Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Minggu, 11 Oktober 2020

On 18.21 by Nur Rakhmat in    4 comments

 

“Sepeda Lipat” dan Adaptasi Kebiasaan Baru Pendidikan di Era New Normal

Karya : Nur Rakhmat

Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang

Pendidikan adalah usaha sadar yang berjalan terus menerus. Dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu suasana belajar dan suatu proses pembelajaran agar peserta didik bisa secara aktif mengembangkan segala potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sehingga dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan tersebut harus direncanakan, proses sesuai rencana, dan hasil pendidikan juga harus sesuai rencana. Selain itu, berdasarkan UU Sisdiknas tersebut juga bisa dikatakan bahwa pendidikan hendaknya bisa menumbuhkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik.

Selain itu, ditemukan pula dalam UU Sisdiknas tersebut pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk bertahan hidup dan berdaya guna demi kepentingan diri, masyarakat, bangsa dan negara.

Namun, saat ini di tengan pandemi korona, di tengah wabah yang semakin merambah semua lini kehidupan termasuk pendidikan, proses pendidikan mulai dari perencanaan, proses, dan hasil ikut berubah pelaksanaanya seiring dengan mulainya kebiasaan baru sebagai salah satu dampak adanya wabah.

Kita bisa melihat dengan jelas, dalam skala makro kehidupan ekonomi dunia dilanda resesi, selain itu dalam kehidupan sosial budaya juga mulai tumbuh kesadaran selalu menjaga kebersihan, ada pula physical distancing, dan perubahan bentuk budaya lainnya.

Dalam skala ranah pendidikan di tanah air, tentu adanya lonjakan perubahan pola pendidikan, yang tadinya ada tatap muka di kelas, seiring dengan adanya korona, pola proses pendidikan di sekolah berubah menjadi berlangsung daring atau dalam jaringan.

Semua perubahan tersebut tentu memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, khususnya pendidikan. Kita tidak bisa memungkiri, akibat wabah korona ini guru dipaksa bisa menjalankan piranti atau perangkat pembelajaran berbasis teknologi informasi dari yang sebelum adanya korona masih hanya sebatas wacana.

Kita juga tidak bisa memungkiri, bahwa pendidikan tanpa kertas juga bisa terwujud dengan adanya wabah korona ini. Namun, kita juga tidak bisa menafikan pula, dengan adanya korona ini, ada salah satu tahapan pendidikan yang hilang dan tereduksi secara massif, yaitu keteladanan langsung atau pendidikan langsung khususnya dari bapak ibu guru di sekolah dan jika tidak segera diambil tindakan preventif yang tepat, justru bisa menjadi bumerang bagi pendidikan Indonesia di masa mendatang.

Dan yang lebih berbahaya lagi, jika tidak segera ditemukan formula yang tepat, hal tersebut bisa memberikan dampak negative atau memunculkan sikap negative bagi kehidupan berbangsa mulai dari degradasi moral, lunturnya cinta tanah air, serta tereduksinya berbagai karakter dan moral positif generasi mendatang.

Maka di sinilah peran stake holder pendidikan bergotong royong, bahu membahu dan bersatu padu untuk tetap menjunjung nilai nilai karakter bangsa yang terangkum dalam nilai moral karakter Pancasila agar lebih bisa menjadi benteng kokoh bagi bangsa Indoneseia, khususnya bagi generasi penerus bangsa.

Sebagaimana kita ketahuai bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Maka Pancasila sebagai landasan idiil bangsa memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia guna menyatukan kebhinekaan itu dalam tatanan kehidupan yang berjiwa dan berpijak pada Pancasila.

Bahkan tokoh nasional Prof. DR. Siti Musdah Mulia, MA dalam bukunya yang ditulis bersama Ira D Aini mengatakan Pancasila adalah suatu falsafah bangsa yang harus diketahui segenap warga negara Indonesia sehingga semua warga negara Indonesia mampu menghargai, menghormati, menjaga semua nilai dan karakter dalam Pancasila yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa. Sehingga baik golongan muda alias golongan milenial dan golongan old atau orang tua bisa tetap menjaga dan menjalankan kehidupan Pancasila tanpa ada keraguan dan tanpa ada kebimbangan. ( Siti Musdah Mulia, Ira D A, 2013 : 75).

Lalu bagaimana langkah yang bisa dilakukan agar seluruh komponen bangsa, utamanya siswa bisa menjadi generasi Pancasila dan tetap menjunjung profil siswa Pancasila yang berkarakter utuh dalam proses pendidikan dan pembelajaran serta kehidupan?

“SePeDa LiPaT”

Ya, “Sepeda Lipat” hemat kami adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan dan dibiasakan serta diterapkan dalam proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Tentunya pelaksanaannya di sini harus tetap mengedepankan penanaman nilai nilai pencasila dalam kehidupan keseharian.

Kemudian, apa yang dimaksud dengan “Sepeda Lipat”? Sepeda Lipat adalah bentuk akronim dari kata Sebarkan Pesan Damai Literasi Pancasila Terpadu. Akronim ini mengandung pengertian bahwa dalam menerapkan dan kemudian menumbuhkan nilai nilai Pancasila di keseharian pada era new normal atau kebiasaan baru pada era pandemic ini adalah dengan cara menyebarkan pesan damai menggunakan model pendekatan literasi Pancasila terpadu.

Pesan damai yang dimaksud di sini bisa berupa kalimat ajakan atau kalimat himbauan, bisa berupa kalimat yang berupa contoh pengamalan 5 sila dalam keseharian serta kata mutiara atau bentuk kalimat lainnya yang dikemas menggunakan media poster, status pada media sosial, atau pesan broadcast melalui media sosial lainnya.

Selanjutnya adalah literasi Pancasila. Mengapa literasi? Hemat kami literasi sangat efektif untuk menanamkan, menumbuhkan nilai nilai Pancasila dalam keseharian baik di sekolah, maupun dalam keseharian siswa dalam dunia permainan mereka di lingkungan sekitar. Karena dengan literasi, siswa tidak hanya membaca atau tahu saja, tetapi dengan literasi siswa juga belajar untuk menerapkan apa yang sudah dipelajarinya sebagai bentuk pemahaman lanjut proses belajar.

