Selasa, 31 Oktober 2017
On 10.23 by Nur Rakhmat in Dongeng No comments
Sebuah pelajaran untuk menghargai orang lain dan tidak terlalu congkak dengan kemampuan sendiri ...
Kisah Berharga Kurcaci Kutika ... Sebuah dongeng yang merupakan bagian dari kumpulan dongeng buku "Domi-Domi Nema" dan selamat membaca ...
Kisah Berharga Kurcaci Kutika ... Sebuah dongeng yang merupakan bagian dari kumpulan dongeng buku "Domi-Domi Nema" dan selamat membaca ...
Kisah
Berharga Kurcaci Kutika
Oleh : Nur Rakhmat
Pagi itu suasana di Negeri Sakola
sangat ramai, Para Kurcaci sedang sibuk usai memberi pelayanan kepada anak-anak
dari Negeri Manusa. Kurcaci Kutika, Kunipa, Kubisa, dan Kusila sibuk dengan
pelayanannya masing-masing.
“Hari ini kamu dapat berapa Kubisa?”
tanya Kunipa.
“Aku Cuma dapat sedikit” jawab
Kubisa sambil terlihat agak sedih.
“Kalian payah! Nih, aku dapat
banyak!” kata Kutika Kurcaci sombong.
“Makanya jangan malas! He he he”
lanjut Kutika seolah mengejek kedua temannya.
Mendengar ejekan Kutika, Kunipa dan
Kubisa terdiam. Dibanding Kutika, mereka memang sering mendapat pelayanan lebih
sedikit. Apalagi sudah menjadi adat di Negeri Sakola, kalau lebih sering
memberi pelayanan ke Negeri Manusa, maka dialah yang paling hebat.
“Sudahlah ... kalian tidak usah
sedih. Aku aja tidak sedih kok, yang penting, berapapun yang kita dapat, kita
terima dengan senang hati” kata Kusila yang hanya dapat paling sedikit dari
ketiga temannya itu.
“Terima kasih Kusila, aku jadi ingat
perkataan Ibuku, kalau kita harus bisa mensyukuri apa yang kita dapat” kata
Kubisa terlihat lebih semangat.
“Halah ... kalah ya kalah! Nggak
usah ngeles deh!” sanggah Kutika dengan pongah.
Kunipa dan Kubisa terdiam kembali,
mereka hanya bisa pasrah dengan ejekan Kutika. Memang, sikap Kutika akhir-akhir
ini jadi sombong, apalagi saat Kutika sering ke rumah warga Negeri Manusa. Dia
merasa menjadi Kurcaci yang paling tahu arah jalan menuju Negeri Manusa dan
tidak pernah mau mendengarkan Kurcaci lainnya.
“Ya udah, yuk kita pulang! Lihat
sang surya sudah mau tenggelam, lagian besok Negeri manusa ada ujian, makanya
kita harus memberikan pelayanan lagi” ajak Kusila Kurcaci.
“Besok berangkat bersama-sama ya!”
timpal Kunipa Kurcaci.
“Iya, jadi bisa berangkat
ramai-ramai dan tidak tesesat” jawab Kusila Kurcaci.
“Jangan lupa Kupisa kita ajak, dia
kan yang paling hafal arah jalan ke Negeri manusa” kata Kubisa.
“Nggak usah! Aku kan sudah sering ke
Negeri Manusa. Jadi tidak mungkin aku tersesat! Besok aku mau berangkat sendiri
saja!” kata Kutika Kurcaci dengan nada sombongnya.
Ketiga Kurcaci lainnya hanya bisa
diam, mereka langsung pulang dan tidak menyangka ternyata kesombongan Kutika
Kurcaci sudah sangat jauh, mereka hanya bisa berdoa, semoga Kutika tidak
kebingungan mencari jalan, karena menurut berita, saat ini di Negeri Manusia
banyak bencana banjir dan tanah longsor, sehingga banyak jalan yang rusak dan
tidak bisa dilalui.
***
“Yuk
kita berangkat!” ajak Kupisa Kurcaci yang ahli membaca peta.
“Tunggu dulu, Kutika belum
kelihatan. Bagaimana kalau kita tunggu sebentar” kata Kubisa memberi saran.
“Iya, walaupun kemarin dia ingin
berangkat sendiri, tapi lebih baik kita tunggu sebentar” tambah Kusila.
“Aku sangat setuju dengan kamu
Kusila! Biar bagaimanapun kemarin kita sepakat mau berangkat bersama” kata
Kunipa Kurcaci.
Mereka kemudian memutuskan untuk
menunggu Kutika, namun setelah beberapa lama, tanda-tanda kedatangan Kutika
tidak juga kelihatan.
“Kupisa, ayo kita berangkat aja.
Kasihan anak-anak Negeri Manusa, nanti mereka tidak dapat pelayanan dari kita”
kata Kunipa.
“Iya, besok pagi kan mereka Ujian.
Kasihan kalau kita datang terlambat!” tambah Kubisa.
“Oke, yuk kita berangkat!” ajak
Kupisa memberi aba-aba.
Merekapun kemudian berangkat ke
Negeri Manusa, sepanjang perjalanan, terlihat bekas bencana tanah longsor, dan
jembatan putus akibat banjir selalu mereka jumpai. Kunipa, Kubisa, Kusila
berjalan mengikuti Kupisa yang hafal dengan jalan menuju Negeri Manusa.
Akhrinya merekapun tiba di Negeri Manusa dengan selamat dan tidak terlambat.
“Untung kita bareng Kupisa!” kata
Kusila.
“Coba kalau kita bareng Kutika. Loh
...Kutika kok belum kelihatan?” tanya Kunipa.
“Iya, dia kok belum kelihatan ya”
tambah Kubisa.
“Tenang! Kita nggak usah khawatir. Kalian langsung memberi pelayanan saja, biar
aku yang mencari Kutika” kata Kupisa.
Kubisa, Kunipa, dan Kusila setuju,
mereka langsung memberi pelayanan ke anak-anak Negeri Manusa dan Kupisa
bergegas mencari Kutika. Kupisanpun berjalan menacari rute yang kemungkinan
dilalui Kutika. Saat sampai perbatasan Negeri Manusa dengan Negeri Sakola,
Kupisa mendengar suara tangisan yang semakin lama semakin keras.
Sambil mengendap-endap, Kupisa
menuju suara tangisan itu. Kupisa kaget, ternyata itu adalah tangisan dari
Kutika Kurcaci.
“Kutika! Kamu kok menangis kenapa?”
tanya Kupisa.
“Aku tersesat, tadi sampai jembatan,
jembatan putus, muter jalan lain, tambah tersesat” jawab Kutika sambil
menangis.
“Maafin aku Kupisa, aku sebenarnya
ingin bareng kamu, tapi aku gengsi sama teman-teman. Kasihan anak-anak Negeri
Manusa ...” lanjut Kutika sambil masih menangis.
“Tenang aja aku sudah maafin, dan
anggaplah ini sebagai pelayanan untuk dirimu sendiri ya. Yuk kita segera ke
negeri Manusa, masih ada waktu ...” ajak Kupisa sambil manarik tangan Kutika
agar bergegas.
Merekapun
bergegas ke Negeri Manusa untuk mengejar waktu tersisa pelayanan dan akibat
kejadian itu, Kutika sadar, jika kesombongannya bisa merugikan orang lain dan
dirinya sendiri.
Selamat
Membaca
On 10.18 by Nur Rakhmat in Artikel Populer No comments
Sebuah karya memperingati HUT PT. KAI tahun 2017
Masih perlu renungan mendalam ...
Masih perlu renungan mendalam ...
Aku,
Kereta Api dan Literasi
Oleh
: Nur Rakhmat
Kerata
api, itulah moda transportasi impian yang aku impikan sejak lama. Saat itu,
saat masih duduk di bangku TK, kebetulan tempat tinggal nenek ada dekat rel
kereta api di wilayah Prembun Kebumen. Semingu sekali, bapak menjemputku pulang
ke rumah pasti selalu melewati terowongan kereta api di Desa Sarwogadung
Kecamatan Mirit Kebumen.
Setiap
mau melewati jalan di bawah rel kereta pasti bapak berhenti dan menunggu kereta
lewat. Sejak itulah aku mengenal kereta api, hanya bisa melihat dan mendengar
suaranya, dan belum pernah menaikinya.
Aku
hanya bisa bermimpi kapan bisa naik kereta api. Lebih –lebih saat musim lebaran
tiba, aku hanya bisa mendengar tante dan paman yang merantau ke Jakarta,
bagaimana rasanya naik kereta api. Katanya, pernah mulai dari antre tiket yang
berdesak-desakan, masuknya lewat jendela kereta, duduknya saling berhimpitan
bahkan jika ada yang tidak kebagian tempat duduk ada yang duduk di lantai
kereta, dan certia menarik lainnya.
