Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Selasa, 21 September 2021

On 15.37 by Nur Rakhmat in    3 comments

 


 

Benu. Ide yang Mengubah Dunia “ditukar”

#Seri5

Kita sudah berbicara panjang lebar mengenai ide dan segala yang mengiringinya, mulai dari bagaimana cara menangkap ide, bagaimana ide diburu, dan apa pengertian ide, dan beberapa hal terkait dengan teori terkait ide.

Nah, kali ini kita akan membicarakan ide yang mengubah dunia, ide yang mampu menjadi pembeda bagi perkembangan peradaban umat manusia. Kita semua tentu tahu, semua alat alat yang sekarang kita gunakan, tentu semua itu berasal dari ide yang luas biasa, dari pemikiran yang mendalam dan dari hasil olah pikir serta hasil dari proses panjang dan berliku di dalamnya.

Dan kemudian meneraka para penemu alat dan teknologi luar biasa tersebut mengeksekusi ide mereka menjadi sebuah model atau prototipe atau contoh  baku yang kemudian disempurnakan dan disempurnakan secara terus menerus menjadi sebuah hasil maha karya luar biasa.

Termasuk sebuah tulisan, tentu tulisan akan bisa dikatakan bagus juga wajib melalui berbagai macam fase jalan berliku yang harus dilalui. Mulai dari ide yang luar biasa pula, sampai proses menjadi tulisan atau metamorfosa ide menjadi tulisan yang juga luar biasa prosesnya.

Mulai dari ide, lalu melatih mengaktualisasikan ide menjadi tulisan, mengelola tulisan dan kemudian menikmati tulisan yang sudah bagus dengan kemudian ada produk atau dampak positif dari ide dan tulisan kita tersebut.

Nah, kaitannya dengan menulis artikel populer atau artikel ilmiah populer di media massa, ide akan menjadi tulisan luar biasa tentu juga karena ada proses baik di dalamnya, ada pengkristalan pemikiran di dalamnya, ada usaha untuk bermetamorfosis semua pihak dan semua yang terkait agar ide dan dampak yang ditimbulkannya bermakna positif dan membawa kebermanfaatan bersama.

Cara yang biasa saya lakukan saat bagaimana menjadikan ide sebagai bahan yang luar biasa maknanya adalah dengan teknik “ditukar” yaitu diambil ide yang sesuai dan paling unggul untuk ditulis, tulis ide menjadi sebuah tulisan, kaji atau teliti kembali tulisan dan refleksikan tulisan agar lebih baik dan lebih mendalam rasa yang dirasakannya.

Ditukar yang pertama dalah diambil ide yang paling paling dan paling artinya dari banyak ide yang bertebaran dan terbang bagaikan cahaya, tentu kita akan memilih satu dari semuanya untuk menjadi sebuah tulisan dan tentu satu tersebut adalah yang paling utama dan paling original dan jika boleh saya katakana yang paling mahal. Karena memang ide itu sangat mahal, apalagi ide yang original, tentu akan lebih lebih dan lebih luar biasa lagi.

Kedua adalah tulis ide menjadi sebuah Tulisa, artinya mau bagus sundul langit idenya, jika tidak segera ditulis ide tersebut tentu bis abasi. Bahkan dalam konteks pengiriman artikel ilmiah populer di media massa, ide kita bisa didahului oleh ide identic atau ide serta tulisan sejenis yang mirip mirip dan dimuat di media massa. Tentu jika kita tahu, kalau itu sama dengan milik kita dan tulisannya lebih baik tulisan kita, tentu kita akan menyesal dan dalam bahasa Jawanya getun atau nyesel karena yang dimuat tulisannya hampir sama.

Kemudian berikutnya adalah kaji atau teliti kembali tulisan. Ini proses yang penting, karena dengan kita mengkaji kembali atau membaca kembali tulisan maka tulisan yang kita tulis akan serasa sebagai sesuai yang berbeda. Maksudnya ada perbedaan yang jauh antara tulisan yang sudah dibaca ulang dan kemudian dikirim ke media massa dengan tulisan yang tidak dibca kembali sebelum dikirim ke media massa.

Dengan membaca kembali sebelum dikirim, mungkin tata letak huruf atau penulisan tanda baca dan kata baku dan tidak bakunya masih belum baik, kemungkinan pula jika kita tidak membaca ulang kembali tulisan, tulisan seolah muter muter tiada ujung. Jadi banyak sekali manfaat jika kita membaca kembali atau mengkaji kembali tulisan kita sebelum dikirim ke media.

Dan terakhir adalah refleksikan tulisan kita. Tahap berikutnya dari alur “ditukar” adalah refleksi kembali tulisan kita, apakah sudah manfaat untuk kita? Apakah bisa memberikan dampak efek mengubah dunia? Apakah sudah layak untuk dibaca? Apakah sudah tidak mengandung unsur negative? Nah, pertanyaan pertanyaan tersebut hanya sedikit contoh pemantik yang bisa menjadi refleksi untuk kita sebagai seorang guru dan juga penulis yang ingin tulisan kita dimuat di media massa dan juga memiliki nilai khas atau mengandung kebermanfaatan di dalamnya.

Dan untuk lebih menambah bobot alur “ditukar” sebelum kirim tulisan, kita juga butuh merefleksikan dengan cara mengendapkan tulisan atau melakukan proses pengendapan yang bis akita gunakan sebagai penguat untuk mengkoreksi tulisan yang belum layak, alur yang masih membingungkan dan tata tulis yang kurang baik atau kesalahan ketik, dan proses refleksi lainnya.

Nah, itulah tahapan alur pikir “ditukar” pada ide dan meramu ide menjadi sebuah tulisan. Selamat mencoba dan tentu salam literasi dan salam benu, salam belajar nulis dan selamat menikmati.

 

 

 

#MariSalingMemotivasiDanMenginspirasiDemiKebaikanNegeri


salam belajar bersama, bersama belajar

 

 

 

 

3 komentar: