Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Minggu, 27 Mei 2018

On 11.18 by Nur Rakhmat in    1 comment
Punya impian menjadi seorang penulis? Tertarik untuk menceritakan kisah dewasa muda yang memikat? Ikuti lomba menulis dan raih kesempatan untuk menerbitkan karyamu dengan Grasindo!
Kamu memiliki waktu tiga bulan untuk menulis di platform Sweek dengan tag #GrasindoFictionSweek setidaknya 25.000 kata. Jangan lewatkan kesempatan menjadi talenta baru Grasindo . Kerahkan kreatifitasmu dan kemas ceritamu menjadi kisah menarik  

Prosedur
  • Membuat akun di platform Sweek dan kirimkan ceritamu di Sweek, bisa per bab atau secara langsung
  • Pastikan telah mengirimkan setidaknya 25.000 kata sebelum batas waktu. Peserta dapat mengirimkan cerita walaupun belum diselesaikan
  • Pembaca dapat memberikan vote melalui tombol “follow”/ ”ikuti”. Setelah batas waktu pengiriman cerita, masih ada waktu 2 minggu untuk memberikan vote
  • Juri akan membaca dan menilai cerita
  • Akan ada 5 cerita yang terpilih oleh juri dan 5 cerita lagi akan dipilih oleh publik

 Mulai: Selasa, 10 April 2018
Deadline: Rabu, 20 Juni 2018
Mulai voting: Rabu, 20 Juni 2018
Selesai voting: Rabu 4 Juli 2018
Penilaian juri: Kamis 21 Juni 2018 – Senin 16 Juli 2018
Pengumuman cerita terpilih: Selasa 17 Juli 2018
Pengumuman pemenang: Kamis 19 Juli 2018 

Pemenang 1 – IDR 5.000.000 + diterbitkan
Pemenang 2 – IDR 3.000.000 + diterbitkan
Pemenang 3 – IDR 2.000.000 + diterbitkan
10 finalis akan mendapatkan goodie bag Sweek + book package Grasindo

Juri
Ainun Nufus, penulis Kali Kedua (2016), Cool Boy (2017), dan Baby and Me (2017) yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Beberapa judul terbit secara self publishing, tersedia di Google Play Book. Ia aktif menulis sampai sekarang di Sweek dan Wattpad dengan nama akun @ainunufus. Baginya menulis merupakan hiburan dari penatnya kehidupan nyata. Selain itu dia juga menjadi pengajar anak-anak untuk belajar menulis. Aktif di media sosial Instagram @ainunufus.


Alnira, lahir dan besar di kota Palembang. Mulai menulis cerpen sejak SMP dan belajar menulis novel sejak 2009. Penyuka novel fantasi dan kriminal ini justru banyak menulis cerita-cerita romance dan chicklit. Alnira telah menerbitkan delapan buku, antara lain Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati yang diterbitkan oleh Grasindo. Sejumlah cerita lain ia tulis Wattpad.


Bellazmr adalah username Bella Putri Maharani di Wattpad, tempatnya menuangkan ide. Perempuan kelahiran Februari 1999 ini sedang kuliah di Jurusan Peternakan, Universitas Sriwijaya, Palembang. Ia paling menyukai hal berwarna oranye dan we bare bear. Genre favorit Bella adalah Fiksi Sains, meski ia belum pernah menuliskannya. Karyanya yang sudah terbit Crazy Mate, Fall, Flesh Out, dan Hung Out. 



Sirhayani, penulis yang karya-karyanya telah terbit di penerbit mayor maupun yang dipublikasikan di platformkepenulisan. Karya-karyanya yang telah terbit yaitu True StalkerSandi’s StyleSafa’s Story, dan Memori.

Septi WS, editor fiksi Penerbit Grasindo. Perempuan kelahiran September 1991 ini alumni Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain aktif sebagai editor, ia juga kerap diundang menjadi juri dan pembicara di pelbagai kegiatan diskusi sastra dan penulisan novel. Akun FB: Septi Ws.



Regulasi
  • Berumur 13 tahun atau lebih untuk berpartisipasi.
  • Peserta berumur 13 tahun kebawah harus mendapatkan ijin dari orang tua
  • Cerita anda harus diterbitkan di Sweek menggunakan tag #GrasindoFictionSweek
  • Cerita harus bergenre dewasa muda, yang artinya ditujukan untuk pembaca 15-25 tahun
  • Cerita harus dituliskan dengan Bahasa Indonesia
  • Cerita harus mengandung tema romansa, dimana penulis dapat dengan bebas mengemas cerita menjadi kisah cinta remaja, misteri, sci-fi, fantasi, atau genre lainnya.
  • Jika cerita belum selesai sampai dengan batas waktu pengiriman yang ditentukan, peserta yang telah menuliskan minimal 25.000 kata atau lebih akan dikirimkan email dan hanya perlu membalasnya dengan memberikan ringkasan plot cerita (termasuk ending cerita) maksimal 1.000 kata dan data diri.
  • Cerita harus dibuat oleh peserta
  • Cerita yang diikutkan boleh menggunakan cerita yang sudah pernah diterbitkan di platform lain atau sosial media, selama itu cerita original milik peserta dan bukan cerita yang telah diterbitkan oleh penerbit lain.
  • Jika cerita sudah pernah ada di Sweek sebelumnya, cerita harus diterbitkan ulang (menjadi cerita baru)
  • Cerita harus diterbitkan sebelum 20 Juni 2018 23.59 WIB. Setelah batas waktu, mengganti atau menambahkan cerita tidak diperbolehkan
  • Setiap peserta diperbolehkan untuk berpartisipasi dengan lebih dari satu cerita
  • Fanfiction, puisi, cerpen, antologi, non-fiksi tidak diperbolehkan

Pertanyaan
Ada pertanyaan? Silakan baca FAQ berikut FAQ Lomba #GrasindoFictionSweek Jika pertanyaanmu belum terjawab, silakan kontak support@sweek.com
Step 1: Unduh Sweek app atau gunakan website: https://sweek.com/Android app: http: //bit.ly/SweekforAndroid iOS app: http://bit.ly/SweekforiOS 
Step 2: Buat akun
Step 3: Unggah cerita dengan cara klik  ‘My stories’/’Cerita saya’ dan ‘New story’/’Cerita baru’ dan isi judul beserta deskripsi. Jangan lupa untuk mengunggah cover
Step 4: Klik pada ‘New chapter’/’Cerita baru’ dan salin bab baru pada text box. Klik ‘publish’/’terbitkan’, pilih genre, dan masukkan tag #GrasindoFictionSweek (jangan lupa untuk klik enter)
Step 5: Ceritamu sudah mengikuti kontes sekarang. Jangan lupa untuk membagikannya dengan teman dan keluarga!
Step 6: Kamu dapat menambahkan bab kapan saja

Tentang Grasindo
Grasindo didirikan pada 1990 seiring dengan diluncurkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Awalnya, Grasindo mengkhususkan pada penerbitan buku-buku sekolah dan referensi pendidikan. Pada masa yang sama, Grasindo juga dikenal sebagai penerbit buku-buku cerita rakyat dan buku anak. Dalam perjalanan waktu, Grasindo terus meluaskan lini-lini produknya dalam penerbitan buku fiksi dan non-fiksi, baik lokal maupun terjemahan, serta berinovasi menciptakan tablet pendidikan “Gramediabooks”. Sebagai penerbit umum, Grasindo berkomitmen untuk terus hadir sebagai “mitra tepercaya keluarga Indonesia”.
Tentang Sweek
Sweek adalah platform terbuka yang memungkinkan siapa saja, dimanapun dan kapanpun, untuk membaca, menulis, dan berbagi cerita. Secara mudah, cepat, dan gratis. Sweek membuat aktivitas membaca dan menulis bersifat sosial, yang artinya pengguna dapat menulis dan mengirimkan cerita setiap bab demi bab, saling berbagi komentar dan saran, mengikuti penulis dan cerita yang disukai, serta membagikan cerita di sosial media. Sementara itu, lebih dari 250.000 penulis telah mengikuti komunitas dari penjuru dunia. Selain dapat membagikan cerita online, penulis juga dapat menerbitkan dan menjualnya melalui penerbitan mandiri Sweek self-publishing.  http://www.sweek.com
CATATAN: Kontes ini tidak disponsori, didukung, dikelola oleh atau terkait dengan Facebook.
Info Lebih Lanjut Silahkan ...
On 11.09 by Nur Rakhmat in    No comments

PEMILIHAN DUTA BAHASA JAWA TENGAH 2018


Pemilihan Duta Bahasa Jawa Tengah 2018 terbuka untuk seluruh warga negara Indonesia yang berdomisili di Jawa Tengah. Adapun syarat-syarat peserta adalah
1. usia 18--25 tahun dan belum menikah,
2. warga negara Indonesia dengan KTP Jawa Tengah,
3. pendidikan minimal SMA,
4. berkepribadian dan berpenampilan menarik,
5. tinggi badan minimal 160 cm untuk laki-laki dan 155 cm untuk perempuan,
6. mampu berbahasa Indonesia, Jawa, dan  asing, baik lisan maupun tulis,
7. memiliki visi tentang pengembangan kebahasaan dan kesastraan Indonesia dan daerah.