Seperti yang disampaikan oleh Najeela Shihab bahwa literasi membutuhkan yang namanya aplikasi sebagai wujud dari proses belajar yang diramu dengan kreatifias dan berkreasi untuk menghasilkan karya, dengan tetap dibutuhkan guru atau orang tua yang mau mengupgrade kemampuan literasinya agar lebih mampu menumbuhkan siswa dalam berliterasi dan berkreasi. ( Najeela Shihab, 2019: 16).

Adapun bentuk literasi Pancasila yang yang dapat ditumbuhkan dan dibudayakan oleh siswa dan dari serta kepada siswa melalui sistem Sepeda Lipat ini adalah nilai nilai yang berkaitan dengan erat dengan pengamalan Pancasila sesuai dengan sila sila dalam Pancasila, mulai dari Ketuhanan yang Maha Esa Sampai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Selain itu, hendaknya siswa juga lebih sering menerima pesan keseharian terkait profil pelajar pancasila seperti yang disampaikan Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim dalam https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/view&id=249900852, bahwa profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang memiliki indikator pertama beriman, bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, kedua berkebhinekaan global, ketiga gotong royong, keempat mandiri, kelima bernalar kritis, dan keenam kreatif.

Kembali kepada butir utama indikator Pancasila, nilai nilai Pancasila yang sebaiknya dibiasakan dengan penanaman butir Pancasila dalam keseharian mereka,guna menumbuhkan dan menegaskan pentingnya sikap pancasilais di era new normal ini adalah berbentuk pesan yang berisikan nilai pesan teladan atau ajakan dan kata Mutiara atau semboyan yang mencerminkan sila dalam Pancasila.

Contoh sila pertama bentuk pengamalan atau nilai nilai yang dibuat pesan dan bisa dibiasakan oleh siswa adalah beribadah tepat waktu, yuk beribadah, dan hormati orang yang sedang beribadah. Kemudian dalam sila ke dua bentuk kalimat bijak yang bisa dibuat pesan ke siswa antara lain ayo kita peduli lingkungan sekitar, mari kita hormati orang lain, mari kita tumbuhkan sikap tenggang rasa dan tolong menolong.

Kemudian pengamalan dalam sila ketiga adalah ayo beli produk dalam negeri, Cinta tanah air adalah sebagian dari iman, gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan lain sebagainya. Kemudian dalam sila keempat adalah jangan paksakan pendapatmu, yuk kita musyawarah, musyawarah membawa berkah, dan musyawarah harus bis akita pertanggungjawabkan.

Selanjutnya untuk bentuk pesan dalam sila kelima Pancasila yang dapat digunakan adalah tujuan rakyat Indonesia adalah adil dan makmur, hormati hak orang lain, ayo dukung pembangunan bangsa, dan kalimat bijaksana lainnya. Harapannya, dengan adanya kalimat ajakan, kata kata Mutiara siswa semakin paham dan tahu, serta bisa membiasakan bentuk penerapan dari nilai nilai positif tersebut.

Prinsip berikutnya adalah terpadu, artinya literasi Pancasila butuh keterpaduan, butuh chemistry, butuh adanya ikatan batin, kolaborasi dan gotong royong utamanya oleh stake holder dalam skala makro pendidikan mulai sekolah, guru dan pemerintah. Ataupun dalam skala sekolah, guru, dan orang tua serta siswa. Sehingga dengan adanya sifat terpadu ini, semua bisa mengakses dan bisa memantau satu sama lain untuk saling membangun dan saling membimbing demi kebaikan bangsa, khususnya generasi pnerus bangsa, serta terpenuhinya tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya mencakup pada mencerdaskan kehidupan bangsa.

Cerdas dalam artian mampu dan bisa serta cerdas dalam berbagai bidang. Seperti yang Munif Chatib sampaikan dalam buku yang berjudul Sekolahnya Manusia, dikatakan cerdas itu ada beberapa kelompok yaitu cerdas linguistic, cerdas matematik logic, cerdas visual-spasia, cerdas musical, cerdas kinestetik, cerdas intrapersonal, cerdas interpersonal, dan cerdas naturalis ( Munif Chatib, 2013 ; 56 ).

Sehingga dengan adanya keterpaduan yang didukung oleh sumber daya mumpuni dari sistem sepeda lipat ini, penanaman dan usaha membumikan nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian siswa khususnya bisa berjalan baik sesuai dengan tujuan dan proses perencanaannya. Dan alasan berikutnya prinsip terpadu adalah ada kolaborasi atau Kerjasama bahkan gotong royong oleh semua unsur pendidikan. Mulai dari sekolah, masyarakat dan pemerintah. Mulai dari siswa, guru dan orang tua. Artinya ada keterikatan batin dari semua unsur untuk saling menebar pesan kebaikan, ada ikatan batin untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan tentunya ada kemauan bersama untuk berbuat baik, khususnya demi masa depan generasi penerus bangsa.

 Adapun alasan kami menggunakan konsep “Sepeda lipat” ini diantaranya adalah belum maksimalnya ajakan terus menerus dalam penerapan penanaman nilai Pancasila di keseharian. Memang benar, sudah banyak usaha dilakukan, namun ternyata masih dibutuhkan inovasi lebih guna mengoptimalkan penanaman nilai Pancasila, khususnya di era adaptasi new normal ini.

Selain itu alasan berikutnya adalah konsep sepeda lipat ini mudah dilakukan oleh semua orang. Artinya, penanaman nilai Pancasila di era adaptasi new normal dengan menggunakan sepeda lipat ini sangat mudah diterapkan dan dilakukan oleh siswa, guru, orang tua, dan semua elemen masyarakat. Mengapa sangat mudah, karena prinsip awal, semua orang bisa mengirim pesan, baik menggunakan media maupun secara langsung, tetap pada prinsip semua bisa saling mengirim pesan.