Setelah
sekian lama hanya bisa mendengar cerita tentang kereta api, akhirnya aku
merasakan bagaimana rasanya naik kereta api. Momen spesial tersebut terjadi
saat tante menikah dengan temannya yang berasal dari Jakarta, saat itulah aku
benar-benar merasakan naik kereta api. Saat itu, aku berangkat dengan rombongan
dari Stasiun Kutoarjo Jawa Tengah menuju Stasiun Jatinegara di Jakarta Timur
dengan kereta api ekonomi.
Aku
benar-benar menikmati perjalanan naik kereta tersebut, mulai dari banyaknya
pedagang asongan di kereta api, tidur beralasakan koran di lantai kereta dan
kejadian menarik lainnya. Dalam hati aku berkata, “jadi begini rasanya naik
kereta api”, ternyata sama dengan apa yang diceritakan oleh tante dan paman
saat pulang kampung lebaran.
Setelah
sekian lama, tidak naik kereta, aku hanya mengikuti perkembangan kereta dari
tahun ke tahun. Mulai dari perbaikan sarana prasarana kereta, pelarangan
pedagang asongan di kereta api, penambahan jalur kereta dengan aktifasi rel
ganda, regenerasi pegawai kereta api, sampai dengan diberlakukananya sistem boarding
pas penumpang pada moda transportasi kereta api ini.
Dari
semua perubahan pada sistem perkereta apian tersebut, yang aku banggakan adalah
diberlakukannya sistem boarding pas. Dengan sistem tersebut aku benar-benar
nyaman naik kereta api, tidak berdesak-desakan, tidak bising keramaian
penumpang dan pedagang serta pelayanan nyaman selama perjalanan pun sangat aku
rasakan.
Kesempatan
merasakan naik kereta api dengan sistem baru tersebut aku dapatkan tepat
setahun setelah aku menikah. Waktu itu aku akan pulang ke Purworejo dan mode
transportasi satu-satunya adalah bus jurusan Semarang-Purwokerto via Gombong.
Namun, sudah menjadi rahasia umum kalau moda trasnportasi tersebut selalu penuh
dan berdesakan.
Akhirnya,
istriku browsing masuk laman PT. KAI, waktu itu istri dapat info dari temannya
katanya ada kereta api jurusan Semarang Purwokerto. Ternyata setelah istriku
masuk web PT.KAI tersebut, informasinya ternyata benar, ada kereta api jurusan
Semarang-Purwokerto yang bernama KA. Kamandaka.
Ya,
kereta api Kamandaka. Sesuai jadwal yang tertera dalam jadwal keberangkatan di
web PT.KAI, Kereta Kamandaka berangkat dari semarang ke Purwokerto sebanyak
tiga gelombang, ada yang jam 05.00 pagi, 11.00 dan jam 17.00 sore. Kamipun
memutuskan untuk berangkat dengan kereta Kamandaka yang jam 05.00 pagi.
Kamipun
berangkat dari Stasiun Poncol Semarang dengan menggunakan kereta Kamandaka jam
05.00 pagi, mudahnya pelayanan mulai dari pemesanan tiket secara online
sehingga meminimalkan peluang calo tiket berkeliaran adalah kesan pertama yang
sangat membuat kami bahagia.
Ruang
stasiun yang nyaman dan bersih membuat kami senang menunggu kereta datang,
terlebih saat itu semua penumpang diperdengarkan lagu gambang semarang. Tenang,
nyaman dan damai, itulah yang kami rasakan dari pelayanan PT. KAI di stasiun
kereta.
Akhirnya,
kereta yang kami tunggupun datang, satu persatu penumpang naik kereta dan
mencari tempat duduk sesuai dengan yang tertera dalam tiket kereta
masing-masing. Kesan pertama saat memasuki gerbong kereta adalah wow sungguh
luar biasa!
Berbeda
sekali dengan waktu aku pertama kali naik kereta saat SD dulu, gerbong yang
bersih, penumpang yang duduk satu satu sesui dengan nomornya, tidak adanya
pedagang asongan adalah hal yang berbeda dengan yang aku rasakan dulu.
Selama
perjalanan petugas pramugari kereta yang ramah dan Polsuska yang mengawal
kereta menjadikan perjalan dari Semarang Purwokerto semakin menyenangkan.
ditambah lagi keindahan alam pedesaan selama perjalanan, juga membuat pikiran
menjadi lebih fresh dan segar kembali.
Akhirnya
kamipun sampai di Stasiun Purwokerto. Di sini kami mencari tiket terusan untuk
menuju Stasiun Kutoarjo, dan kamipun dapat tiket dengan menggunakan kereta api
ekonomi Joglokerto jurusan Jogjakarta. Tidak berapa lama, kereta api Joglokerto
datang.
Kesan
pertama saat memasuki gerbong kereta sama bagusnya, yaitu tidak berdesakan dan
bersih serta cukup nyaman dengan AC nya. Kamipun menikmati perjalanan menuju
Stasiun Kutoarjo dengan senang dan nyaman. Akhirnya sampai juga aku di Stasiun
Besar Kutoarjo, stasiun legendaris dengan kenangan manis yang seolah membuka
memori indah masa kecil tanah kelahiran.
Dari
Stasiun, kamipun langsung menuju rumah masa kecil. Kecu atau tukang Becak di depan Stasiun Kutoarjo meawarkan kami
untuk naik becak mereka. Tanpa pikir panjang, akhirnya kami naik becak menuju
rumah. Selama perjalanan naik becak, diiringi tiupan semilir angin pedesaan dan
bunyi roda becak yang bernyanyi, aku memimpikan mungkinkah di masa mendatang
kereta api bisa lebih optimal lagi melayani penumpang setianya?
Kulihat
istriku duduk di sampingku dengan nyaman, maklum istriku asli kelahiran
Semarang, jadi kubiarkan dia menikmati indahnya suasana pedesaan. Akupun melanjutkan
impianku selama naik kereta, aku memimpikan agar pelayanan yang diberikan
PT.KAI semakin memuaskan penumpang.
Diantara
impian tersebut yang pertama adalah adanya kereta api ramah difable. Aku
memimpikan agar PT. Kereta Api Indonesia menyediakan gerbong khusus difable
pada semua moda kereta api, baik pada kereta api jarak dekat atau kereta api jarak
jauh. Baik kereta api ekonomi, kereta api bisnis, maupun kereta api eksekutif.
Tentu jika impian tersebut terwujud, saudara-saudara kita yang difable pasti
akan senang dan nyaman saat naik kereta.
Untuk
itu, sebaiknya di masa mendatang, PT.KAI juga menyediakan petugas kesehatan
yang selalu siap siaga utamanya untuk mendampingi penumpang umum dan penumpang
difable agar semakin nyaman naik kereta api kebanggaan negeri.
Impian
yang kedua adalah adanya kereta ramah anak. Artinya kereta tersebut benar-benar
kereta yang ramah anak-anak. Kereta yang menyediakan gerbong khusus untuk
penumpang yang membawa penumpang anak-anak atau infal. Gerbong tersebut bisa
dilengkapi dengan fasilitas bermain yang aman bagi anak saat kereta berhenti
maupun berjalan. Sehingga dengan adanya kereta ramah anak dengan falisitas
ramah anak, anak-anak bisa menikmati perjalanan kereta dengan menyenangkan
Impian
selanjutnya adalah adanya tiket terusan yang bisa dibeli di stasiun pertama
keberangkatan. Misalnya, dari Stasiun Semarang akan ke Stasiun Kutoarjo via
Purwokerto, impianku adalah tiket langsung bisa dibeli dan dicetak di stasiun
awal. Sehingga saat akan naik kereta yang dari Purwokerto ke Kutoarjo tidak
antri lagi.
Dengan
sistem tersebut, bonus kemudahan lainnya saat menunggu kereta selanjutnya
datang adalah penumpang bisa leluasa
menikmati pelayanan lain di stasiun, misalnya menikmati membaca di ruang tunggu
atau ruang baca, menikmati aneka kuliner khas di stasiun tersebut, dan lain
sebagainya.
Kemudian
impian lainnya dari pelayanan PT.KAI yaitu, adanya ruang khusus di stasiun yang
digunakan sebagai tempat membaca atau adanya sudut baca yang menyediakan buku-buku
berkualitas mulai dari buku anak-anak, berupa buku dongeng, cerpen, dll serta
buku untuk orang tua dan profesional yang berisikan pengembangan diri, dll.
