Sabtu, 31 Maret 2018
On 09.09 by Nur Rakhmat in Esai 2 comments
Pendidikan
Keluarga dan Hasil Belajar Anak
Oleh
: Nur Rakhmat
“Jika
anak hidup dengan kecaman, mereka belajar mengutuk”
“Jika
anak hidup dengan permusuhan, mereka belaajr untuk melawan”
“Jika
anak hidup dengan ketakutan, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan”
“Jika
anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk mengasihani diri sendiri”
“Jika
anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu”
“Jika
anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri”
“Jika
anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah”
“Jika
anak hidup dengan dorongan , mereka belajar percaya diri”
“Jika
anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran”
“Jika
anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi”
“Jika
anak hidup dengan penerimaan, mereka akan belajar mencintai”
“Jika
anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar untuk menyukai mereka sendiri”
‘Jika
anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar untuk memiliki tujuan”
“Jika
anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kemurahan hati”
“Jika
anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar kejujuran”
Itulah
beberapa kutipan tentang pendidikan anak yang dikemukakan oleh Dorothly Law
Nolte, sebagai gambaran bagi kita orang tua dalam mendidik anak. Anak adalah
harta yang paling utama, anak adalah karunia yang besar dari Tuhan. Sebagaimana
dikatakan dalam pasal 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
anak, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.
Oleh
karena itu, wajib bagi setiap orang tua untuk memberikan perlindungan yang baik
bagi anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Ingat! Anak adalah generasi penerus kita, anak adalah generasi penerus bangsa
yang wajib dididik dengan cara yang baik untuk menjadi terbaik.
Jangan
sampai anak mendapat pendidikan yang ala kadarnya. Jangan sampai anak dididik
tidak maksimal atau setengah-setengah. Banyaknya tindak kriminalitas dengan
pelaku anak menandakan masih belum maksimalnya hasil pendidikan terhadap anak.
Adanya kritik sosial melalui iklan layanan masyarakat di televisi dan media
cetak juga menandakan masih minimnya peran dan dampak positif dari pendidikan terhadap
anak.
Seperti
kita ketahui, kritik sosial dalam iklan layanan masyarakat di televisi dimana
digambarkan seorang anak yang merasa diabaikan dengan sibuknya orang tua
bermain gadget saat anak sedang membutuhkan mereka, juga menandakan masih belum
maksimalnya pendidikan keluarga bagi hasil belajar anak, baik dalam sikap,
perilaku dan intelektualnya.
Revitalisasi Pendidikan Keluarga
Sebagaimana dikatakan dalam Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban kita semua untuk selalu memaksimalkan proses pendidikan terhadap
anak. Ingat, pendidikan kepada anak bukan hanya tugas sekolah saja. Justru
peran pendidikan kelurga juga sangat penting perannya dalam proses pendidikan
terhadap anak. Sehingga sudah wajib bagi kelurga untuk meningkatkan perannya
kembali dalam proses pendidikan anak.
Dengan cara apa? Tentu sebagai
lembaga informal dalam proses pendidikan anak, keluarga juga perlu merencanakan
bagaimana bentuk ideal pendidikan bagi anaknya. Keluarga juga perlu
merencanakan tujuan pembelajaran yang diberikan kepada anaknya agar anaknya
bisa menjadi generasi yang unggul dan cerdas.
Hemat kami, ada beberapa hal yang
perlu disiapkan untuk merevitalisasi pendidikan keluarga. Yang pertama adalah orang
tua sebagai pendidik utama dalam pembinaan pendidikan keluarga harus tahu ilmu
perkembangan anak. Sehingga diklat atau pelatihan bagi orang tua terkait teori
perkembangan anak serta perilaku anak juga penting dilakukan.
Ini penting agar dalam proses pendidikan,
anak tidak medapat pola pendidikan yang salah. Selain itu, dengan diklat
pendidikan keluarga kepada orang tua, orang tua bisa belajar tentang bakat dan
potensi anak, dan lain sebagainya.
Yang kedua, agar proses revitalisasi
perndidikan keluarga berjalan lancar orang tua perlu memahami bahwa setiap anak
itu unik. Setiap anak cerdas, setiap anak mempunyai dunianya sendiri. Jadi
setiap anak yang satu berbeda dengan anak yang lainnya. Jangan sampai orang tua
menyamaratakan serta membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya.
Seperti yang dikatakan Howard
Gardner dalam teori multiple intelegiences atau teori kecerdasan ganda,
dikatakan bahwa kecerdasan anak meliputi kecerdasan matematis-logis, linguitik,
visual-spasial, musikal, kinestesis, interpersonal, intrapersonal, naturalis,
dan kecerdasan eksistensial (Munif Chatib, 2014:88).
Sehingga jika orang tua sudah
memahami kondisi anak, sudah menyadari bahwa masing-masing anak mempunyai
karakter dan potensi yang berbeda, harapannya orang tua bisa memberikan
pelayanan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan pendidikan keluarga bisa
dilaksanakan dengan maksimal untuk mencapai hasil yang optimal.
Selanjutnya, setelah orang tua mampu
mengetahui kondisi anak, motivasi juga penting diberikan orang tua terhadap
anak. Sehingga dengan motivasi, diharapkan potensi dan karakter positif yang
ada pada diri anak bisa meningkat dengan baik. Dengan cara apa, gunakan waktu
berkualitas dengan anak sebagai salah satu sarana memotivasi anak.
Hal ketiga yang harus dipersiapkan
agar revitalisasi pendidikan keluarga bisa berjalan dengan baik adalah konsistensi
dari semua pihak. Bisa termasuk konsistensi orang tua, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah. Orang tua sebagai pendidik utama dalam pendidikan keluarga harus mempunyai
sikap tahan banting, harus bersikap pantang menyerah dan selalu menunjukkan
sikap dan karakter positif kepada anak.