Adapun teknis pelaksanaan “Sepeda Lipat” pertama adalah memetakan masalah. Misalnya dalam lingkup kecil ada siswa yang masih belum beribadah tepat waktu. Nah, di sinilah peran guru untuk saling berkordinasi dengan orang tua khususnya kemudian menindaklanjuti dengan tindakan prinsip “sepeda lipat” ini bersama orang tua dan lingkungan atau pemerintah.

Tindak lanjut tersebut bisa berupa pengiriman pesan secara terus menerus dan frontal kepada siswa ataupun guru. Sehingga dengan adanya sikap istiqomah atau konsekwen dari guru, orang tua dan siswa serta sekolah. sikap positif siswa akan terbentuk dan tumbuh menjadi sikap positif yang mumpuni termasuk di era pandemi ini.

Kemudian lamgkah ke dua adalah sebarkan dari contoh kasus di atas, maka seorang guru segera bertindak dengan menyebarkan pesan damai, pesan positif yang berkaitan dengan pemasalah siswa tersebut. Pesannya sekali lagi, bukan kalimat yang menunjukkan vonis atau pelabelan kepada siswa, namun berupa kalimat ajakan atau himbauan atau pernyataan dalam bentuk poster, pesan singkat ataupun lainnya.

Sehingga dengan adanya pesan positif tersebut, asupan rohani yang diterima oleh siswa adalah pesan bermoral, pesan dengan nilai nilai kebaikan Pancasila dan nilai nilai yang sesuai dengan budaya etika bangsa yang berbudi luhur.

Langkah yang ketiga adalah dengan refleksi artinya setelah pesan dan kalimat bijak disampaikan ke siswa oleh guru dan orang tua sesuai dengan peran dan tugasnya masing masing, orang tua, guru, siswa bahkan pemangku kepentingan juga hendaknya melakukan refleksi diri. Mengapa demikian? Karena dengan refleksi diri maka akan terbentuk pula sikap keteladanan dari pendamping siswa tersebut.

Artinya siswa juga mendapat contoh teladan langsung yang didapatkan dari guru, orang tua, lingkungan bahkan pemangku kepentingan. Sehingga proses pendidikan yang ada bisa berjalan dari hati ke hati atau istilahnya ada chemistry antara semua pihak. Karena proses pendidikan walaupun masih dalam pandemi tetap memegang teguh nilai asah, asih, asuh dari Ki Hajar Dewantara serta selalu berpegang teguh pada totalitas tanpa batas dengan menggerakkan hati, kepala dan tangan alias totalitas dengan mencurahkan pikiran, jiwa, raga bagi keberhasilan proses pendidikan karakter Pancasila siswa.

Dan juga, dengan adanya uswatun khasanah atau teladan baik dari praktik baik dari guru, orang tua, dan lingkungan sekitar yang sudah tumbuh dan membudaya dengan baik ini, fase yang hilang dari siswa selama masa korona, bisa tergantikan dan justru bisa kembangkan dengan teladan langsung dari pendamping siswa khususnya di rumah, dan lingkungan sekitar serta berbagai sumber daya yang ada yang berdaya guna untuk tetap membumikan nilai nilai Pancasila dalam keseharian.

Kemudian langkah terakhir dari teknik penerapan konsep “Sepeda Lipat” dalam penerapan nilai nilai Pancasila di era adaptasi normal baru adalah dengan melakukan tindak lanjut tahap terpadu. Artinya setelah semua melakukan refleksi maka siswa secara otomatis sudah mendapat ilmu, sudah belajar dan diharapkan siswa juga menerapkan konsep sepeda lipat ini kepada teman teman di lingkungannya. Sehingga jika ini berlangsung terus menerus dan berkelanjutan, siswa sebagai agen perubahan arah posisitf bangsa benar benar bisa terbentuk dan terwujud serta Indonesia yang berperadaban serta bermoral karakter positif selalu terjaga sesuai dengan terjaganya siswa dengan pijakan nilai nilai Pancasila dalam keseharian mereka.

Tentunya untuk bisa mewujudkan kondisi ideal di era normal baru ini dibutuhkan kompetensi adaptasi yang baik dari semua pihak, termasuk guru dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesionalnya diharapkan mampu beradaptasi menyesuaikan perkembangan zaman agar bisa bersama sama dengan siswa membangun bangsa berdasarkan Pancasila sehingga siswa bisa mengamalkan indikator pelajar Pancasila dan guru bisa menjadi teladan dan model bagi siswa dalam pendidikan dan keseharian.

Dan sistem konsep “Sepeda Lipat” sebagai salah satu usaha membumikan nilai nilai Pancasila di era adaptasi normal baru ini benar benar bisa mejadi salah satu terobosan sederhana tetapi efektif dalam aplikasi keseharian, baik dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran. Sehingga Pancasila di era normal baru ini benar benar bisa menjadi pegangan pokok, menjadi dasar pokok setiap siswa dan individu lainnya untuk berpijak dan bersikap positif dalam perannya sebagai warga negara dengan tetap berpegang teguh pada nilai nilai Pancasila sebagai landasan idiil bangsa Indonesia.

Berikut salah satu contoh Pesan damainya ...




 


 

Rabu, 07 Oktober 2020

On 20.27 by Nur Rakhmat in    1 comment

 

Awali Pagi dengan Syukur Diri

“Wah, pagi ini sangat cerah!”

Tidak terasa kalimat itu terucap dalam hati, pagi yang cerah diringi senyum ramah tetangga yang hendak berangkat kerja hari ini. Seperti biasa, perjalanan ke sekolah kali ini melalui jalan utama yaitu jalur utama pantura via jalan Gatot Subroto. Hiruk pikuk pekerja berangkat menjelma bak air bah yang deras menerjang pantai di pantai selatan. Ada yang bersepeda, bermobil dan bersepeda motor sert naik angkutan umum dan angkutan perusahaan.