Intinya,
di setiap stasiun terdapat ruang baca yang berisikan banyak buku. Bahkan impian
dan harapanku, tidak hanya di stasiun, tetapi di kereta api disediakan buku
bacaan di tiap-tiap kursi penumpang atau mungkin justru diadakan gerbong baca
dalam rangkaian kereta tersebut.
Jika
impian adanya sudut baca di stasiun dan gerbong baca tersebut terealisasi,
tentu hal itu akan menjadi prestasi membanggakan bagi PT. KAI. Bagaimana tidak?
Dengan adanya ruang baca baik di stasiun ataupun di kereta, secara langsung
otomatis PT. KAI juga mendukung gerakan literasi yang merupakan salah satu
upaya untuk mendukung progam PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) bagi warga
negara Indonesia ini.
Selain
itu, PT. KAI juga secara langsung ikut mendorong minat baca masyarakat
Indonesia yang menurut riset masih rendah jika dibandingkan negara tetangga. Dan,
dengan adanya ruang baca di kereta api ataupun di stasiun, PT.KAI juga ikut
andil dalam pembentukan karakter positif generasi bangsa via budaya membaca di
kereta untuk Indonesia yang lebih berkarakter.
Dan
untuk tindak lanjutnya, PT. KAI bisa membudayakan Gerakan Literasi Kereta
(GeLiTa) sebagai salah satu upaya pencegahan oleh PT. KAI terhadap upaya pemerosostan
moral generasi muda via literasi kereta. Lalu, bentuk kegiatan literasi kereta
tersebut bagaimana? Bentuk kegiatannya bisa berupa membaca buku di kereta api,
dan stasiun, menulis catatan perjalanan oleh penumpang dan kemudian dibukukan.
Bisa dibayangkan, berapa jumlah buku yang tercetak jika sebagian besar
penumpang menulis catatan perjalan mereka selama menggunakan kereta.
Selain
bisa menjadi referensi bacaan, buku karya penumpang tersebut bida dijadikan
bahan bacaan yang bisa menambah daya tarik konsumen untuk naik kereta api.
Artinya dengan banyaknya peredaran buku, kereta api akan semakin marketable dan makin jadi moda
transportasi pilihan masyarakat.
Tiba-tiba
aku teringat lagu yang diajarkan guruku saat masih TK, “Naik kereta api-tut-tut-tut ... siapa hendak turut ... ke Bandung
Surabaya, Bolehlah naik dengan percuma ... ayo kawanku cepat naik ... keretaku
tak berhenti lama ...
Sambil
tersenyum aku mengenang lagu tersebut dan tak terasa aku sudah tiba di rumah
masa kecilku, indah, penuh kenangan dan selalu memancarkan aura rasa kangen dan
kasih sayang antar aku dan orang tuaku, adik-adikku dan semua saudaraku.
Terimakasih
kereta apiku
Kereta Api Kita
On 10.07 by Nur Rakhmat in Artikel Populer No comments
Guru Zaman Now .... Guru CeRIA ...
alhamdulillah dimuat di Harian Tribun Jateng.
Selasa, 31 Oktober 2017 ...
Semoga berkenan dan bisa memicu semangat kita untuk lebih baik ... amin ..
alhamdulillah dimuat di Harian Tribun Jateng.
Selasa, 31 Oktober 2017 ...
Semoga berkenan dan bisa memicu semangat kita untuk lebih baik ... amin ..
Menjadi
Guru Zaman Now
Oleh
: Nur Rakhmat
Kids
zaman now! Itulah istilah yang sedang menjadi viral di dunia maya saat ini.
Kids zaman now adalah sebutan untuk generasi muda dengan segala tingkah lakunya
yang menjadi sorotan karena cenderung mengarah pada kegiatan negatif di
lingkungan mereka.
Adanya
anak yang membantah nasihat orang tua ataupun guru, penurunan karakter positif
siswa adalah diantara beberapa contoh sikap kids zaman now yang perlu segera diperbaiki
dan dibina sehingga menjadi kids zaman now yang berkarakter dan bisa menjadi
generasi penerus bangsa handal di masa mendatang.
Tentu
untuk menjadi generasi yang handal di masa mendatang, kids zaman now ( baca :
siswa zaman now) haruslah mampu mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada
dirinya masing-masing. Sebagaimana dikatakan dalam Undang-Undang No. 20 tahun
2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa siswa atau peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur pendidikan tertentu.