Cara Pendaftaran
1. Mengisi daftar riwayat hidup pada tautan bit.ly/dubasjateng2018 serta melampirkan:
a. proposal kegiatan kebahasaan dan/atau kesastraan dalam bahasa Indonesia (maksimal 5 halaman A4, Times New Roman 12, spasi 2, pias kiri 4 cm, pias kanan 3 cm),
b. salinan ijazah terakhir atau salinan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM),
c. salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta
d. foto berwarna (seluruh badan dan   setengah badan/close up).
2. Berkas diterima panitia paling lambat 31 Mei 2018

link terkait :
On 11.00 by Nur Rakhmat in    No comments

Belajar di Bulan Sarat Karakter
Oleh : Nur Rakhmat
Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang bisa merubah masa depan menjadi lebih baik. Pendidikan juga merupakan sarana untuk lebih berkarakter dalam sikap perilaku keseharian siswa. Oleh karena itu, di tengah maraknya degradasi moral, Ramadan sebagai bulan sarat karakter sangat tepat digunakan untuk menggodok mental siswa menjadi lebih baik.
Sebagaimana dikatakan dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
 Lalu bagaimana cara membentuk siswa menjadi lebih berkarakter melalui bulan Ramadan yang sarat akan nilai pendidikan ini?
Belajar
Hemat kami, untuk meningkatan karakter positif siswa melalu pendidikan di bulan sarat pendidikan karakter ini adalah dengan cara belajar. Ya, belajar adalah usaha yang dapat dilakukan oleh semua pihak utamanya siswa untuk berubah menjadi lebih baik.
Belajar sebagaimana dikatakan oleh Daryanto dalam bukunya Belajar dan Mengajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu hasil perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Oleh karena itu, mengisi bulan Ramadan dengan kegiatan yang mendidik, asyik, dan berkarakter adalah suatu kebutuhan mendesak agar generasi muda benar-benar bisa menjadi generasi berkarakter baik dan unggul yang bisa menjawab tantangan global di masa mendatang dengan meraih kesuksesan, keberhasilan dan kematangan mental serta moral.
Dan hemat kami, selain pesantren kilat, kegiatan belajar yang bisa digunakan sebagai pemacu karakter positif siswa di bulan Ramadan agar lebih berkarakter di bulan-bulan yang lain yang pertama adalah belajar sabar. Sabar adalah sikap positif dalam tiap individu yang bermanfaat sebagai penahan diri dari segala amarah. Bahkan karena sangat pentingnya sikap sabar, Nabi Muhammad SAW sampai bersabda bahwa sabar adalah cahaya yang terang benderang.
Bentuk berlatih sabar yang dapat dilakukan adalah dengan ibadah puasa bagi yang menjalankannya. Sehingga dengan puasa tersebut, harapannya mental sabar dan spiritual dalam diri siswa bisa terbentuk dengan baik.
Belajar yang kedua adalah belajar patuh. Belajar patuh atau belajar sikap taat adalah juga salah satu elemen penting pembentukan karakter positif siswa di bulan Ramadan. Belajar sikap ini sangat jelas terlihat dalam ibadah salat dan puasa siswa. Sehingga harapannya dengan siswa patuh dan taat menjalankan segala perintah yang baik dan menjauhi keburukan, di masa mendatang siswa juga bisa membedakan mana baik dan mana buruk sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan.
Yang ketiga adalah belajar untuk disiplin. Disiplin adalah salah satu sikap utama dalam pembinaan pendidikan karakter di sekolah dasar. Disiplin juga merupakan element penting dalam membentuk jiwa siswa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, sikap disiplin ini sangat urgent diberikan dan diterapkan siswa dalam keseharian.
Bentuk kegiatan disiplin yang muncul saat ramadan adalah disiplin untuk salat di awal waktu alias tidak menunda nunda waktu salat. Selain itu, saat menunggu waktu berbuka puasa dan mengahiri makan sahur juga merupakan salah satu sikap disiplin yang bisa ditumbuhkan di bulan Ramadan dalam sikap keseharian di lingkungan masing-masing.
Bentuk belajar keempat yang bisa dilakukan siswa di bulan Ramadan adalah belajar untuk saling menghormati. Sikap positif ini bisa kita jumpai saat siang hari waktu siswa berpuasa. Contoh bentuk saling menghormatinya adalah bagi yang tidak berpuasa dilarang makan di dekat siswa yang puasa, dan beberapa kegiatan lainnya.
Dan bentuk belajar terakhir yang dapat membentuk karakter positif siswa di bulan Ramadan adalah belajar untuk mengendalikan. Mengendalikan apa saja? Bisa mengendalikan mulut untuk tidak saling mengejek, menggunjing teman dan berkata jorok. Mengendalikan mata dengan tidak menonton tayangan yang tidak baik. Serta mengendalikan sikap hawa nafsu untuk menahan diri dari segala yang membatalkan puasa.
Namun, untuk bisa menjaga konsistensi dan komitmen siswa dalam belajar di bulan Ramadan ini agar bisa membudayakan kebaikan di luar bulan Ramadan diperlukan komitmen berbagai pihak utamanya sekolah, masyarakat dan orang tua untuk selalu memberi keteladanan (uswatun hasanah) ke siswa dalam berbagai perilaku positif.
Hal tersebut sangat penting karena dalam hasil dan proses belajar siswa ada faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya. Faktor intern meliputi jasmani, psikologis, dan kelelahan sedangkan faktor ekstern meliputi faktor kelurga, sekolah dan masyarakat.(Slameto, 2010: 54).
Sehingga dengan peran berbagai pihak dalam menjaga konsistensi siswa untuk belajar di bulan Ramadan, harapannya degradasi moral yang saat ini sedang melanda sedikit demi sedikit bisa hilang. Dan bulan Ramadan sebagai bulan pendidikan (sahruh tarbiyyah) benar benar bisa menjadi ajang tumbuhnya pendidikan karakter posittif siswa.
Dan siswa sebagai generasi penerus bangsa, bisa memiliki ahlak baik atau ahlakul karimah yang menjadi bekal mereka di masa mendatang. Tentu demi generasi yang bermoral, berkarakter dan demi Indonesia yang lebih baik.
Selamat menjalankan ibadah puasa 1439 H
Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. HP. 081542557038
Alamat : Jalan Candi Intan V/1129 Rt.7/9 Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

Sabtu, 31 Maret 2018

On 09.28 by Nur Rakhmat in    No comments
Alhamdulillah ... Semoga berkah


Silahkan .... bisa sebagai salah satu referensi penulisan di koran

Judul: Dakwah Bil Koran
Penulis: Nur Rakhmat
Genre: Kumpulan Essai / Artikel
Tebal: x+150 hlm; 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-6611-85-7 


Pemesanan bisa menghubungi  081542557038 (Nur Rakhmat) 

Beberapa kegiatan bersama Dakwah bil Koran







Selamat Menginspirasi ... dan Salam Sukses Selalu

On 09.13 by Nur Rakhmat in    No comments

Alhamdulillah dimuat di Harian Tribun Jateng Selasa, 6 Maret 2018
Sukse Selalu ...

Pendidikan (bukan) Hanya Sekolah
Oleh : Nur Rakhmat
Sekolah gagal menjalankan perannya dalam mendidik generasi penerus bangsa! Itulah yang umumnya masyarakat sampaikan ketika melihat banyaknya kejadian kriminal, kurangnya etika dan sopan santun yang dilakukan oleh oknum pelajar sebagai generasi penerus bangsa tanah air tercinta ini.
Adanya  pembunuhan driver taksi online yang dilakukan oleh oknum siswa di salah satu sekolah kejuruan negeri di Kota Semarang serta kasus tewasnya Pak Guru Budi yang dilakukan oleh siswa di Madura beberapa waktu lalu, seolah menambah bukti bahwa pendidikan dengan lembaganya yang bernama sekolah gagal mendidik generasi bangsa menjadi generasi bermoral dan berkarakter.
Namun, apakah hanya sekolah dengan guru sebagai tokoh utama yang menjadi penyebab gagalnya proses pendidikan?
Banyak Faktor Penyebab
Dikatakan bahwa dalam proses belajar siswa ada faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya. Faktor intern meliputi jasmani, psikologis, dan kelelahan sedangkan faktor ekstern meliputi faktor kelurga, sekolah dan masyarakat.(Slameto, 2010: 54).
Oleh karena itu, sebagai insan berkarakter sudah semestinya bagi kita untuk tidak mengkambing hitamkan sekolah dalam kasus tersebut. Orang tua, sekolah dan masyarakat perlu mengkaji bersama kemudian mencarikan solusi apa sebenarnya penyebab lunturnya budaya karakter siswa tersebut.
Misalnya dari faktor sekolah, sekolah wajib mempelajari dan merefleksi diri apakah dalam sistem pengajaran dan pendidikan yang diberikan sudah sesuai dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa? Apakah siswa sudah mendapatkan haknya dengan baik dan benar selama belajar di sekolah tersebut, termasuk hak mendapat pendidikan, bimbingan dan perlindungan?
Mengapa hal tersebut penting disampaikan? Hemat kami dengan sekolah mau berinstrospeksi, secara tidak langsung sekolah sudah memberikan keteladanan dalam pendidikan karakter yang dilaksanakan. Sekolah secara tidak langsung juga mendidik siswanya untuk selalu berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Dan yang utama sekolah sudah berusaha memberikan pelayanan prima kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Kemudian dari faktor keluarga, keluarga hendaknya juga bersikap terbuka kepada sekolah dan masyarakat. Keluarga hendaknya juga merefleksi diri apakah sudah benar dalam mendidik anak? Apakah keluarga juga sudah memberikan kasih sayang sepenuh hati kepada anak anaknya ataupun belum.
Mengapa demikian? Hemat kami, selain karena keluarga adalah pihak yang pertama kali mendidik anak, keluarga juga merupakan pondasi awal pendidikan bagi anak dalam bentuk pendidikan informal melalui sosok ibu. Keluarga juga memberikan dampak besar dalam sikap dan perilaku anak.
Baharrudin dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa hal yang berpengaruh dari lingkungan keluarga ke anak, diantaranya adalah kesediaan orang tua menerima anak dengan sepenuhnya, pertengkaran dan perselisihan antara kedua orang tua, sikap otoriter dan demokratis anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar. ( Baharrudin, 2009 : 2011).
Faktor yang terakhir adalah faktor lingkungan siswa. Faktor lingkungan ini bisa lingkungan sepermainan anak ataupun lingkungan masyarakat. Keduanya memberikan dampak besar dalam perkembangan siswa. Oleh karena itu, pergaulan anak juga perlu mendapat perhatian lebih dari orang tua dan guru. Selain itu, kepedulian masyarakat dalam memantau sikap dan perilaku anak juga sangat besar dampaknya bagi perkembangan dan karakter anak, baik bagi dirinya maupun untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
Lalu bagaimana langkah yang dimabil agar semua faktor tersebut bisa membentuk proses dan bentuk pendidikan yang ideal dan diharapkan oleh semua pihak?
Kolaborasi
Ya, kolaborasi adalah kunci utama dalam membentuk karakter, moral dan sikap siswa menjadi ideal sesuai yang kita harapkan. Kolaborasi juga adalah salah satu faktor penting dalam pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C yaitu, communication, collaboration, Critical Thingking and problem solving serta Creativity and Innovatioan .
Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan proses mencapai tujuan nasional pendidikan, kolaborasi positif antar elemen pendidikan sangatlah dibutuhkan, mulai dari elemen sekolah, keluarga dan masyarakat. Terlebih dalam UU Sisdiknas dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh karena itu pendidikan dikatakan sebagai sistem dan sebagai sistem, agar pendidikan bisa berjalan dengan optimal, sudah seharusnya dilaksanakan dengan menyeluruh dan dengan mengaitkan berbagai komponen pendidikan yang saling  mengait untuk mencapai tujuan nasional pendidikan. Bukan zamannya lagi pendidikan hanya mutlak milik sekolah yang berjalan sendiri tanpa adanya kerjasama dengan orang tua dan masyarakat.
Lalu hal apa saja bentuk kolaborasi antar elemen untuk mencapai tujuan nasional pendidikan secara efektif tersebut? Yang pertama adalah mengoptimalkan peran orang tua. Orang tua sebagai mitra terdekat sekolah dan sekaligus sebagai pelaku utama pendidikan informal sudah seharusnya lebih berperan dalam mendidik siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Bentuk kolaborasi dengan orang tua diantaranya adanya paguyuban orang tua yang mendukung penuh proses belajar anak di sekolah misalnya dengan mendatangkan tokoh sebagai sumber inspirasi siswa dalam kelas inspirasi, dan lain lain.
Selain itu, mengadakan diklat bagi orang tua agar menambah wawasan orang tua terkait psikologi perkembangan siswa juga sangat dibutuhkan agar siswa menjadi generasi yang bermoral dan bertanggung jawab.
Bentuk kolaborasi selanjutnya adalah dengan lingkungan masyarakat dalam bentuk pendidikan berbasis masyarakat dan masyarakat berbasis pendidikan. Untuk pendidikan berbasis masyarakat bisa berupa adanya PKBM dan kursus yang diselenggarakan masyarakat.  Sedangkan masyarakat berbasis pendidikan adalah adanya kegiatan masyarakat yang diselenggarakan oleh kolaborasi antara masyarakat, keluarga dan sekolah. Sehingga dampak yang ditimbulkan juga semakin besar dan terasa manfaatnya.
Namun, kolaborasi tersebut hendaklah dilaksanakan dengan penuh komitmen dan disiplin semata mata untuk kemajuan pendidikan. Sehingga pendidikan tidak hanya tanggungjawab sekolah saja, tetapi tanggungjawab kita bersama agar tercapai tujuan nasional bangsa Indonesia dan untuk Indonesia yang lebih berkarakter. Amin ...

Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.
HP. 081542557038
Alamat : Jalan Candi Intan V/1129 Rt.7/9 Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang




On 09.09 by Nur Rakhmat in    2 comments

Pendidikan Keluarga dan Hasil Belajar Anak
Oleh : Nur Rakhmat
“Jika anak hidup dengan kecaman, mereka belajar mengutuk”
“Jika anak hidup dengan permusuhan, mereka belaajr untuk melawan”
“Jika anak hidup dengan ketakutan, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan”
“Jika anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk mengasihani diri sendiri”
“Jika anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu”
“Jika anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri”
“Jika anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah”
“Jika anak hidup dengan dorongan , mereka belajar percaya diri”
“Jika anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran”
“Jika anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi”
“Jika anak hidup dengan penerimaan, mereka akan belajar mencintai”
“Jika anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar untuk menyukai mereka sendiri”
‘Jika anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar untuk memiliki tujuan”
“Jika anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kemurahan hati”
“Jika anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar kejujuran”
Itulah beberapa kutipan tentang pendidikan anak yang dikemukakan oleh Dorothly Law Nolte, sebagai gambaran bagi kita orang tua dalam mendidik anak. Anak adalah harta yang paling utama, anak adalah karunia yang besar dari Tuhan. Sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap orang tua untuk memberikan perlindungan yang baik bagi anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Ingat! Anak adalah generasi penerus kita, anak adalah generasi penerus bangsa yang wajib dididik dengan cara yang baik untuk menjadi terbaik.
Jangan sampai anak mendapat pendidikan yang ala kadarnya. Jangan sampai anak dididik tidak maksimal atau setengah-setengah. Banyaknya tindak kriminalitas dengan pelaku anak menandakan masih belum maksimalnya hasil pendidikan terhadap anak. Adanya kritik sosial melalui iklan layanan masyarakat di televisi dan media cetak juga menandakan masih minimnya peran dan dampak positif dari pendidikan terhadap anak.
Seperti kita ketahui, kritik sosial dalam iklan layanan masyarakat di televisi dimana digambarkan seorang anak yang merasa diabaikan dengan sibuknya orang tua bermain gadget saat anak sedang membutuhkan mereka, juga menandakan masih belum maksimalnya pendidikan keluarga bagi hasil belajar anak, baik dalam sikap, perilaku dan intelektualnya.
Revitalisasi Pendidikan Keluarga
            Sebagaimana  dikatakan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
            Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk selalu memaksimalkan proses pendidikan terhadap anak. Ingat, pendidikan kepada anak bukan hanya tugas sekolah saja. Justru peran pendidikan kelurga juga sangat penting perannya dalam proses pendidikan terhadap anak. Sehingga sudah wajib bagi kelurga untuk meningkatkan perannya kembali dalam proses pendidikan anak.
            Dengan cara apa? Tentu sebagai lembaga informal dalam proses pendidikan anak, keluarga juga perlu merencanakan bagaimana bentuk ideal pendidikan bagi anaknya. Keluarga juga perlu merencanakan tujuan pembelajaran yang diberikan kepada anaknya agar anaknya bisa menjadi generasi yang unggul dan cerdas.
            Hemat kami, ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk merevitalisasi pendidikan keluarga. Yang pertama adalah orang tua sebagai pendidik utama dalam pembinaan pendidikan keluarga harus tahu ilmu perkembangan anak. Sehingga diklat atau pelatihan bagi orang tua terkait teori perkembangan anak serta perilaku anak juga penting dilakukan.
            Ini penting agar dalam proses pendidikan, anak tidak medapat pola pendidikan yang salah. Selain itu, dengan diklat pendidikan keluarga kepada orang tua, orang tua bisa belajar tentang bakat dan potensi anak, dan lain sebagainya.
            Yang kedua, agar proses revitalisasi perndidikan keluarga berjalan lancar orang tua perlu memahami bahwa setiap anak itu unik. Setiap anak cerdas, setiap anak mempunyai dunianya sendiri. Jadi setiap anak yang satu berbeda dengan anak yang lainnya. Jangan sampai orang tua menyamaratakan serta membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.
            Seperti yang dikatakan Howard Gardner dalam teori multiple intelegiences atau teori kecerdasan ganda, dikatakan bahwa kecerdasan anak meliputi kecerdasan matematis-logis, linguitik, visual-spasial, musikal, kinestesis, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan kecerdasan eksistensial (Munif Chatib, 2014:88).