Tak terasa saat roda honda beat ini sampai di daerah Krapyak terlihat ada beberapa tukang ojek pengkolan sedang mangkal di tempat, menunggu penumpang agar bisa membawa uang sehingga anak istri dan keluarga bisa merasakan kenyang.

Lampu merah sudah menyala menjadi hijau dan aku tidak tahu bagaimana lanjutan kisah abang ojek pengkolan saat menunggu penumpang tadi, apakah langsung dapat orderan atau masih menunggu petang nanti, entah siapa yang tahu tentang rizki dan keberuntungan manusia, hanya Allah lah yang mengetahui rencana tersebut.

Tak terasa roda cinta honda beat ini sudah sampai lampu merah Hanoman, kulihat pekerja sedang merampungkan pembangunan jalan dan semua kelengkapannya. Terlihat sosok pekerja bangunan tersebut sedang bekerja jauh dari keluarga dan jauh dari berita dunia yang sarat akan kisah berirama.

Tegar, kokoh dan kuat genggaman tangan pekerja itu saat kulihat dia sedang mengayunkan alatnya ke aspal dekat wilayah yang rawan kecelakaan itu. Dalam hati aku berpikir, seandainya aku menjadi mereka, belum tentu kuat raga ini menanggung segala beban yang ada, jauh dari keluarga dan sanak saudara demi mencari asa agar bisa menafkahi keluarga menjadi sejahtera.

Hanyalah syukur yang bisa kita lakukan, hanyalah menerima dan mensyukuri apa yang kita milikilah,  kita bisa menjadi bahagia dan tiada kepura puraan dunia. Syukur, ikhlas menerima adalah jalan yang bisa kita lakukan agar bisa menjadi pribadi kuat, luhur budi dan memiliki kebermanfaatan bagi sesama dalam setiap tingkah dan laku diri. Tentu, dengan ditambah usaha kita yang tiada lelah, semua berkah dari Allah SWT bisa menjadi aset kita dalam jalan dakwah sebagai penunjuk arah generasi bangsa. 

Sepanjang jalan pagi ini, aku melihat semua umat mencari berkat, semua manusia mencari asa, semua orang mencari pertolongan, dan semuanya mencari ketenangan. Jalani, syukuri yang kita punya, niscaya Allah pasti memberikan kita kenikmatan yang tiada sangka, tentu dengan usaha dan ikhtiar serta doa yang tiada henti.

Awali pagi dengan syukur diri dan mendoakan setiap insan yang kita temui, agar yang sudah berada semakin menjadi ada dan merasa bahwa adanya mereka karena doa sesama dan keluarga serta merupakan anugerah Allah yang Maha Esa. Serta doakan pula orang yang kita temui, apapun kondisi mereka agar mereka selalu mendapat kenikmatan dan keberkahan serta keselamatan dan insya allah, dengan kita mendoakan siapa saja, pasti siapa saja akan membawa kebaikan untuk siapa saja berikutnya, tentu dengan kita ikhlas dan syukur atas karunia Allah yang Maha Esa.

'Wah, pagi ini sangat cerah!"

Awali pagi dengan syukur diri.

“Sepanjang Jalan Kehidupan, antara Pasadena dan Hanoman Raya”

Smg.08102020.08.19.12

 

 

On 09.42 by Nur Rakhmat in    No comments


 KLG Jawa Tengah kerjasama dengan FPBS UNIV PGRI Semarang dan JATENG POS, akan kembali memfasilitasi pelatihan penulisan artikel ilmiah populer tahap 19 bagi pengawas, kepsek, guru, mahasiswa dan umum.

Pelaksanaan 7,8, 10, 11 Nopember 2020, pendatftaran paling lambat tgl 5 Nopember pukul 00.00 WIB. Hak terbit 2 kali, surat keterangan, softfile materi, pembimbingan/konsultasi, e -sertifikat 32 JP. Buruan daftar di sini https://qrgo.page.link/TMnY8  More informasi pendaftaran ke :085828540161, 081542557038, 085725540477 dan 081325232681.


Silahkan bisa diikuti ...

Salam Literasi

On 09.41 by Nur Rakhmat in    No comments



Dalam rangka menyambut hari guru 2020, KLG Jateng kerjasama FPBS UPGRIS akan mengadakan pelatihan penulisan buku tahap 3 bagi pengawas, kasek, guru,  mahasiswa dan umum.
✅21,23,24,25 Nopember 2029
✅Biaya 150.000
✅E Sertifikat 32 jp
✅Tatap maya melalui Teams
✅disiapkan draf laporan PD
✅softfile materi
✅Konfirmasi; 085727540161,  085828540161 dan 081542557038, 081325232681, 085725540477
link pendataran pelatihan penulisan buku angkatan ke -3 se Jateng https://qrgo.page.link/yHbFj

SILAHKAN
Selamat Mengikuti 👍👍👍


Selasa, 06 Oktober 2020

On 07.12 by Nur Rakhmat in ,    No comments

 Alhamdulillah ... 

Sudah terbit sebuah buku yang berisikan desiran kalbu Sang Guru saat menyikapi pandemi ini. Air Mata Sang Guru merupakan buku antologi puisi dengan sajak yang menggugah kita bahwa air mata tidak sepenuhnya air mata kesedihan. Namun air mata Sang Guru adalah salah satu bentuk kasih guru akan kondisi siswanya di era merdeka belajar ini. 

Selamat Membaca dan Salam Literasi.

Bila berminat memiliki bisa menghubungi WA. 081542557038







Selasa, 29 September 2020

On 06.39 by Nur Rakhmat in    4 comments

 

Guru Solutip ( Refleksi Diri Guru yang Berusaha Menjadi Guru)

Nur Rakhmat

Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang

“ Jadi orang yang solutip gitu loh!” itulah petikan dialog Bu Tedjo yang sedang viral beberapa waktu lalu. Guru sebagai subjek pendidikan di era pandemic dan era digital ini, hendaknya juga memiliki sikap solutip yang bisa membawa kebermanfaatan dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah.