Sehingga,
agar siswa bisa menjadi siswa zaman now yang ideal dan mampu mengembangkan
potensi serta bakatnya masing-masing, maka siswa tersebut haruslah dididik oleh
guru profesional dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
Namun
untuk mendidik generasi zaman now, menjadi siswa berkarakter, empat kompetensi
dasar tersebut belumlah cukup, guru harus mampu menjadi guru zaman now yang
bisa menjadi sumber inspirasi dan model positif bagi siswa zaman now. Lalu
bagaimanakah sosok guru tersebut?
Guru CeRIA
Ya, guru CeRIA! Akronim dari cerdas,
religius, inovatif, dan amanah. hemat kami sesuai untuk menginspirasi siswa dan
menjadi model positif panutan siswa. Lalu bagaimanakah guru CeRIA tersebut?
CeRIA yang pertama adalah cerdas.
Artinya, jika ingin menjadi guru yang mampu mendidik siswa zaman now yang
handal dan mampu menjadi generasi hebat, guru haruslah cerdas, utamanya dalam
tupoksi yang diperankannya sebagai guru. Diantaranya guru harus menguasai dan
mampu menerapkan kompetensi yang dimilikinya untuk kebaikan siswa.
Selain
itu, guru hendaknya juga bisa cerdas dalam menyikapi segala bentuk tingkah laku
siswa zaman now saat ini. Oleh karena itu, guru hendaknya tidak hanya cerdas
dalam intelektual saja. Tetapi guru hendaknya juga cerdas dalam interpersonal,
intrapersonal, emosioal, language dan lain sebagainya.
Seperti yang kita ketahui bersama,
bahwa kecerdasan tiap siswa bermacam-macam, atau disebut dengan kecerdasan
majemuk dengan tokohnya Dr. Howard Gardner, yang meliputi kecerdasan
linguistik, matematic-logic, visual-spasial, musikal, kinestetic, intrpersonal,
interpersonal, dan naturalis. (Munif Chatib, 2013:56).
CeRIA yang kedua untuk guru zaman
now yaitu, bersikap religius. Artinya guru hendaknya beragama dan bisa
mengamalkan ajaran agamanya untuk kebaikan. Mengapa sikap religius sangat
penting dan mutlak dimiliki guru zaman now? Ingat, guru zaman now berada di
zaman yang serba modern. Zaman dimana semua informasi baik positif dan negatif
bisa diakses dengan cepat oleh semua orang, termasuk oleh siswa.
Sehingga dengan sikap religius yang
dimilikinya, diharapkan guru tersebut mampu membendung dan mencegah semua
konten dan informasi negatif yang menyerang siswa sebagai generasi penerus
bangsa. Sehingga siswa bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan
tahapan perkembangan yang semestinya dilaluinya.
Selain itu, dengan sikap religius
yang dimiliki guru, siswa juga bisa terinspirasi oleh guru tersebut untuk
bersikap religius juga. Sehingga jika siswa terinspirasi dan mengaplikasikan
sikap religius tersebut dalam keseharian, adanya kemerosotan moral siswa, siswa
yang terkena dampak narkoba, kecanduan miras, dan segala bentuk karakter
negatif lain yang menyerang siswa bisa hilang karena sikap religius siswa sudah
matang.
Bentuk CeRIA selanjutnya adalah
inovatif. Guru zaman now hendaklah inovatif atau mampu menghasilkan suatu karya
sebagai bentuk profesionalismenya sebagai guru. Bentuk inovasi tersebut bisa
dilakukan oleh guru, membimbing siswa dan berkolaborasi dengan siswa.
Misalnya untuk memudahkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran tertentu yang dianggap sulit, guru bisa membuat media
pembelajaran yang mudah, aplikatif dan bisa digunakan memudahkan siswa untuk
memahami materi yang dianggap sulit tersebut. Guru juga bisa berkolaborasi
dengan siswa untuk melakukan inovasi dalam bidang penelitian, sehingga guru bisa
memotivasi dan menginspirasi siswa untuk selalu berinovasi dan berkarya untuk
kemajuan bidang pendidikan yang dibidanginya.