Mengapa
demikian? Karena sebagai pendidik utama dalam pendidikan keluarga, semua
tingkah laku, perkataan dan sikap orang tua akan pasti ditiru oleh anak.
Sehingga wajib bagi orang tua menjadi model yang baik bagi anak. Wajib bagi
orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
Jangan
sampai sebagai pendidik yang utama, orang tua justru bersikap tidak konsisten
dalam mendidik anak-anaknya. Misalnya, saat waktu efektif atau waktu
berkualitas antara anak dan orang tua, orang tua sibuk mainan HP dan lain
sebagainya. Jelas jika hal tersebut terjadi, proses pendidikan kepada anak
dipastikan bisa gagal dan tidak berhasil.
Kemudian
konsistensi dari sekolah bisa kita lihat dari adanya simbiosis mutualisme antara
sekolah dan keluarga. Sehingga penting bagi keluarga untuk selalu menjalin
komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Karena, selain lembaga formal,
sekolah juga bisa dijadikan model dalam proses pendidikan keluarga, utamannya
dalam penerapan kurikulumnya. Oleh sebab itu, wajib bagi sekolah untuk selalu
memberikan pelayanan prima kepada siswa sebagai bagian juga dari pendidikan
keluarga.
Sikap
konsistensi selanjutnya adalah dari unsur masyarakat. Sikap konsisten dari masyarakat
bisa kita lihat dari segi kontrol kepada anak sebagai bagian keluarga dan
bagian masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat wajib aktif berperan serta dalam
pengawasan terhadap anak. Misalnya, jika ada anak yang dimungkinkan hendak
tawuran, masyarakat tidak hanya diam atau pasif. Namun, masyarakat hendaknya
segera membubarkan anak yang hendak tawuran tersebut.
Selain
itu, masyarakat khususnya masyarakat media hendaknya gencar memberikan
informasi atau iklan layanan masyarakat agar kontrol sosial tersebut bisa
berjalan lancar dan menyeluruh.
Sikap
konsistensi selanjutnya adalah dari pemerintah. Pemerintah hendaknya konsekuen
terhadap progam yang telah dikeluarkan, khususnya yang berkait dengan
pendidikan keluarga. Jangan sampai progam yang dicanangkan pemerintah hanya
sebagai pencitraan atau sebagai pemanis saja. Penguatan kembali progam sahabat
keluarga melalui pembinaan pendidikan keluarga (Bindikel) hendaknya secara
masif terus digalakkan. Sehingga harapannya pendidikan keluarga bisa berjalan
dengan baik dan optimal.
Terakhir,
hal yang harus dipersiapkan agar pendidikan kelurga bisa berjalan dengan lancar
adalah pembiasaan positif dalam keluarga. Artinya memunculkan, menumbuhkan, dan
membiasakan sikap karakter positif dalam keluarga. Tentu keteladanan dari
seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan agar pembiasaan tersebut bisa
berjalan baik dan lancar. Sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan keluarga yang bernuansa serta berselimutkan budaya positif untuk
membentuk budaya positif dalam keluarga.
Memang,
diperlukan ketekunan dan kesungguhan niat masing-masing pihak untuk
merevitalisasi pendidikan keluarga tersebut. Terlepas dari kendala yang ada,
jika pendidikan keluarga bisa berjalan dengan baik, maka diharapkan hasil
belajar anak juga bisa mendapat hasil yang baik. Artinya ada hubungan positif
antara pendidikan keluarga dengan hasil belajar anak. Sehingga wajib bagi kita
menyukseskan gerakan revitalisasi pendidikan keluarga guna menuju hasil belajar
anak yang lebih baik.
Harapannya,
bukan hanya hasil belajar dalam segi intelektualitas saja yang bisa mendapat
hasil baik. Namun, hasil belajar dari segi sikap, perilaku,dan moral juga bisa
meningkat dengan baik. Sehingga anak sebagai generasi penerus bangsa bisa
benar-benar menjadi generasi yang baik, berkarakter dan mampu menjadi agen
perubahan bangsa di masa mendatang. Sehingga keluarga hebat mampu menjadi model pendidikan keluarga yang bersahabat dengan anak Tentunya demi Indonesia yang lebih baik.
Amin
#Sahabatkeluarga
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Audio/5412_2017-12-04/02_Hymne_Pendidikan_Keluarga.mp3
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/index&ikat=2
#Sahabatkeluarga
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Audio/5412_2017-12-04/02_Hymne_Pendidikan_Keluarga.mp3
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/index&ikat=2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Video
Kurtilas
Kategori
Artikel Ilmiah Populer
(23)
Bank Soal
(20)
Artikel Populer
(15)
Puisi
(12)
Berita
(11)
Kisah Sang Guru
(10)
Cerita Anak
(6)
Pidato
(4)
Buku
(3)
Dongeng
(2)
Esai
(2)
Geguritan
(2)
info lomba
(2)
Cerpen
(1)
Galeri Foto
(1)
Media Pembelajaran
(1)
Pantun
(1)
TUGAS SISWA
(1)
TUGAS SISWA 2
(1)
Tugas 4
(1)
Tugas Siswa 3
(1)
Diberdayakan oleh Blogger.
Barakallaah..
BalasHapusTulisan yg bermanfaat.
Refleksi juga bagi saya selaku orangtua. Sedikit kritik tentang ketelitian penulisan dan belum adanya pembahasan peran penegak hukum dalam penyelesaian kasus di dunia pendidikan.
Sukses pak ....tulisannya bagus ....yess ...mengimpirasi dan bermanfaat
BalasHapus