Bentuk guru solutip di era pandemi hemat penulis diantaranya adalah memanfaatkan sumber daya yang ada. Artinya bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk berkembang dan bertumbuh bersama mengikuti perkembangan zaman. Karena dengan mengikuti perkembangan zaman, sikap professional sebagai salah satu satu bentuk kompetensi yang dimiliki guru selain kompetensi social, pedagogic, dan kepribadian bisa berperan dalam pendidikan di era kini dan masa depan.

Kemudian, bentuk guru solutip berikutnya adalah selalu menanamkan, menumbuhkan dan membiasakan serta membudayakan merdeka belajar. Seperti yang disampaikan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, bahwa merdeka belajar adalah suatu kemerdekaan berpikir yang bentuk esensi utamanya berasal dari guru terlebih dahulu kemudian menuju ke siswa. Maka dari itu, kemerdekaan guru ada mutlak dan harus diutamakan, termasuk kemerdekaan saat mendidik siswa, kemerdekaan dalam finansial dan kemerdekaan dalam berkreasi serta menginspirasi serta kemerdekaan berorganisasi.

Bentuk ketiga dari guru solutip adalah memiliki kompetensi abad 21. Artinya kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreatif harus dimiliki mutlak oleh guru. Karena dengan guru memiliki kemampuan 4C di era modern 4.0 ini, guru tidak akan kesulitan dalam proses belajar bersama siswa.

Misal dalam sikap kreatif, guru bisa membuat media pembelajaran yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran siswa sesuai dengan kondisi yang dihadapainya, bisa yang berbasis IT ataupun non IT. Dengan kolaborasi, seorang guru bisa dengan mudah berkerja sama dengan rekan saling belajar dan gotong royong memiliki tujuan untuk mencerdaskan generasi bangsa.

Bentuk guru solutip berikutnya adalah guru memiliki karya alias berkarya. Karya dalam bentuk apa saja? Hemat penulis ada beberapa karya yang bisa dijadikan sebagai bentuk sikap solutif guru di era pandemic ini, yaitu karya berupa media pembelajaran dan karya dalam pola pendidikan ke siswa.

Karya media pembelajaran sangat penting bagi guru, karena mempermudah guru memberikan materi ajar kepada siswa. Seperti yang dikatakan oleh Sudjana dan Rivai (1992 : 2) bahwa manfaat media dalam proses belajar mengajar, di antaranya yaitu proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik.

Sedangkan karya dalam pola pendidikan diantaranya guru bisa membangun komunikasi dengan siswa, tidak hanya sebagai guru namun lebih cenderung menjadi orang tua dan teman teladan yang baik bagi siswa, karena dengan cara keteladanan inilah guru bisa mendampingi dengan baik proses pendidikan dan pola asih, asah, asuh guru di sekolah memberikan bekah untuk generasi penerus bangsa yang semakin cerah.

Namun, agar guru solutip benar benar bisa memberikan solusi, dibutuhkan sikap moral positif atau akhlakul karimah, keteladanan, dan sikap istiqomah dari masing masing guru sehingga guru benar benar bisa menjadi teladan, diguru lan ditiru serta bermutu dan berdedikasi tinggi demi pendidikan Indonesia yang lebih maju serta unggul, cerdas, bermoral dan berkarakter.

Nama   :  Nur Rakhmat,S.Pd.

Guru SDN Kalibanteng Kidul 01. Kota Semarang. Hp. 081542557038. Email : nurrakhmatcahayakasihsayang@yahoo.com. Jln. Candi Intan V No.1129 Rt.07 Rw.09 Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang 50183


Selasa, 01 September 2020

On 10.55 by Nur Rakhmat in    8 comments

 

Suara di Balik Kaca

Karya : Kang Rakhmat

 Masih ingatkah Kau suara di balik kaca?

Masih ingatkah Kau ketika Sang Kala hendak menjadi biang cerita?

Masih ingatkah Kau ketika dunia dalam berita selalu menjadi tanda?

Suara di balik kaca

Suara yang penuh tanda tanya

Suara yang menggema bagai kalam yang tiada sebatas istilah semata

Suara yang katanya sekarang menjadi primadona insan dunia

Suara yang penuh ilusi cerita cinta insan pembeda

Wahai kawan penghamba saloka

Wahai kawan pelaku titah wacana

Wahai kawan pemandu dharma ganesha

Suara di balik kaca hanyalah sebongkah asa

Suara di balik kaca hanyalah satu cara mengguncang frasa isi jiwa

Suara di balik kaca bukan utama namun penuh makna

Suara di balik kaca bukanlah suatu tanda resesi cinta

Namun …

Apakah kini Kau sadari kawan?

Suara di balik kaca terus menggema melangkah bersama gelora Sang Begawan Tinta

Suara di balik kaca menjadi primadona walau banyak pencela meniup bara

Suara di balik kaca menjadi irama dalam notasi birama penuh rima

Suara di balik kaca menjadi terbuka kala waktu tiada habis berkata

Suara di balik kaca menjadi idola sebuah asa yang menggelora

Suara di balik kaca menjadi pelipur lara hati yang terluka

Dan kau harus tiada terlupa kawan!

Suara di balik kaca

Seolah menjadi tanda sebuah budaya

Suara di balik kaca

Seolah menjadi pengelana dalam langkah jiwa tiap pemuda

Suara di balik kaca

Bagai fatamorgana cerminan jiwa muda tiada tertanda

Suara di balik kaca

Bagai pengikat rindu roda roda cinta penguat figur sorga

Suara di balik kaca

Seolah menjadi pertanda bahwa kita harus sudah menjadi esok lusa

Suara di balik kaca

Tetap menggoda jiwa sanubari penuh tanda tanya dalam bingkai menggapai makna

 

Pasadena, 01092020.0000

Sabtu, 22 Agustus 2020

On 10.06 by Nur Rakhmat in ,    5 comments

 

Maju Tak Gentar Menggapai Merdeka Belajar

Oleh : Nur Rakhmat

Merdeka belajar !