            Sehingga jika orang tua sudah memahami kondisi anak, sudah menyadari bahwa masing-masing anak mempunyai karakter dan potensi yang berbeda, harapannya orang tua bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan pendidikan keluarga bisa dilaksanakan dengan maksimal untuk mencapai hasil yang optimal.
            Selanjutnya, setelah orang tua mampu mengetahui kondisi anak, motivasi juga penting diberikan orang tua terhadap anak. Sehingga dengan motivasi, diharapkan potensi dan karakter positif yang ada pada diri anak bisa meningkat dengan baik. Dengan cara apa, gunakan waktu berkualitas dengan anak sebagai salah satu sarana memotivasi anak.
            Hal ketiga yang harus dipersiapkan agar revitalisasi pendidikan keluarga bisa berjalan dengan baik adalah konsistensi dari semua pihak. Bisa termasuk konsistensi orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua sebagai pendidik utama dalam pendidikan keluarga harus mempunyai sikap tahan banting, harus bersikap pantang menyerah dan selalu menunjukkan sikap dan karakter positif kepada anak.
Mengapa demikian? Karena sebagai pendidik utama dalam pendidikan keluarga, semua tingkah laku, perkataan dan sikap orang tua akan pasti ditiru oleh anak. Sehingga wajib bagi orang tua menjadi model yang baik bagi anak. Wajib bagi orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
Jangan sampai sebagai pendidik yang utama, orang tua justru bersikap tidak konsisten dalam mendidik anak-anaknya. Misalnya, saat waktu efektif atau waktu berkualitas antara anak dan orang tua, orang tua sibuk mainan HP dan lain sebagainya. Jelas jika hal tersebut terjadi, proses pendidikan kepada anak dipastikan bisa gagal dan tidak berhasil.
Kemudian konsistensi dari sekolah bisa kita lihat dari adanya simbiosis mutualisme antara sekolah dan keluarga. Sehingga penting bagi keluarga untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Karena, selain lembaga formal, sekolah juga bisa dijadikan model dalam proses pendidikan keluarga, utamannya dalam penerapan kurikulumnya. Oleh sebab itu, wajib bagi sekolah untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada siswa sebagai bagian juga dari pendidikan keluarga.
Sikap konsistensi selanjutnya adalah dari unsur masyarakat. Sikap konsisten dari masyarakat bisa kita lihat dari segi kontrol kepada anak sebagai bagian keluarga dan bagian masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat wajib aktif berperan serta dalam pengawasan terhadap anak. Misalnya, jika ada anak yang dimungkinkan hendak tawuran, masyarakat tidak hanya diam atau pasif. Namun, masyarakat hendaknya segera membubarkan anak yang hendak tawuran tersebut.
Selain itu, masyarakat khususnya masyarakat media hendaknya gencar memberikan informasi atau iklan layanan masyarakat agar kontrol sosial tersebut bisa berjalan lancar dan menyeluruh.
Sikap konsistensi selanjutnya adalah dari pemerintah. Pemerintah hendaknya konsekuen terhadap progam yang telah dikeluarkan, khususnya yang berkait dengan pendidikan keluarga. Jangan sampai progam yang dicanangkan pemerintah hanya sebagai pencitraan atau sebagai pemanis saja. Penguatan kembali progam sahabat keluarga melalui pembinaan pendidikan keluarga (Bindikel) hendaknya secara masif terus digalakkan. Sehingga harapannya pendidikan keluarga bisa berjalan dengan baik dan optimal.
Terakhir, hal yang harus dipersiapkan agar pendidikan kelurga bisa berjalan dengan lancar adalah pembiasaan positif dalam keluarga. Artinya memunculkan, menumbuhkan, dan membiasakan sikap karakter positif dalam keluarga. Tentu keteladanan dari seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan agar pembiasaan tersebut bisa berjalan baik dan lancar. Sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang bernuansa serta berselimutkan budaya positif untuk membentuk budaya positif dalam keluarga.
Memang, diperlukan ketekunan dan kesungguhan niat masing-masing pihak untuk merevitalisasi pendidikan keluarga tersebut. Terlepas dari kendala yang ada, jika pendidikan keluarga bisa berjalan dengan baik, maka diharapkan hasil belajar anak juga bisa mendapat hasil yang baik. Artinya ada hubungan positif antara pendidikan keluarga dengan hasil belajar anak. Sehingga wajib bagi kita menyukseskan gerakan revitalisasi pendidikan keluarga guna menuju hasil belajar anak yang lebih baik.
Harapannya, bukan hanya hasil belajar dalam segi intelektualitas saja yang bisa mendapat hasil baik. Namun, hasil belajar dari segi sikap, perilaku,dan moral juga bisa meningkat dengan baik. Sehingga anak sebagai generasi penerus bangsa bisa benar-benar menjadi generasi yang baik, berkarakter dan mampu menjadi agen perubahan bangsa di masa mendatang. Sehingga keluarga hebat mampu menjadi model pendidikan keluarga yang bersahabat dengan anak Tentunya demi Indonesia yang lebih baik. Amin
#Sahabatkeluarga 
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Audio/5412_2017-12-04/02_Hymne_Pendidikan_Keluarga.mp3 
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/index&ikat=2





Kamis, 15 Maret 2018

On 16.20 by Nur Rakhmat in    No comments

Alhamdulillah karya media "BAGAS CAPER" ini berhasil menjadi juara dua Lomba Krenova Kota Semarang 2017

Abstrak "BAGAS CAPER"


“BAGAS CAPER” dan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang”
Nur Rakhmat
Abstrak: Belajar adalah proses perubahan menjadi lebih baik. Jika proses belajar baik, maka hasil belajar bisa berjalan dengan baik pula, termasuk dalam belajar IPS. Seperti yang ditemukan di kelas VA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang. Saat pembelajaran di kelas dengan cara konvensional atau ceramah saja, rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah 61% atau sebanyak 25 siswa dari 41 siswa. Ini artinya, ketuntasan belajar yang dicapai siswa belum maksimal. Selain itu, proses pembelajaran tidak efektif dan kurang komunikatif. Lalu bagaimana langkah yang digunakan untuk mendapat hasil sesuai KKM pada mata pelajaran IPS? Setelah melalui berbagai proses, kami kemudian menggunakan “BAGAS CAPER” dalam pembelajaran IPS. Sebuah metode dalam model pembelajaran kooperatif dengan memadukan antara diskusi kelompok dengan bermain dalam pembelajaran. Lalu, apakah setelah menggunakan “BAGAS CAPER” hasil belajar IPS rata-rata bisa naik? Sesuai dengan tujuan penggunaan “BAGAS CAPER”, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar, setelah diterapkan dalam pembelajaran, hasil belajar yang didapat siswa kelas VA SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang meningkat. Yaitu, dari 25 siswa yang mencapai KKM, menjadi 39 siswa atau dari 61% menjadi 95% atau meningkat 34 % dari sebelumnya. Artinya penggunaan “BAGAS CAPER” dalam pembelajaran bisa meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajarasn.
Kata Kunci : BAGAS CAPER, Hasil Belajar, IPS



Keunggulannya ;
1. Bisa digunakan untuk semua mapel
2. Mudah diproduksi dan murah serta mudah digunakan
3. Melatih kelestarian lingkungan karena bahan berasal dari barang bekas