lingkup rumah tangga lebih dulu lalu berlanjut ke pengelolaan sampah berbasis
masyarakat. Seperti yang saat ini sedang “Ngetren” yaitu pengelolaan sampah
berbasis Bank Sampah atau wacana mengenai pengadaan Asuransi Sampah.
Butuh
Dukungan Semua Pihak
Gerakan
Peduli Sampah untuk membentuk masyarakat yang sejahtera, tidak akan berhasil
optimal tanpa dukungan semua pihak, baik masyarakat, aparatur pemerintahan,
lembaga pendidikan, lembaga nonpemerintah dan pelaku usaha.
Pertama,
masyarakat sebagai pelaku utama suksesnya gerakan peduli sampah harus mau
memulai pengelolaan sampah dari lingkungan rumah tangganya sendiri. Seperti
menggunakan kembali kantong plastik, atau memilah dan mengelompokkan sampah
organik dengan sampah non organik. Kemudian di tingkat RT/RW, kelurahan atau
desa bisa melaksanakan program bank sampah yang dikelola secara terpadu oleh
warga.
Kedua,
dukungan pemerintah. Pemerintah sebagai pengawas program peduli sampah, harus
berkomitmen untuk menyukseskannya. Salah satunya dengan sosialisasi akan berkah
dan bahaya sampah bagi lingkungan. Keteladanan pemerintah dalam penanganan
sampah juga sangat mempengaruhi perlakuan masyarakat terhadap sampah. Jangan sampai progam pemerintah
terkait sampah, justru menjadi bumerang dikemudian hari.
Ketiga,
peran lembaga pendidikan. Mulai tingkat dasar, menengah, bahkan sampai
perguruan tinggi. Lembaga pendidikan bisa memberikan edukasi pengelolaan sampah ke anak
didiknya. Mengapa?
Selain sebagai murid, mereka
juga bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, bila di sekolah siswa mendapat
teladan dan contoh yang baik, merekapun
diharapkan bisa menerapkan hasil pendidikan di lingkungan masing-masing. Sehingga
siswa sebagai agen perubahan bagi lingkungan terbukti peranannya.
Selain
itu, sekolah bisa memaksimalkan peran Duta Adiwiyata atau Duta Lingkungan hidup sekolah. Mereka bisa mensosialisasikan
manfaat keseimbangan lingkungan dan mengajak temannya agar membudayakan pola
hidup sehat, salah satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan, dimulai dari
membuang sampah di tempat sampah. Sehingga Duta Adiwiyata tidak hanya menjadi
formalitas secara administratif belaka.
Selanjutnya
peran lembaga non pemerintah sejenis perusahaan atau industri/pelaku usaha juga
sangat penting dalam mengurangi dampak negatif sampah. Perusahaan bisa
membangun sarana pengelolaan limbah terpadu untuk mengurangi pencemaran sampah/limbah. Atau melalui divisi CSRnya, perusahaan juga bisa bekerja sama dengan masyarakat
melalui edukasi
pemanfaatan sampah dan menggalakkan penanaman pohon untuk keberlangsungan
lestarinya ekosistem lingkungan.
Sarat Manfaat
Tidak
perlu malu atau rendah diri, kita patut bangga menjadi “negeri sampah”, asalkan
sampah tersebut dikelola dengan baik. Karena jika sampah dikelola dengan baik,
nantinya tidak akan ada lagi sampah yang mengendap dan menyumbat aliran sungai,
menggunung di TPA, berserakan di jalan atau tidak bermanfaat. Tetapi yang ada, sampah memberikan berkah dan manfaat
bagi semua.
Beberapa
manfaat pengelolaan sampah antara lain,
lingkungan semakin bersih dan terjaga. Sehingga harmonisasi alam akan semakin
langgeng dan asri. Kedua, masyarakat semakin sehat. Jika lingkungan bersih,
tentu masyarakat semakin sehat. Mengapa? Ini karena tidak ada lagi sumber
penyakit yang berasal dari pencemaran lingkungan, seperti bau tidak sedap,
resapan air tanah yang tercemari sampah, udara kotor, dll.
Ketiga,
masyarakat semakin sejahtera. Ini karena anggaran yang sebelumnya dialokasikan
untuk kesehatan, anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya. Selanjutnya masyarakat lebih
kreatif. Tidak dipungkiri, sampah memang bisa menjadi masalah, tetapi jika
ditangan orang yang tepat, sampah bisa menjadi berkah.