Itulah harapan semua insan pendidikan agar pendidikan benar benar bisa membawa peruahan ke arah yang lebih baik. Namun demikian, guna mewujudkan merdeka belajar yang konsep pokok dan teknisnya masih dalam taraf pembahasan seputar Ujian Sekolah Berstandar nasioanl, Ujian Nasional, RPP dan penerimaan siswa baru tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan inovasi lebih agar merdeka belajar benar benar bisa terwujud. Lebih lebih saat ini bangsa kita sedang terdampak virus covid 19. Tentu dibutuhkan sebuah terobosan penting agar kondisi merdeka belajar bisa dirasakan oleh semua pihak.

Dan hemat kami terobosan yang tepat saat ini guna mewujudkan merdeka belajar adalah dengan gotong royong memerdekakan guru, orang tua dan siswa dari segala factor yang menghalanginya. Ini penting karena guru, orang tua dan siswa adalah satu kesatuan alias sebuah tri tunggal yang harus diperlakukan sama agar bisa mencapai kondisi merdeka belajar yang diharapkan.

Bergotong royong

Benar, gotong royong hemat kami adalah Langkah tepat guna membawa unsur tri tunggal tersebut dalam kondisi merdeka. Mengapa demikian? Saat ini bangsa kita masih dalam kondisi pandemic. Dan mau tidak mau proses pembelajaran dan hasil belajarpun tentu tidak akan sesuai target atau tidak akan lebih baik daripada saat pembelajaran di luar pandemic yang berlangsung tatap muka dan bisa berinteraksi langsung antara guru, orang tua dan siswa.

Sehingga dengan kondisi itu menuntut guru, orang tua dan siswa untuk bertindak lebih agar tujuan dan target pembelajaran bisa tercapai lebih optimal, termasuk dalam penyediaan sarana prasarana untuk pembelajaran daring maupun pembelajaran jarak jauh ini. Nah, di sinilah gotong royong semua unsur dibutuhkan agar proses pembelajaran khususnya dan proses pendidikan pada umumnya bisa tercapai lebih optimal.

Bentuk gotong royongnya yang pertama adalah mendukung progam pemerintah, khususnya terkait pembelajaran di era pandemic. Penerapannya antara lain guru mengajar secara optimal namun tetap memperhatikan kondisi siswa dan keluarganya. Orang tua mendukung apa yang dilakukan guru dan siswa tetap belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahapannya.

Artinya adalah ada kondisi saling support dan saling memahami antara unsur guru oang tua dan siswa serta masyarakat. Sehingga dengan adanya unsur saling memahami kondisi saat ini satu sama lain, proses Pendidikan bisa berjalan tenang untuk tetap dalam menggapai kondisi merdeka belajar.

Yang kedua adalah adanya memaksimalkan potensi yang ada. Artinya Pendidikan tetap berproses dan berjalan sesuai dengan pola yang ada. Sehingga, dengan system tersebut Pendidikan benar benar bisa membawa dan merubah kondisi pandemic menjadi asset unggulan bangsa untuk tetap bertahan dan mencapai kondisi merdeka belajar serta mampu mewujudkan tujuan nasional bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang didasari pada kesadaran kritis untuk tetap bertindak guna mencapai kondisi tersebut.

Dan yang ketiga adalah kolaborasi Bersama untuk merdeka belajar. Artinya ada kolaborasi antara guru, orang tua, dan siswa serta pihak lainya yang peduli Pendidikan. Sehinnga dengan adanya kolaborasi ini harapannya semua unsur masyarakat terlibat guna membentuk merdeka belajar yang baik.

Namun demikian, konsistensi dan komitmen semua pihak sangat dibutuhkan agar merdeka belajar bisa menjamin Pendidikan tetap mampu mewujudkan peserta didik berkahlak mulia dan memiliki kecerdasan serta kekuata spiritual agama seperti yang diamanatkan dalam undang undang system Pendidikan nasional. Merdeka !

 

Nama   :  Nur Rakhmat,S.Pd.

Guru SDN Kalibanteng Kidul 01. Kota Semarang. 

 

 

 

 

Selasa, 30 Juni 2020

On 06.25 by Nur Rakhmat   No comments

Bismillah

Asal Usul Goa Kreo

Nur Rakhmat

“Kek, ceritain Arga dong !”

Kata Arga manja. Siang itu Arga sedang berlibur bersama keluarga di rumah kakeknya di Gunung Pati Semarang, dia senang sekali. Apalagi di dekat rumah kakek banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.

“Arga ! Ikut kakek yok!”

“Ke mana Kek? “ tanya Arga kebingungan.

“Pokoknya ikut Kakek, jangan nolak. Tidak baik menolak ajakan orang tua he he he”.

“Iya, kakek ....”

Argapun ikut kakek, mereka naik sepeda gunung kesayangan kakek.

“Nah, akhirnya kita sampai”

Arga dan kakekpun sampai, namun Arga belum tahu  tempat apa yang dikunjunginya bersama kakek.

“ Kek, kita di mana ?”

“Ini namanya Goa Kreo Cucuku? Di sini dulu Sunan Kalijaga salah satu Walisongo singgah mencari kayu untuk tiang Masjid Agung Demak.”

“Cerita dong kek, cerita dong kek, please ...” kata Arga sambil merengek ke kakek.

“Hussh ... kamu itu lo, kakek belum selesai bicara sudah dipotong. Itu tidak baik lo ! Lain kali jangan diulang ya “ kata kakek sambil sedikit gemes melihat cucunya.

“Habis kakek cerita Walisongo sih ... Itukan idolaku !”

Sambil berjalan mengitari kawasan Goa Kreo kakek bercerita

Saat itu, di Kerajaan Demak sedang diadakan musyawarah pembangunan Masjid Agung Demak.

“Wahai para Waliyullah ... Pembangunan masjid di Kerajaan Demak untuk ibadah umat semakin mendesak. Aku ingin, masjid ini menjadi pusat penyebaran islam di wilayah Jawa. Mohon kiranya, tiang utama masjid ini dibuat dari kayu yang kuat”

“Titah paduka sultan siap dilaksanakan” para walipun menjawab dan langsung bermusyawarah melanjutkan amanah tersebut. Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijogo bertugas mengemban amanah tersebut.

