Selasa, 21 September 2021
Benu. Ide
yang Mengubah Dunia “ditukar”
#Seri5
Kita
sudah berbicara panjang lebar mengenai ide dan segala yang mengiringinya, mulai
dari bagaimana cara menangkap ide, bagaimana ide diburu, dan apa pengertian
ide, dan beberapa hal terkait dengan teori terkait ide.
Nah, kali
ini kita akan membicarakan ide yang mengubah dunia, ide yang mampu menjadi
pembeda bagi perkembangan peradaban umat manusia. Kita semua tentu tahu, semua alat
alat yang sekarang kita gunakan, tentu semua itu berasal dari ide yang luas
biasa, dari pemikiran yang mendalam dan dari hasil olah pikir serta hasil dari
proses panjang dan berliku di dalamnya.
Dan kemudian
meneraka para penemu alat dan teknologi luar biasa tersebut mengeksekusi ide
mereka menjadi sebuah model atau prototipe atau contoh baku yang kemudian disempurnakan dan
disempurnakan secara terus menerus menjadi sebuah hasil maha karya luar biasa.
Termasuk
sebuah tulisan, tentu tulisan akan bisa dikatakan bagus juga wajib melalui
berbagai macam fase jalan berliku yang harus dilalui. Mulai dari ide yang luar
biasa pula, sampai proses menjadi tulisan atau metamorfosa ide menjadi tulisan
yang juga luar biasa prosesnya.
Mulai dari
ide, lalu melatih mengaktualisasikan ide menjadi tulisan, mengelola tulisan dan
kemudian menikmati tulisan yang sudah bagus dengan kemudian ada produk atau
dampak positif dari ide dan tulisan kita tersebut.
Nah,
kaitannya dengan menulis artikel populer atau artikel ilmiah populer di media
massa, ide akan menjadi tulisan luar biasa tentu juga karena ada proses baik di
dalamnya, ada pengkristalan pemikiran di dalamnya, ada usaha untuk bermetamorfosis
semua pihak dan semua yang terkait agar ide dan dampak yang ditimbulkannya
bermakna positif dan membawa kebermanfaatan bersama.
Cara
yang biasa saya lakukan saat bagaimana menjadikan ide sebagai bahan yang luar
biasa maknanya adalah dengan teknik “ditukar” yaitu diambil ide yang sesuai dan
paling unggul untuk ditulis, tulis ide menjadi sebuah tulisan, kaji atau teliti
kembali tulisan dan refleksikan tulisan agar lebih baik dan lebih mendalam rasa
yang dirasakannya.
Ditukar
yang pertama dalah diambil ide yang paling paling dan paling artinya dari
banyak ide yang bertebaran dan terbang bagaikan cahaya, tentu kita akan memilih
satu dari semuanya untuk menjadi sebuah tulisan dan tentu satu tersebut adalah
yang paling utama dan paling original dan jika boleh saya katakana yang paling
mahal. Karena memang ide itu sangat mahal, apalagi ide yang original, tentu
akan lebih lebih dan lebih luar biasa lagi.
Kedua adalah
tulis ide menjadi sebuah Tulisa, artinya mau bagus sundul langit idenya, jika
tidak segera ditulis ide tersebut tentu bis abasi. Bahkan dalam konteks
pengiriman artikel ilmiah populer di media massa, ide kita bisa didahului oleh
ide identic atau ide serta tulisan sejenis yang mirip mirip dan dimuat di media
massa. Tentu jika kita tahu, kalau itu sama dengan milik kita dan tulisannya lebih
baik tulisan kita, tentu kita akan menyesal dan dalam bahasa Jawanya getun atau
nyesel karena yang dimuat tulisannya hampir sama.
Kemudian
berikutnya adalah kaji atau teliti kembali tulisan. Ini proses yang penting,
karena dengan kita mengkaji kembali atau membaca kembali tulisan maka tulisan
yang kita tulis akan serasa sebagai sesuai yang berbeda. Maksudnya ada
perbedaan yang jauh antara tulisan yang sudah dibaca ulang dan kemudian dikirim
ke media massa dengan tulisan yang tidak dibca kembali sebelum dikirim ke media
massa.
Dengan
membaca kembali sebelum dikirim, mungkin tata letak huruf atau penulisan tanda
baca dan kata baku dan tidak bakunya masih belum baik, kemungkinan pula jika
kita tidak membaca ulang kembali tulisan, tulisan seolah muter muter tiada
ujung. Jadi banyak sekali manfaat jika kita membaca kembali atau mengkaji
kembali tulisan kita sebelum dikirim ke media.
Dan terakhir
adalah refleksikan tulisan kita. Tahap berikutnya dari alur “ditukar” adalah
refleksi kembali tulisan kita, apakah sudah manfaat untuk kita? Apakah bisa
memberikan dampak efek mengubah dunia? Apakah sudah layak untuk dibaca? Apakah sudah
tidak mengandung unsur negative? Nah, pertanyaan pertanyaan tersebut hanya
sedikit contoh pemantik yang bisa menjadi refleksi untuk kita sebagai seorang guru
dan juga penulis yang ingin tulisan kita dimuat di media massa dan juga
memiliki nilai khas atau mengandung kebermanfaatan di dalamnya.
Dan untuk
lebih menambah bobot alur “ditukar” sebelum kirim tulisan, kita juga butuh
merefleksikan dengan cara mengendapkan tulisan atau melakukan proses
pengendapan yang bis akita gunakan sebagai penguat untuk mengkoreksi tulisan
yang belum layak, alur yang masih membingungkan dan tata tulis yang kurang baik
atau kesalahan ketik, dan proses refleksi lainnya.
Nah,
itulah tahapan alur pikir “ditukar” pada ide dan meramu ide menjadi sebuah
tulisan. Selamat mencoba dan tentu salam literasi dan salam benu, salam belajar
nulis dan selamat menikmati.
#MariSalingMemotivasiDanMenginspirasiDemiKebaikanNegeri
salam belajar bersama, bersama belajar
Saya kadang kesulitan mencari ide Pak..
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusbetul pak, terimakasih.
BalasHapus