Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Selasa, 30 Juni 2020

On 06.25 by Nur Rakhmat   No comments

Bismillah

Asal Usul Goa Kreo

Nur Rakhmat

“Kek, ceritain Arga dong !”

Kata Arga manja. Siang itu Arga sedang berlibur bersama keluarga di rumah kakeknya di Gunung Pati Semarang, dia senang sekali. Apalagi di dekat rumah kakek banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.

“Arga ! Ikut kakek yok!”

“Ke mana Kek? “ tanya Arga kebingungan.

“Pokoknya ikut Kakek, jangan nolak. Tidak baik menolak ajakan orang tua he he he”.

“Iya, kakek ....”

Argapun ikut kakek, mereka naik sepeda gunung kesayangan kakek.

“Nah, akhirnya kita sampai”

Arga dan kakekpun sampai, namun Arga belum tahu  tempat apa yang dikunjunginya bersama kakek.

“ Kek, kita di mana ?”

“Ini namanya Goa Kreo Cucuku? Di sini dulu Sunan Kalijaga salah satu Walisongo singgah mencari kayu untuk tiang Masjid Agung Demak.”

“Cerita dong kek, cerita dong kek, please ...” kata Arga sambil merengek ke kakek.

“Hussh ... kamu itu lo, kakek belum selesai bicara sudah dipotong. Itu tidak baik lo ! Lain kali jangan diulang ya “ kata kakek sambil sedikit gemes melihat cucunya.

“Habis kakek cerita Walisongo sih ... Itukan idolaku !”

Sambil berjalan mengitari kawasan Goa Kreo kakek bercerita

Saat itu, di Kerajaan Demak sedang diadakan musyawarah pembangunan Masjid Agung Demak.

“Wahai para Waliyullah ... Pembangunan masjid di Kerajaan Demak untuk ibadah umat semakin mendesak. Aku ingin, masjid ini menjadi pusat penyebaran islam di wilayah Jawa. Mohon kiranya, tiang utama masjid ini dibuat dari kayu yang kuat”

“Titah paduka sultan siap dilaksanakan” para walipun menjawab dan langsung bermusyawarah melanjutkan amanah tersebut. Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijogo bertugas mengemban amanah tersebut.

Tersebutlah Sunan Kalijaga mendapat tugas mencari ke arah selatan barat daya, beliau tak lupa mengajak santrinya untuk mencari kayu yang dimaksud. Setelah sekian waktu mereka berjalan, sampailah mereka di hutan lebat di sebelah barat daya Glagah wangi.

“Kita berhenti di sini!”

“Ada apa wahai Sunan? Kok kita berhenti di hutan lebat ini?”

“Lihat ke arah sana! Insya allah itu pohonnya.”

Namun ketika didekati Sunan Kalijaga dan santrinya pohon jati itu bergerak dan berpindah tempat.

“Astaghfirullah, Guru pohonnya tidak ada!” teriak santrinya.

“Baiklah, mungkin ini ujian dari Allah untuk menguji, sejauh mana kesabaran kita. Namun, sebelum kita melanjutkan perjalanan, tempat ini aku namakan Jatingaleh. “

Tidak berputus asa. Sunan Kalijaga dan santrinya melanjutkan perjalanan ke arah barat. Mreka berjalan melewati lembah, hutan, sungai, dan gunung mengikuti arah pohon jati yang menjulang paling tinggi di antara pohon lainnya.

Dan akhirnya Sunan Kalijaga bersama santrinya berhasil menemukan serta menebang pohon jati tersebut. Sunan Kalijaga memotong batang kayu jati tersebut, agar mudah dibawa ke Demak melalui sungai. Namun, tiba tiba ...

“Astaghfirullah ... “

Sunan Kalijaga dan santri kaget, tiba tiba tunggak atau akar pohon jati jadi melebar menjadi besar.

“Aku namakan tempat ini Tunggak Jati Ombo”.

Setelah itu, Sunan Kalijaga dan rombongan melanjutkan perjalanan , namun sekali lagi ujian datang menghadang. Saat itu Sunan Kalijaga kesulitan melewati belokan sungai yang sangat tajam.

