Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Selasa, 24 Maret 2020

On 20.43 by Nur Rakhmat in    No comments

Alhamdulillah ... 
Karya Ini sudah terbit di media massa Jateng yaitu Harian Tribun Jateng. 
Selamat membaca dan semoga kita selalu saling memotivasi demi kebaikan negeri


Sekolah Itu Bernama Rumah
Oleh : Nur Rakhmat
Belajar di rumah, itulah salah satu maklumat dari Presiden RI sebagai upaya melindungi rakyat Indonesia utamanya siswa generasi penerus bangsa dari paparan Covid 19. Akibatnya, guru sebagai pendidik di sekolah mempunyai kewajiban memberikan tugas ke siswa untuk menjaga pemahaman siswa agar tetap dalam kondisi prima.
Dan orang tua sebagai penanggungjawab utama siswa, mau tidak mau harus menyiapkan diri untuk membekali siswa selama proses belajar di rumah, utamanya dalam perannya menjadi “guru” bagi siswa di sekolah yang bernama rumah.
Rumah Sebagai Sekolah
Rumah sebagai sekolah sebenarnya bukanlah hal baru dalam pendidikan. Mengapa demikian? Karena sebelum pemerintah mengeluarkan himbauan agar sekolah mengalihkan pembelajarannya di rumah masing masing siswa, sudah ada terlebih dahulu home scholing dan bentuk teknik pendidikan lainnya.
Namun, yang menjadi perhatian saat ini adalah pendidikan yang seharusnya dilaksanakan di sekolah, dialihkan untuk dilaksanakan di rumah. Tentu hal ini menjadi tantangan bahkan bisa menjadi beban bagi orang tua siswa. Menjadi tantangan karena mungkin orang tua sudah tahu kondisi anak dan kurang puas dengan hasil pembelajaran di sekolah. Dan orang tua berusaha mampu merubah kondisi tersebut.
Menjadi beban bagi orang tua, karena tidak semua orang tua tidak siap menjadi guru bagi putra putrinya di rumah yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tuntutan pekerjaan, kesibukan sosial, ataupun kurangnya kemampuan orang tua dalam memahami materi ajar siswa yang sudah berbeda jauh dengan masa saat orang tua sekolah.
Oleh sebab itu, jika perbedaan penerimaan konsep kebijakan tersebut dibiarkan berlarut larut, maka yang paling terkena dampaknya adalah siswa. Siswa akan berada dalam kondisi bingung dan tidak siap menerima kondisi yang dihadapi saat ini.
Nah, hemat kami ada beberapa trik jitu agar siswa tetap dalam kondisi prima dan tidak merasa bingung mengerjakan tugas serta tidak juga merasa keberatan karena tingkat beban tugas siswa semakin banyak. Yang pertama adalah selalu berkomunikasi dengan guru sekolah. Sebagai guru di rumah, komunikasi dengan guru di sekolah wajib dilakukan. Hal ini bertujuan, agar tujuan pendidikan dan pembelajaran bisa tercapai optimal.
Kemudian yang kedua adalah memiliki shadow teacher. Shadow teacher atau guru bayangan bagi orang tua di rumah adalah bisa kakak, nenek, kakek, paman dan lain sebagainya. Hal ini juga dimaksudkan agar siswa terpantau saat belajar dan orang tua sebagai guru di rumah juga lebih mudah mendidik “siswanya”.
Dan yang ketiga adalah berinovasi. Inovasi yang bisa dilakukan orang tua di rumah saat berperan sebagai guru adalah dengan menginovasi tugas guru yang dari sekolah ataupun bisa juga mengkreasi tugas baru untuk diberikan ke anak didiknya. Bahkan orang tua juga bisa juga menggunakan berbagai fitur layanan pendidikan di dunia maya seperti rumah belajar, ruang guru, edmodo, sekolahku, quizzez, dan lain sebagainya.
Hemat penulis, ketiga hal tersebut, selain menghilangkan kebosanan anak, bentuk inovasi, variasi, tugas yang diberikan orang tua akan bisa menumbuhkan sikap senang, rasa suka terhadap tugas sehingga memupuk bakat anak tumbuh dan berkembang sebagai bekal masa depan anak. Hal ini dikarenakan rasa suka adalah salah satu unsur utama keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Bahkan Munif Chatib dalam buku “Orangtuanya Manusia” mengatakan, rasa suka terhadap aktivitas haruslah selalu dipupuk. Ibarat tunas, rasa suka akan tumbuh banyak sekali. Itulah bakat anak, sayangnya banyak orang tua mencabut tunas itu dengan berbagai alasan.
Maka dari itu, mari jadikan rumah sebagai sekolah dan kita sebagai guru serta orang tua bagi anak, janganlah kita menjadi mesin penghancur bakat anak. Namun, mari di kondisi seperti ini, teruslah belajar, tumbuhkan bakat dan potensi anak, agar sekolah yang bernama rumah, benar benar bisa menjadi kolaborator bagi sekolah dan tetaplah tenang, jangan meremehkan, serta lakukanlah perlindungan diri untuk menjaga dan mengawal tunas tunas generasi muda masa depan bangsa menjadi generasi yang bermoral dan berkarakter.


Alhamdulillah ...
Karya ini terbit pada hari Selasa, 24 Maret 2020 di harian Tribun Jateng.
Selamat membaca


0 komentar:

Posting Komentar