Terbukti
banyak orang mampu menyulap sampah menjadi barang-barang yang mempunyai nilai
guna. Seperti sampah botol dibuat mainan atau barang kerajinan, sampah sayur
atau daun diolah menjadi kompos, dan barang kreatif serta bernilai ekonomis
lainnya.
Maka
dari itu, sebagai masyarakat cerdas, lebih pedulilah terhadap lingkungan,
khususnya dalam menangani sampah. Agar lingkungan menjadi
bersih, sehat dan asri. Karena sesungguhnya kebersihan adalah sebagian dari iman. Selain
itu, peduli kebersihan lingkungan adalah wujud dari kecerdasan naturalis.
Sehingga, mari
wujudkan lingkungan bebas sampah sedini mungkin, mulai saat ini, diawali dari
diri kita, keluarga, dan lingkungan.
Dan sudah
selayaknya masyarakat merubah mindset sampah, dari sesuatu yang merugikan
menjadi sesuatu yang mempunyai nilai guna dan manfaat tinggi. Sehingga tidak
ada lagi rasa malu “bersahabat” serta mengelola sampah menjadi lebih berkah
dan bermanfaat.
Sehingga
progam Indonesia Bebas Sampah 2020 bisa berjalan lancar dan optimal. Namun,
sukses tidaknya penanganan sampah ini tidak hanya tugas pemerintah saja. Adalah
komitmen semua pihak dari masyarakat, lembaga pendidikan, pemerintah, lembaga swasta, dan
dunia usaha, yang harus
bergotong royong mengingatkan
dan meningkatkan kepedulian mengelola sampah menjadi lebih berkah dan bernilai
ekonomis
tinggi.
Bukan
tidak mungkin di kemudian hari,
bangsa ini bisa mengekspor produk dari sampah. Sehingga kitapun patut berbangga
sebagai negeri yang mampu mengelola sampah dengan baik, membaikkan dan
berdampak baik bagi peningkatan
kesejahteraan diri, lingkungan masyarakat, serta bangsa.
Dan progam Indonesia
Bebas Sampah 2020 bisa tercapai lebih cepat. Amin. Semoga!
Biodata
Nama : Nur Rakhmat,S.Pd
Pengkaji pendidikan dan lingkungan , Guru
SDN Gisikdrono 2.
Kecamatan Semarang
Barat. Kota
Semarang. Hp. 081542557038
Alamat. Asrama brimob
Rt.2/9 Gisikdrono Semarang Barat.
Nb.
Saat ini penulis mengajar di SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang
Rabu, 05 Februari 2020
On 15.13 by Nur Rakhmat in Artikel Ilmiah Populer No comments
Alhamdulillah artikel ke 1 di tahun 2020. Bisa karena Corona, adalah karya penulis dalam menyikapi kejadian luar biasa terkait virus Corona 2019 dalam sudut pandang positif untuk kemaslahatan dan kedamaian bersama. Alhamdulillah sudah dimuat di harian Tribun Jateng, 04 02 2020. Semoga berkenan
Bisa
Karena Corona
Oleh
: Nur Rakhmat
Dewasa
ini dunia digemparkan dengan kemunculan virus baru bernama Novel Coronavirus
2019. Virus ini muncul kali pertama di Kota Wuhan Republik Rakyat Tiongkok dan
parahnya ribuan orang sudah terjangkit dan beberapa diantaranya meninggal
dunia.
Berdasar
Wikipedia.org, virus yang dikenal
sebagai coronavirus Wuhan ini adalah virus yang menyebabkan infeksi pada
pernapasan. Gejala dari pasien atau orang yang terserang virus ini mirip
gejalanya dengan gejala pneumonia karena menyerang organ paru paru manusia.
Mereka akan menderita deman, flue, batuk, serta sesak napas. Namun, sampai saat
ini virus ini belum ditemukan vaksin sebagai penawar mutlak untuk kesembuhan
pasien terjangkit.
Hal
inilah yang menyebabkan masyarakat dunia gempar dan panik. Apalagi penyebaran
wabah virus ini begitu masif, cepat, tentu menjadikan masyarakat menjadi semakin
gelisah, takut dan merasa tidak aman untuk beraktivitas di luar rumah.
Bahkan
karena sangat khawatir, masyarakat Natuna menolak Warga Negara Indonesia yang
dievakuasi dari Wuhan untuk karantina dan dan proses rehabilitasi. Akan tetapi,
terlepas dari berbagai penyebab yang ada, tentu hal ini sangat disayangkan,
mengingat negara Indonesia adalah negara yang dikenal kesantunannya di dunia
internasional.