Tersebutlah Sunan Kalijaga mendapat tugas mencari ke arah selatan barat daya, beliau tak lupa mengajak santrinya untuk mencari kayu yang dimaksud. Setelah sekian waktu mereka berjalan, sampailah mereka di hutan lebat di sebelah barat daya Glagah wangi.

“Kita berhenti di sini!”

“Ada apa wahai Sunan? Kok kita berhenti di hutan lebat ini?”

“Lihat ke arah sana! Insya allah itu pohonnya.”

Namun ketika didekati Sunan Kalijaga dan santrinya pohon jati itu bergerak dan berpindah tempat.

“Astaghfirullah, Guru pohonnya tidak ada!” teriak santrinya.

“Baiklah, mungkin ini ujian dari Allah untuk menguji, sejauh mana kesabaran kita. Namun, sebelum kita melanjutkan perjalanan, tempat ini aku namakan Jatingaleh. “

Tidak berputus asa. Sunan Kalijaga dan santrinya melanjutkan perjalanan ke arah barat. Mreka berjalan melewati lembah, hutan, sungai, dan gunung mengikuti arah pohon jati yang menjulang paling tinggi di antara pohon lainnya.

Dan akhirnya Sunan Kalijaga bersama santrinya berhasil menemukan serta menebang pohon jati tersebut. Sunan Kalijaga memotong batang kayu jati tersebut, agar mudah dibawa ke Demak melalui sungai. Namun, tiba tiba ...

“Astaghfirullah ... “

Sunan Kalijaga dan santri kaget, tiba tiba tunggak atau akar pohon jati jadi melebar menjadi besar.

“Aku namakan tempat ini Tunggak Jati Ombo”.

Setelah itu, Sunan Kalijaga dan rombongan melanjutkan perjalanan , namun sekali lagi ujian datang menghadang. Saat itu Sunan Kalijaga kesulitan melewati belokan sungai yang sangat tajam.

“Astaghfirullah ... kita berhenti dulu sejenak di sini. Kalian carilah tempat untuk berteduh.”

“ Baik Sunan.” Santripun bergerak mencari tempat yang aman dan teduh untuk istirahat, tersebutlah mereka menemukan goa yang kelak dikenal sebagai Goa Kreo.

“Baiklah, sambil istirahat di sini. Aku akan solat dan bersemedi minta petunjuk pertolongan Allah. Kalian boleh berjaga di luar atau ikut doa bersamaku.”

Sunan Kalijagapun salat serta bersemedi berdoa memohon pertolongan Allah. Saat itulah Sunan Kalijaga mendapat petunjuk agar memotong kayu jati menjadi dua bagian.

Tiba tiba muncul empat ekor kera dengan bulu warna warni, merah, hitam, putih dan kuning.

“Tuan Sunan, bolehkah kami membantu?” kata kera merah.

“Iya tuan Sunan, Allah mengirim kami untuk membantu tuan Sunan!” sambung kera hitam.

“Aku menerima bantuan kalian, lalu apa yang akan kalian lakukan”

“Kami akan membantu memindahan kayu itu tuan sunan. “ jawab kera putih.

“ Iya Tuan Sunan, kami akan mengajak teman teman kami membantu tuan sunan.” lanjut kera kuning.

Tiba tiba, Sunan Kalijaga dan santri kaget, di sekitar mereka sudah ada ratusan kawanan Wanara atau kera siap menunggu perintah tugas Sunan kalijaga.

“Alhamdulillah ... “

“Ayo saudarau para wanara, kita bantu Tuan Sunan memindahkan kayu ini.” ucap kera merah lantang.

“Baik saudaraku!” jawab wanara serempak.

Akhirnya tidak membutuhkan waktu lama, tikungan tajam yang menghalangi kayu bisa dilewati. Sunan Kalijaga dan santrinya pun mengucapkan terimakasih kepada seluruh Wanara di daerah tersebut.

“Sahabatku, para wanara, terimakasih sudah membantu memudahkan perjalanan kayu ini menuju Demak. Semoga Allah selalu memudahkan jalan kalian.” Sabda Sunan Kalijaga.

Tiba tiba kera kuning berucap, “Tuan Sunan, bolehkan aku ikut ke Demak, Aku ingin sekali bertemu ratuku yang adil.”

“Iya Sunan, bolehkan ikut Tuan Sunan.” timpal kera putih.

terlihat Kera hitam dan merah juga berharap sekali untuk bisa ikut Sunan kalijaga. Sambil berlinang air mata dan berona sedih, Sunan kalijaga berkata.

“Saudaraku wanara, aku senang kesetiaan dan ketulusan kalian. Namun, jika kalian ikut aku ke Demak. Siapa yang akan menjaga kelestarian hutan ini?”

Para Wanara terdiam, mereka tertunduk patuh kepada Sunan kalijaga.

“Baiklah, Tuan Sunan, kita akan mengikuti apa titah Tuan Sunan.” Kata kera Merah memberanikan diri bicara.

“ Semoga Allah selalu menjaga dan meridhoi kalian. Tolong jaga jagalah lingkungan di sini agar asri dan semakin sejuk. jangan sampai rusak, dan mulai saati ini, daerah ini aku namakan Goa Kreo.”

Akhirnya Sunan kalijaga melanjutkan perjalan ke Demak dan Para Wanara melaksanakan titah Sunan Kalijaga dengan menjaga kawasan goa kreo sampai sekarang.

“Hei Arga, kok melamun!”

“Eh ... tidak kek.. aku kagum sama kesabaran dan ketabahan sunan serta kesetiaan wanara. Semoga aku bisa meniru sikap postiif mereka. terimak kasih kek!”

“Iya, yuk kita pulang!”



Nb.