“Astaghfirullah ... kita berhenti dulu sejenak di sini. Kalian carilah tempat untuk berteduh.”

“ Baik Sunan.” Santripun bergerak mencari tempat yang aman dan teduh untuk istirahat, tersebutlah mereka menemukan goa yang kelak dikenal sebagai Goa Kreo.

“Baiklah, sambil istirahat di sini. Aku akan solat dan bersemedi minta petunjuk pertolongan Allah. Kalian boleh berjaga di luar atau ikut doa bersamaku.”

Sunan Kalijagapun salat serta bersemedi berdoa memohon pertolongan Allah. Saat itulah Sunan Kalijaga mendapat petunjuk agar memotong kayu jati menjadi dua bagian.

Tiba tiba muncul empat ekor kera dengan bulu warna warni, merah, hitam, putih dan kuning.

“Tuan Sunan, bolehkah kami membantu?” kata kera merah.

“Iya tuan Sunan, Allah mengirim kami untuk membantu tuan Sunan!” sambung kera hitam.

“Aku menerima bantuan kalian, lalu apa yang akan kalian lakukan”

“Kami akan membantu memindahan kayu itu tuan sunan. “ jawab kera putih.

“ Iya Tuan Sunan, kami akan mengajak teman teman kami membantu tuan sunan.” lanjut kera kuning.

Tiba tiba, Sunan Kalijaga dan santri kaget, di sekitar mereka sudah ada ratusan kawanan Wanara atau kera siap menunggu perintah tugas Sunan kalijaga.

“Alhamdulillah ... “

“Ayo saudarau para wanara, kita bantu Tuan Sunan memindahkan kayu ini.” ucap kera merah lantang.

“Baik saudaraku!” jawab wanara serempak.

Akhirnya tidak membutuhkan waktu lama, tikungan tajam yang menghalangi kayu bisa dilewati. Sunan Kalijaga dan santrinya pun mengucapkan terimakasih kepada seluruh Wanara di daerah tersebut.

“Sahabatku, para wanara, terimakasih sudah membantu memudahkan perjalanan kayu ini menuju Demak. Semoga Allah selalu memudahkan jalan kalian.” Sabda Sunan Kalijaga.

Tiba tiba kera kuning berucap, “Tuan Sunan, bolehkan aku ikut ke Demak, Aku ingin sekali bertemu ratuku yang adil.”

“Iya Sunan, bolehkan ikut Tuan Sunan.” timpal kera putih.

terlihat Kera hitam dan merah juga berharap sekali untuk bisa ikut Sunan kalijaga. Sambil berlinang air mata dan berona sedih, Sunan kalijaga berkata.

“Saudaraku wanara, aku senang kesetiaan dan ketulusan kalian. Namun, jika kalian ikut aku ke Demak. Siapa yang akan menjaga kelestarian hutan ini?”

Para Wanara terdiam, mereka tertunduk patuh kepada Sunan kalijaga.

“Baiklah, Tuan Sunan, kita akan mengikuti apa titah Tuan Sunan.” Kata kera Merah memberanikan diri bicara.

“ Semoga Allah selalu menjaga dan meridhoi kalian. Tolong jaga jagalah lingkungan di sini agar asri dan semakin sejuk. jangan sampai rusak, dan mulai saati ini, daerah ini aku namakan Goa Kreo.”

Akhirnya Sunan kalijaga melanjutkan perjalan ke Demak dan Para Wanara melaksanakan titah Sunan Kalijaga dengan menjaga kawasan goa kreo sampai sekarang.

“Hei Arga, kok melamun!”

“Eh ... tidak kek.. aku kagum sama kesabaran dan ketabahan sunan serta kesetiaan wanara. Semoga aku bisa meniru sikap postiif mereka. terimak kasih kek!”

“Iya, yuk kita pulang!”



Nb.

Naskah dongeng ini merupakan hasil gubahan dari berbagai sumber 

Semoga bisa menginspirasi untuk kemajuan literasi negeri ini

Salam Budaya


#SemarangHebat


0 komentar:

Posting Komentar