Belajar dari Corona
Ya,
belajar! Sebagai guru, kita harus peka, bahwa semua yang terkait dengan corona
hendaknya kita jadikan sebagai pelajaran bagi semua. Kita jadikan mewabahnya
virus corona sebagai bahan belajar kita untuk bersikap, berpikir, dan
berperilaku positif dalam keseharian khususnya dalam pendidikan dan
kebermanfaatan untuk sesama.
Bahkan
dengan fenomena tersebut kita bisa belajar untuk berliterasi secara benar,
berliterasi dengan baik dan berliterasi cerdas sebagai bentuk sikap belajar
untuk menjadi pribadi yang berkarakter dan bermoral.
Dan
hemat kami, bentuk belajar dari virus
corona 2019 dalam pendidikan untuk kebermanfaatan sesama daengan kaitanya
dengan mewabahnya virus corona ini yang pertama adalah Belajar hidup sehat. Hal
ini sangat penting dilakukan dan diteladankan serta dibudayakan di manapun
berada. Karena dengan sehat, kita bisa tahan terhadap segala penyakit dan dan
menjadikan jiwa, hati menjadi sehat dan jernih. Seperti pepatah, pada tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang kuat.
Bentuk
belajar hidup sehat yang bisa dilakukan diantaranya adalah dengan cuci tangan
sebelum makan, makan makanan yang sudah masak atau matang. Lalu juga bisa
menggunakan masker di lingkungan yang rentan paparan polusi udara, berpikir
positif, dan lain sebagainya.
Belajar
yang kedua adalah belajar untuk peduli. Hal ini sangat penting karena di era
saat ini banyak tumbuh gaya hidup individualis tidak care atau peduli dengan kondisi orang lain. Bentuk sederhana yang
dapat dilakukan untuk belajar menjadi pribadi yang lebih peduli adalah memungut
sampah yang ada di sekitar, menegur teman atau saudar jika berbuat salah, memberikan
santunan anak yatim, menolong orang yang kesusahan dan lain sebagainya.
Dan
yang ketiga adalah belajar untuk belajar. Hal ini sangat penting mengingat
dengan munculnya virus corona Wuhan ini, banyak sekali info yang meresahkan
yang cenderung hoaks. Sehingga sebagai insan terdidik kita juga harus belajar melek teknologi dengan cara belajar bijak
teknologi.
Bentuk
bijak teknologi sebagai bentuk belajar untuk belajar adalah dengan menyaring
berita yang ada, tidak ikut menyebarkan hoaks tersebut, tetapi ikut menciptakan
ketenangan dengan menyebarkan informasi yang nyata kebenarannya. Karena dengan
sikap tersebut, secara tidak langsung kita juga sudah berliterasi secara benar,
khususnya literasi digital.
Maka
dari itu, tetaplah tenang dan terus berusaha membudayakan belajar serta
berusaha dan berdoa untuk kebaikan bersama, untuk kemudian kita jadikan fenomena
penyebaran virus corona Wuhan sebagai sarana belajar, sarana pengingat untuk
lebih baik lagi dalam bersikap, bermasyarakat dan berinteraksi dengan
lingkungan. Dengan harapan, generasi bangsa Indonesia menjadi agen perubahan
yang bijak, bermoral dan berkarakter serta mampu membawa kebermanfaatan kepada
sesama.
Bisa
karena corona? Mengapa tidak?
Nama : Nur
Rakhmat,S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01. Kota Semarang.
Hp. 081542557038. Email : nurrakhmatcahayakasihsayang@yahoo.com
Jln. Candi Intan V No.1129 Rt.07 Rw.09 Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang 50183
Langganan:
Postingan (Atom)
Search
Video
Kurtilas
Kategori
Artikel Ilmiah Populer
(23)
Bank Soal
(20)
Artikel Populer
(15)
Puisi
(12)
Berita
(11)
Kisah Sang Guru
(10)
Cerita Anak
(6)
Pidato
(4)
Buku
(3)
Dongeng
(2)
Esai
(2)
Geguritan
(2)
info lomba
(2)
Cerpen
(1)
Galeri Foto
(1)
Media Pembelajaran
(1)
Pantun
(1)
TUGAS SISWA
(1)
TUGAS SISWA 2
(1)
Tugas 4
(1)
Tugas Siswa 3
(1)
Diberdayakan oleh Blogger.