Naskah dongeng ini merupakan hasil gubahan dari berbagai sumber 

Semoga bisa menginspirasi untuk kemajuan literasi negeri ini

Salam Budaya


#SemarangHebat


Selasa, 09 Juni 2020

On 09.13 by Nur Rakhmat in    23 comments

Sebuah Rasa yang Terus Melangkah

Karya : Nur Rakhmat

Sebuah rasa dalam jiwa meletup bagai pistol Sang Pemburu Jiwa

Meluncur bagai panah Arjuna mencari cinta

Menembus angkasa bagai Gatotkaca hendak memeluk mega

Sebuah rasa yang kau baca hanya menjadi bencana

Sebuah rasa yang kau tanda hanya menjadi canda

Sebuah rasa yang terus melangkah bersama jiwa yang terarah

Terus melangkah, terus melangkah walau hendak kalah

Terus melangkah mencari arah walau dunia seolah berbalik arah

Terus melangkah dalam bahtera pemecah ombak Sang Nakhoda

Terus melangkah gapai cita dalam fana dunia

Terus melangkah walau hanya dikata dalam cerita

Jangan kau bertanya !

Ini adalah tentang rasa

Ini adalah rasa tentang cinta yang hilang asa walau dunia semakin durjana

Ini adalah rasa yang menjadi tanda bahwa kau memang ada

Ini adalah rasa cinta dari hamba yang lemah adanya

Ini adalah rasa dari pendoa yang takut tercebur dosa

Rasa yang menangis iri pada pandemi dunia

Rasa yang mengoyak sunyi Sang Pengisi Hati

Rasa yang menjadi ilusi maknawi tetapi selalu menyayat diri

Rasa yang hanya menjadi impian dini para pencari ilusi

Rasa yang hanya kau rasa pasti nikmat akan tersakiti

Rasa yang jika kau tanya hanya senyum tiada memahami

Jangan heran kawan

Ini adalah tentang rasa yang melangkah

Ini adalah rasa yang melangkah jalan berkah Sang Maha Indah

Rasa yang terus melangkah walau hanya sebatas asa

Rasa yang terus melangkah tuk gapai ridho Sang Maha Esa

Demi indah cita Sang Penerus Asa Bangsa Indonesia



Pasadena09062020

 


Rabu, 03 Juni 2020

On 16.31 by Nur Rakhmat in    No comments

Hadapi Corona Dengan Pancasila

Oleh : Nur Rakhmat

Pancasila adalah dasar negara yang mutlak bagi seluruh masyarakat Indonesia di manapun dan sampai kapanpun. Sehingga bersama dengan momentum peringatan hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, sudah saatnya Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dikenal secara simbolis dengan seremonial atau gebyar semata. Namun, Pancasila juga bisa diwujudkan dan diterapkan serta dirasakan manfaatnya dalam keseharian oleh seluruh elemen bangsa, termasuk siswa sebagau generasi penerus bangsa.

Nilai Luhur Pancasila

Sekolah sebagai kawah candradimuka siswa hendaknya bisa menjadi pelopor dan teladan yang baik penerapan nilai Pancasila di tengah kondisi bangsa yang sedang terguncang pandemi global virus korona yang bukan tidak mungkin bisa menimbulkan disintregasi bangsa

Dan hemat penulis nilai nilai dan karakter luhur Pancasila sangat tepat dan efektif dibudayakan guna menumbuhkan karakter dan mental positif seluruh elemen bangsa di tengah pandemi global ini. Pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila pertama nilai karakter utama yang wajib dibudayakan adalah Iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Bentuknya diantaranya adalah tidak ikut terbawa arus negatif dengan hilang harapan putus asa akan karunia Tuhan YME. Akan tetapi, tetap yakin, terus berdoa, berusaha serta husnudzon dan tawakkal bahwa segala penyakit pasti ada obat dan harapan pasti selalu ada bagi setiap manusia yang mau berusaha.

Berikutnya adalah Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Bentuk karakter positifnya adalah berbudi luhur menghormati orang lain. Artinya dengan menghormati orang lain berarti kita juga mengakui dan peduli keberadaan orang tersebut. Bentuk nyatanya antara lain, menghormati orang lain dengan memakai masker, cuci tangan pakai sabun, serta bentuk pencegahan penularan covid 19 lainnya sesuai dengan protokol yang ditetapkan pemerintah.

Selanjutnya adalah Persatuan Indonesia. Nilai positif yang sesuai dengan sila ketiga ini adalah bersatu mencegah penularan corona dan dampak lainnya seperti kemiskinan dan kemunduran ekonomi dengan cara bersatu melaksanakan anjuran pemerintah dan bergotong royong, saling memotivasi, saling membantu sebagai bentuk kepedulian bersama seperti dengan melakukan jogo tonggo, membeli produk dalam negeri, gerakan donasi bersama dan lain sebagainya.

Sila berikutnya adalah Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Pewakilan. Bentuk nilai karakternya diantaranya adalah amanah dan bertanggungjawab melaksanakan ketetapan pemerintah sebagai hasil musyawarah di tengah pandemi dan era milenial ini serta melaksanakan dengan penuh kesadaran dan keimanan.

Dan yang terahir adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai karakter yang hendaknya dibudayakan adalah adil terhadap sesama. Artinya sebagai bagian bangsa Indonesia kita hendaknya memiliki sikap yang adil ketika mendapat amanah serta bersikap positif menghadapi pandemi ini. Sehingga dengan sikap adil ini imunitas bangsa bisa terjamin dan kelangsungan hidup bangsa bisa diteruskan.

Namun, agar nilai karakter Pancasil tersebut dapat diterapkan dan dibudayakan sebagai benteng kehidupan bangsa, dibutuhkan kerjasama, komitmen semua stake holder bangsa  termasuk pendidikan di dalamnya. Sehingga di tengah era global ini, peran Pancasila bisa dirasakan dan membawa kebermanfaatan bersama demi Indonesia yang lebih kuat dan berkarakter.

 

Alhamdulillah sudah muat di halaman Tribun Jateng, silahkan bisa klik link berikut :

https://jateng.tribunnews.com/2020/06/02/forum-guru-nur-rakhmat-hadapi-corona-dengan-pancasila