Sabtu, 31 Maret 2018
On 09.13 by Nur Rakhmat in Artikel Ilmiah Populer No comments
Alhamdulillah dimuat di Harian Tribun Jateng Selasa, 6 Maret 2018
Sukse Selalu ...
Pendidikan
(bukan) Hanya Sekolah
Oleh
: Nur Rakhmat
Sekolah
gagal menjalankan perannya dalam mendidik generasi penerus bangsa! Itulah yang umumnya
masyarakat sampaikan ketika melihat banyaknya kejadian kriminal, kurangnya
etika dan sopan santun yang dilakukan oleh oknum pelajar sebagai generasi
penerus bangsa tanah air tercinta ini.
Adanya
pembunuhan driver taksi online yang
dilakukan oleh oknum siswa di salah satu sekolah kejuruan negeri di Kota
Semarang serta kasus tewasnya Pak Guru Budi yang dilakukan oleh siswa di Madura
beberapa waktu lalu, seolah menambah bukti bahwa pendidikan dengan lembaganya
yang bernama sekolah gagal mendidik generasi bangsa menjadi generasi bermoral
dan berkarakter.
Namun,
apakah hanya sekolah dengan guru sebagai tokoh utama yang menjadi penyebab
gagalnya proses pendidikan?
Banyak Faktor Penyebab
Dikatakan
bahwa dalam proses belajar siswa ada faktor intern dan ekstern yang
mempengaruhinya. Faktor intern meliputi jasmani, psikologis, dan kelelahan
sedangkan faktor ekstern meliputi faktor kelurga, sekolah dan
masyarakat.(Slameto, 2010: 54).
Oleh
karena itu, sebagai insan berkarakter sudah semestinya bagi kita untuk tidak
mengkambing hitamkan sekolah dalam kasus tersebut. Orang tua, sekolah dan
masyarakat perlu mengkaji bersama kemudian mencarikan solusi apa sebenarnya
penyebab lunturnya budaya karakter siswa tersebut.
Misalnya
dari faktor sekolah, sekolah wajib mempelajari dan merefleksi diri apakah dalam
sistem pengajaran dan pendidikan yang diberikan sudah sesuai dengan kurikulum
dan tingkat perkembangan siswa? Apakah siswa sudah mendapatkan haknya dengan
baik dan benar selama belajar di sekolah tersebut, termasuk hak mendapat
pendidikan, bimbingan dan perlindungan?
Mengapa
hal tersebut penting disampaikan? Hemat kami dengan sekolah mau
berinstrospeksi, secara tidak langsung sekolah sudah memberikan keteladanan
dalam pendidikan karakter yang dilaksanakan. Sekolah secara tidak langsung juga
mendidik siswanya untuk selalu berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Dan
yang utama sekolah sudah berusaha memberikan pelayanan prima kepada siswa
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Kemudian
dari faktor keluarga, keluarga hendaknya juga bersikap terbuka kepada sekolah
dan masyarakat. Keluarga hendaknya juga merefleksi diri apakah sudah benar
dalam mendidik anak? Apakah keluarga juga sudah memberikan kasih sayang sepenuh
hati kepada anak anaknya ataupun belum.
Mengapa
demikian? Hemat kami, selain karena keluarga adalah pihak yang pertama kali
mendidik anak, keluarga juga merupakan pondasi awal pendidikan bagi anak dalam
bentuk pendidikan informal melalui sosok ibu. Keluarga juga memberikan dampak
besar dalam sikap dan perilaku anak.
Baharrudin
dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa hal yang berpengaruh dari
lingkungan keluarga ke anak, diantaranya adalah kesediaan orang tua menerima
anak dengan sepenuhnya, pertengkaran dan perselisihan antara kedua orang tua,
sikap otoriter dan demokratis anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga dan
hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar. ( Baharrudin, 2009 : 2011).
Faktor
yang terakhir adalah faktor lingkungan siswa. Faktor lingkungan ini bisa
lingkungan sepermainan anak ataupun lingkungan masyarakat. Keduanya memberikan
dampak besar dalam perkembangan siswa. Oleh karena itu, pergaulan anak juga
perlu mendapat perhatian lebih dari orang tua dan guru. Selain itu, kepedulian
masyarakat dalam memantau sikap dan perilaku anak juga sangat besar dampaknya
bagi perkembangan dan karakter anak, baik bagi dirinya maupun untuk
bersosialisasi dengan masyarakat.
Lalu
bagaimana langkah yang dimabil agar semua faktor tersebut bisa membentuk proses
dan bentuk pendidikan yang ideal dan diharapkan oleh semua pihak?
Kolaborasi
Ya,
kolaborasi adalah kunci utama dalam membentuk karakter, moral dan sikap siswa
menjadi ideal sesuai yang kita harapkan. Kolaborasi juga adalah salah satu
faktor penting dalam pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C yaitu,
communication, collaboration, Critical Thingking and problem solving serta
Creativity and Innovatioan .
Oleh
karena itu, dalam kaitannya dengan proses mencapai tujuan nasional pendidikan,
kolaborasi positif antar elemen pendidikan sangatlah dibutuhkan, mulai dari
elemen sekolah, keluarga dan masyarakat. Terlebih dalam UU Sisdiknas dikatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh
karena itu pendidikan dikatakan sebagai sistem dan sebagai sistem, agar
pendidikan bisa berjalan dengan optimal, sudah seharusnya dilaksanakan dengan
menyeluruh dan dengan mengaitkan berbagai komponen pendidikan yang saling mengait untuk mencapai tujuan nasional
pendidikan. Bukan zamannya lagi pendidikan hanya mutlak milik sekolah yang
berjalan sendiri tanpa adanya kerjasama dengan orang tua dan masyarakat.
Lalu
hal apa saja bentuk kolaborasi antar elemen untuk mencapai tujuan nasional
pendidikan secara efektif tersebut? Yang pertama adalah mengoptimalkan peran
orang tua. Orang tua sebagai mitra terdekat sekolah dan sekaligus sebagai
pelaku utama pendidikan informal sudah seharusnya lebih berperan dalam mendidik
siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Bentuk
kolaborasi dengan orang tua diantaranya adanya paguyuban orang tua yang
mendukung penuh proses belajar anak di sekolah misalnya dengan mendatangkan
tokoh sebagai sumber inspirasi siswa dalam kelas inspirasi, dan lain lain.
Selain
itu, mengadakan diklat bagi orang tua agar menambah wawasan orang tua terkait
psikologi perkembangan siswa juga sangat dibutuhkan agar siswa menjadi generasi
yang bermoral dan bertanggung jawab.
Bentuk
kolaborasi selanjutnya adalah dengan lingkungan masyarakat dalam bentuk pendidikan
berbasis masyarakat dan masyarakat berbasis pendidikan. Untuk pendidikan
berbasis masyarakat bisa berupa adanya PKBM dan kursus yang diselenggarakan
masyarakat. Sedangkan masyarakat
berbasis pendidikan adalah adanya kegiatan masyarakat yang diselenggarakan oleh
kolaborasi antara masyarakat, keluarga dan sekolah. Sehingga dampak yang
ditimbulkan juga semakin besar dan terasa manfaatnya.
Namun,
kolaborasi tersebut hendaklah dilaksanakan dengan penuh komitmen dan disiplin semata
mata untuk kemajuan pendidikan. Sehingga pendidikan tidak hanya tanggungjawab
sekolah saja, tetapi tanggungjawab kita bersama agar tercapai tujuan nasional
bangsa Indonesia dan untuk Indonesia yang lebih berkarakter. Amin ...
Nur
Rakhmat, S.Pd.
Guru
SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang.
HP.
081542557038
Alamat
: Jalan Candi Intan V/1129 Rt.7/9 Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Video
Kurtilas
Kategori
Artikel Ilmiah Populer
(23)
Bank Soal
(20)
Artikel Populer
(15)
Puisi
(12)
Berita
(11)
Kisah Sang Guru
(10)
Cerita Anak
(6)
Pidato
(4)
Buku
(3)
Dongeng
(2)
Esai
(2)
Geguritan
(2)
info lomba
(2)
Cerpen
(1)
Galeri Foto
(1)
Media Pembelajaran
(1)
Pantun
(1)
TUGAS SISWA
(1)
TUGAS SISWA 2
(1)
Tugas 4
(1)
Tugas Siswa 3
(1)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar