Selasa, 30 Juni 2020
Bismillah
Asal Usul Goa Kreo
Nur Rakhmat
“Kek,
ceritain Arga dong !”
Kata
Arga manja. Siang itu Arga sedang berlibur bersama keluarga di rumah kakeknya
di Gunung Pati Semarang, dia senang sekali. Apalagi di dekat rumah kakek banyak
tempat wisata yang bisa dikunjungi.
“Arga
! Ikut kakek yok!”
“Ke
mana Kek? “ tanya Arga kebingungan.
“Pokoknya
ikut Kakek, jangan nolak. Tidak baik menolak ajakan orang tua he he he”.
“Iya,
kakek ....”
Argapun
ikut kakek, mereka naik sepeda gunung kesayangan kakek.
“Nah,
akhirnya kita sampai”
Arga
dan kakekpun sampai, namun Arga belum tahu
tempat apa yang dikunjunginya bersama kakek.
“
Kek, kita di mana ?”
“Ini
namanya Goa Kreo Cucuku? Di sini dulu Sunan Kalijaga salah satu Walisongo singgah mencari kayu untuk tiang Masjid Agung Demak.”
“Cerita
dong kek, cerita dong kek, please ...” kata Arga sambil merengek ke kakek.
“Hussh
... kamu itu lo, kakek belum selesai bicara sudah dipotong. Itu tidak baik lo !
Lain kali jangan diulang ya “ kata kakek sambil sedikit gemes melihat cucunya.
“Habis
kakek cerita Walisongo sih ... Itukan idolaku !”
Sambil
berjalan mengitari kawasan Goa Kreo kakek bercerita
Saat
itu, di Kerajaan Demak sedang diadakan musyawarah pembangunan Masjid Agung
Demak.
“Wahai
para Waliyullah ... Pembangunan masjid di Kerajaan Demak untuk ibadah umat
semakin mendesak. Aku ingin, masjid ini menjadi pusat penyebaran islam di
wilayah Jawa. Mohon kiranya, tiang utama masjid ini dibuat dari kayu yang kuat”
“Titah
paduka sultan siap dilaksanakan” para walipun menjawab dan langsung bermusyawarah
melanjutkan amanah tersebut. Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan
Sunan Kalijogo bertugas mengemban amanah tersebut.
Tersebutlah
Sunan Kalijaga mendapat tugas mencari ke arah selatan barat daya, beliau tak
lupa mengajak santrinya untuk mencari kayu yang dimaksud. Setelah sekian waktu
mereka berjalan, sampailah mereka di hutan lebat di sebelah barat daya Glagah
wangi.
“Kita
berhenti di sini!”
“Ada
apa wahai Sunan? Kok kita berhenti di hutan lebat ini?”
“Lihat
ke arah sana! Insya allah itu pohonnya.”
Namun
ketika didekati Sunan Kalijaga dan santrinya pohon jati itu bergerak dan
berpindah tempat.
“Astaghfirullah,
Guru pohonnya tidak ada!” teriak santrinya.
“Baiklah,
mungkin ini ujian dari Allah untuk menguji, sejauh mana kesabaran kita. Namun,
sebelum kita melanjutkan perjalanan, tempat ini aku namakan Jatingaleh. “
Tidak
berputus asa. Sunan Kalijaga dan santrinya melanjutkan perjalanan ke arah
barat. Mreka berjalan melewati lembah, hutan, sungai, dan gunung mengikuti arah
pohon jati yang menjulang paling tinggi di antara pohon lainnya.
Dan
akhirnya Sunan Kalijaga bersama santrinya berhasil menemukan serta menebang
pohon jati tersebut. Sunan Kalijaga memotong batang kayu jati tersebut, agar
mudah dibawa ke Demak melalui sungai. Namun, tiba tiba ...
“Astaghfirullah
... “
Sunan
Kalijaga dan santri kaget, tiba tiba tunggak atau akar pohon jati jadi melebar
menjadi besar.
“Aku
namakan tempat ini Tunggak Jati Ombo”.
Setelah
itu, Sunan Kalijaga dan rombongan melanjutkan perjalanan , namun sekali lagi
ujian datang menghadang. Saat itu Sunan Kalijaga kesulitan melewati belokan
sungai yang sangat tajam.
“Astaghfirullah
... kita berhenti dulu sejenak di sini. Kalian carilah tempat untuk berteduh.”
“
Baik Sunan.” Santripun bergerak mencari tempat yang aman dan teduh untuk
istirahat, tersebutlah mereka menemukan goa yang kelak dikenal sebagai Goa
Kreo.
“Baiklah,
sambil istirahat di sini. Aku akan solat dan bersemedi minta petunjuk
pertolongan Allah. Kalian boleh berjaga di luar atau ikut doa bersamaku.”
Sunan
Kalijagapun salat serta bersemedi berdoa memohon pertolongan Allah. Saat itulah
Sunan Kalijaga mendapat petunjuk agar memotong kayu jati menjadi dua bagian.
Tiba
tiba muncul empat ekor kera dengan bulu warna warni, merah, hitam, putih dan
kuning.
“Tuan
Sunan, bolehkah kami membantu?” kata kera merah.
“Iya
tuan Sunan, Allah mengirim kami untuk membantu tuan Sunan!” sambung kera hitam.
“Aku
menerima bantuan kalian, lalu apa yang akan kalian lakukan”
“Kami
akan membantu memindahan kayu itu tuan sunan. “ jawab kera putih.
“
Iya Tuan Sunan, kami akan mengajak teman teman kami membantu tuan sunan.”
lanjut kera kuning.
Tiba
tiba, Sunan Kalijaga dan santri kaget, di sekitar mereka sudah ada ratusan
kawanan Wanara atau kera siap menunggu perintah tugas Sunan kalijaga.
“Alhamdulillah
... “
“Ayo
saudarau para wanara, kita bantu Tuan Sunan memindahkan kayu ini.” ucap kera
merah lantang.
“Baik
saudaraku!” jawab wanara serempak.
Akhirnya
tidak membutuhkan waktu lama, tikungan tajam yang menghalangi kayu bisa dilewati.
Sunan Kalijaga dan santrinya pun mengucapkan terimakasih kepada seluruh Wanara
di daerah tersebut.
“Sahabatku,
para wanara, terimakasih sudah membantu memudahkan perjalanan kayu ini menuju
Demak. Semoga Allah selalu memudahkan jalan kalian.” Sabda Sunan Kalijaga.
Tiba
tiba kera kuning berucap, “Tuan Sunan, bolehkan aku ikut ke Demak, Aku ingin
sekali bertemu ratuku yang adil.”
“Iya
Sunan, bolehkan ikut Tuan Sunan.” timpal kera putih.
terlihat
Kera hitam dan merah juga berharap sekali untuk bisa ikut Sunan kalijaga.
Sambil berlinang air mata dan berona sedih, Sunan kalijaga berkata.
“Saudaraku
wanara, aku senang kesetiaan dan ketulusan kalian. Namun, jika kalian ikut aku
ke Demak. Siapa yang akan menjaga kelestarian hutan ini?”
Para
Wanara terdiam, mereka tertunduk patuh kepada Sunan kalijaga.
“Baiklah,
Tuan Sunan, kita akan mengikuti apa titah Tuan Sunan.” Kata kera Merah
memberanikan diri bicara.
“
Semoga Allah selalu menjaga dan meridhoi kalian. Tolong jaga jagalah lingkungan
di sini agar asri dan semakin sejuk. jangan sampai rusak, dan mulai saati ini,
daerah ini aku namakan Goa Kreo.”
Akhirnya
Sunan kalijaga melanjutkan perjalan ke Demak dan Para Wanara melaksanakan titah
Sunan Kalijaga dengan menjaga kawasan goa kreo sampai sekarang.
“Hei
Arga, kok melamun!”
“Eh
... tidak kek.. aku kagum sama kesabaran dan ketabahan sunan serta kesetiaan
wanara. Semoga aku bisa meniru sikap postiif mereka. terimak kasih kek!”
“Iya,
yuk kita pulang!”
Nb.
Naskah dongeng ini merupakan hasil gubahan dari berbagai sumber
Semoga bisa menginspirasi untuk kemajuan literasi negeri ini
Salam Budaya
#SemarangHebat
Selasa, 09 Juni 2020
Sebuah Rasa yang
Terus Melangkah
Karya : Nur
Rakhmat
Sebuah rasa
dalam jiwa meletup bagai pistol Sang Pemburu Jiwa
Meluncur bagai
panah Arjuna mencari cinta
Menembus angkasa
bagai Gatotkaca hendak memeluk mega
Sebuah rasa yang
kau baca hanya menjadi bencana
Sebuah rasa yang
kau tanda hanya menjadi canda
Sebuah rasa yang
terus melangkah bersama jiwa yang terarah
Terus melangkah,
terus melangkah walau hendak kalah
Terus melangkah
mencari arah walau dunia seolah berbalik arah
Terus melangkah dalam
bahtera pemecah ombak Sang Nakhoda
Terus melangkah
gapai cita dalam fana dunia
Terus melangkah
walau hanya dikata dalam cerita
Jangan kau
bertanya !
Ini adalah
tentang rasa
Ini adalah rasa tentang
cinta yang hilang asa walau dunia semakin durjana
Ini adalah rasa
yang menjadi tanda bahwa kau memang ada
Ini adalah rasa
cinta dari hamba yang lemah adanya
Ini adalah rasa
dari pendoa yang takut tercebur dosa
Rasa yang
menangis iri pada pandemi dunia
Rasa yang
mengoyak sunyi Sang Pengisi Hati
Rasa yang
menjadi ilusi maknawi tetapi selalu menyayat diri
Rasa yang hanya
menjadi impian dini para pencari ilusi
Rasa yang hanya
kau rasa pasti nikmat akan tersakiti
Rasa yang jika
kau tanya hanya senyum tiada memahami
Jangan heran
kawan
Ini adalah
tentang rasa yang melangkah
Ini adalah rasa
yang melangkah jalan berkah Sang Maha Indah
Rasa yang terus
melangkah walau hanya sebatas asa
Rasa yang terus
melangkah tuk gapai ridho Sang Maha Esa
Demi indah cita
Sang Penerus Asa Bangsa Indonesia
Pasadena09062020
Rabu, 03 Juni 2020
Hadapi
Corona Dengan Pancasila
Oleh : Nur Rakhmat
Pancasila
adalah dasar negara yang mutlak bagi seluruh masyarakat Indonesia di manapun
dan sampai kapanpun. Sehingga bersama dengan momentum peringatan hari Lahir
Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, sudah saatnya Pancasila
sebagai dasar negara tidak hanya dikenal secara simbolis dengan seremonial atau
gebyar semata. Namun, Pancasila juga bisa diwujudkan dan diterapkan serta
dirasakan manfaatnya dalam keseharian oleh seluruh elemen bangsa, termasuk
siswa sebagau generasi penerus bangsa.
Nilai Luhur Pancasila
Sekolah
sebagai kawah candradimuka siswa hendaknya bisa menjadi pelopor dan teladan
yang baik penerapan nilai Pancasila di tengah kondisi bangsa yang sedang terguncang
pandemi global virus korona yang bukan tidak mungkin bisa menimbulkan disintregasi bangsa
Dan
hemat penulis nilai nilai dan karakter luhur Pancasila sangat tepat dan efektif
dibudayakan guna menumbuhkan karakter dan mental positif seluruh elemen bangsa
di tengah pandemi global ini. Pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam
sila pertama nilai karakter utama yang wajib dibudayakan adalah Iman dan taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuknya
diantaranya adalah tidak ikut terbawa arus negatif dengan hilang harapan putus
asa akan karunia Tuhan YME. Akan tetapi, tetap yakin, terus berdoa, berusaha serta
husnudzon dan tawakkal bahwa segala
penyakit pasti ada obat dan harapan pasti selalu ada bagi setiap manusia yang
mau berusaha.
Berikutnya
adalah Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Bentuk karakter positifnya adalah berbudi
luhur menghormati orang lain. Artinya dengan menghormati orang lain berarti
kita juga mengakui dan peduli keberadaan orang tersebut. Bentuk nyatanya antara
lain, menghormati orang lain dengan memakai masker, cuci tangan pakai sabun,
serta bentuk pencegahan penularan covid 19 lainnya sesuai dengan protokol yang
ditetapkan pemerintah.
Selanjutnya
adalah Persatuan Indonesia. Nilai positif yang sesuai dengan sila ketiga ini
adalah bersatu mencegah penularan corona dan dampak lainnya seperti kemiskinan
dan kemunduran ekonomi dengan cara bersatu melaksanakan anjuran pemerintah dan
bergotong royong, saling memotivasi, saling membantu sebagai bentuk kepedulian
bersama seperti dengan melakukan jogo
tonggo, membeli produk dalam negeri, gerakan donasi bersama dan lain
sebagainya.
Sila
berikutnya adalah Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Pewakilan. Bentuk nilai karakternya diantaranya adalah amanah
dan bertanggungjawab melaksanakan ketetapan pemerintah sebagai hasil musyawarah
di tengah pandemi dan era milenial ini serta melaksanakan dengan penuh
kesadaran dan keimanan.
Dan
yang terahir adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai
karakter yang hendaknya dibudayakan adalah adil terhadap sesama. Artinya sebagai
bagian bangsa Indonesia kita hendaknya memiliki sikap yang adil ketika mendapat
amanah serta bersikap positif menghadapi pandemi ini. Sehingga dengan sikap
adil ini imunitas bangsa bisa terjamin dan kelangsungan hidup bangsa bisa
diteruskan.
Namun,
agar nilai karakter Pancasil tersebut dapat diterapkan dan dibudayakan sebagai
benteng kehidupan bangsa, dibutuhkan kerjasama, komitmen semua stake holder
bangsa termasuk pendidikan di dalamnya.
Sehingga di tengah era global ini, peran Pancasila bisa dirasakan dan membawa
kebermanfaatan bersama demi Indonesia yang lebih kuat dan berkarakter.
Alhamdulillah sudah muat di halaman Tribun Jateng, silahkan bisa klik link berikut :
https://jateng.tribunnews.com/2020/06/02/forum-guru-nur-rakhmat-hadapi-corona-dengan-pancasila
Selasa, 02 Juni 2020
Nanti
Kita Cerita Tentang Pramuka
Oleh
: Nur Rakhmat
Guru
SDN Kalibanteng Kidul 01 dan Andalan Ranting Kwaran Semarang Barat
Tepat sebelum Baden Powell Day pada , Sabtu 22 Februari 2020, Pramuka Indonesia berduka. Sebagai insan pendidikan, tentu berita tersebut sangat menggemparkan dan disayangkan, terlebih kegiatan tersebut bertujuan melatih ketahanan mental dan ketahanan fisik siswa melalui Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Namun, dengan adanya kejadian tersebut. Apakah ada masalah dengan sistem pembinaan yang ada?
Kode Etik Pramuka dan
APE
Pendidikan
dengan berbagai prosesnya, tentu membutuhkan daya dukung kuat dari semua stake
holder pendidikan tersebut. Mulai masyarakat, guru, sekolah, dan siswa. Kejadian
yang menimpa salah satu sekolah di Sleman tersebut bisa dijadikan pelajaran bagi
kita untuk lebih berhati-hati, waspada dan lebih mempertimbangkan berbagai
aspek dalam setiap progam kegiatan.
Pramuka
berdasar Permen No. 63 tahun 2014 adalah ekstrakurikuler wajib jenjang
pendidikan dasar dan menengah, juga berperan penting dalam pembentukan karakter
dan moral siswa. Pendidikan kepramukaan dengan segala nilai dan kode etik kepramukaan
yang dimilikinya juga berperan dalam proses kecakapan hidup, pembentukan
kepribadian, dan akhlak mulia pramuka melalui nilai nilai kepramukaan.
Namun,
hemat penulis, agar pelaksanaan pendidikan kepramukaan mencapai tujuan yang
diharapkan, dibutuhkan APE di dalamnya. APE yang pertama adalah analisis. Analisis
yang dimaksud diantaranya yaitu apa tujuan kegiatan, siapa pesertanya, adakah
risiko yang muncul, bagaimana daya dukung kegiatan, apa metodenya, bagaimana
pelaksanaannya, di mana tempatnya sampai berapa biaya yang dibutuhkan.
Hal
tersebut sangatlah penting, mengingat berdasar informasi yang penulis serap
dari berbagai media, kegiatan susur sungai tersebut tidak ada alat pengaman
diri seperti tali untuk pegangan, hanya menggunakan tongkat pramuka, usia masih
12 sampai 13 tahunan. Dengan kejadian yang ada, tentu ini menandakan masih
kurang jelinya analisis kebutuhan dan risiko dari kegiatan tersebut.
APE
yang kedua, pelaksanaan. Pendidikan kepramukaan hendaknya dilaksanakan berdasar
tujuan dan analis yang baik, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan juga bisa
minim. Misalnya di dalam Undang Undang No. 12 tahun 2010 pasal 7 atay 3 D
tentang Gerakan Pramuka dikatakan bahwa metode belajar interaktif dan progesif
dalam pendidikan kepramukaan adalah dengan kegiatan yang menantang.
Namun
yang dimaksud kegiatan menantang di sini bukanlah kegiatan yang membahayakan
dan berisiko tinggi timbul korban. Tetapi, kegiatan atau aktivitas yang
menggugah tekad dan motivasi kuat siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
Kemudian
APE yang terakhir adalah Evaluasi. Evaluasi sangat penting, mengingat evaluasi
yang dilanjutkan refleksi adalah penilaian diri untuk mengukur sejauh mana
ketercapaian tujuan yang diinginkan.
Maka
dari itu, sudah menjadi kewajiban bersama untuk peduli terhadap proses
pendidikan, termasuk pendidikan kepramukaan, agar pendidikan pendidikan
kepramukaan sebagai bagian proses pendidikan nasional mampu membentuk budaya
karakter positif siswa dalam kehidupan keseharian mereka. Sehingga Pramuka dengan segala ketahanannya bisa lebih berdaya guna dalam keseharian.
Dibutuhkan
kemampuan literasi, komitmen dan kesungguhan dari stake holder terkait, agar
pendidikan kepramukaan bisa benar benar membawa perubahan ke arah yang lebih
baik dalam sikap, moral, dan akhlak siswa. Tentu demi pendidikan yang
berkarakter dan generasi yang cerdas serta bermoral.
Salam
Pramuka !