Bentuk CeRIA yang terkahir adalah
amanah. Mengapa sikap amanah? Setelah guru mempunyai karakter cerdas, religius,
inovatif, guru juga hendaknya memiliki sikap amanah. Sikap ini sebagai bungkus dari semua sikap yang dimiliki
guru. Yaitu, guru cerdas yang amanah, inovatif yang amanah, dan religus yang
amanah, dan sikap lainnya.
Sehingga dengan guru memiliki sikap
amanah atau dapat dipercaya, dalam segala tingkah lakunya, guru tersebut
mempunyai tanggungjawab tinggi untuk mendidik generasi siswa zaman now menjadi
generasi yang berkarakter positif. Dan bisa benkontribusi nyata demi kemajuan
bangsa.
Akan tetapi, untuk menjadi guru
zaman now yang profesional dan berkarakter CeRIA, diperlukan komitmen dan
dedikasi serta sikap integritas setiap guru untuk mendidik generasi siswa zaman
now menjadi generasi yang bermoral dan berkarakter positif tersebut.
Sehingga harapannya di zaman modern
ini, guru bukan hanya menjadi guru zaman now yang sukanya berfoto selfie dan
dan wifie saja, tetapi guru zaman now yang bisa menginspirasi siswa dan berkontribusi
nyata dalam pembangunan nasional, utamanya pembangunan sumber daya manusia, khususnya via bidang pendidikan. Amin ...
Guru zaman now? Mengapa tidak?
Nur
Rakhmat, S.Pd.
Guru
SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang.
Senin, 30 Oktober 2017
On 02.33 by Nur Rakhmat in Artikel Ilmiah Populer No comments
Sebuah renungan tentang korupsi dalam bentuk pidato sederhana...
Monggo ...
Korupsi
Menyengsarakan Anak Cucu
Assalamualaikum
warakhmatullahi wabarakatuh ...
Salam
sejahtera untuk kita semua ...
Yang
terhormat bapak ibu dewan juri, serta sahabat sahabat tercinta yang selalu
sukses dalam karya
Puji
syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala kasih sayangNYA kita masih diberi kekuatan, masih diberi
nikmat, sehingga kita masih dipertemukan dalam rangka seleksi lomba FLS2N ini.
Indonesia
adalah negara yang beradab, Indonesia juga negara yang kaya akan nilai-nilai
moral dan nilai-nilai yang mencerminkan sikap santun serta ramah penduduknya.
Namun
sangat disayangkan, banyak oknum yang mencoreng beradabnya karakter bangsa
dengan melakukan perbuatan tercela yaitu, korupsi. Ya, korupsi saat ini marak
menjangkiti semua elemen masyarakat. Korupsi ibarat permen manis namun lama-lama
mengikis gigi dari bagus menjadi “gripis”.
Oleh
karena itu, sudah menjadi tugas kita semua memberantas korupsi. Sudah menjadi
tugas kita juga untuk membantu KPK dalam pemberantasan korupsi di negeri
tercinta ini. Jangan sampai anak cucu kita sengsara karena diakibatkan korupsi
yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Sebagai
siswa generasi penerus bangsa, kita bisa melakukan tindakan pencegahan korupsi sejak
dini, mulai saat ini juga, dan mulai dari hal-hal kecil di lingkungan kita. Dengan
apa? Yang utama, mari kita biasakan
jujur dalam hal apapun, misalnya saat jajan di kantin jangan sampai kita cari
untung alias mbathi dengan mengambil
barang yang tidak sesuai dengan jumlah yang kita beli.
Tindakan
lain misalnya jangan kita berbohong, baik pada orang tua maupun guru bahkan
kepada teman. Karena dengan kita tidak jujur, kita sebenarnya sudah melakukan korupsi. Dan dengan korupsi, berarti
kita sudah merusak moral diri kita sendiri.
Mahatma
Gandhi seorang tokoh terkenal dunia yang berasal dari India pernah berkata, kejujuran adalah inti dari moralitas. Maka
dari itu, mari sebagai generasi penerus bangsa, kita biasakan untuk selalu
jujur dalam segala hal. Dengan tujuan, agar benih-benih korupsi bisa kita atasi
sejak dini.
Akhirnya,
sekian dari kami semoga uraian singkat tadi bisa menggugah semangat kita untuk
selalu benar, baik dalam sikap aupun tindakan. Sehingga bangsa kita bisa bebas
dari korupsi dan mampu menginspirasi generasi menjadi generasi yang cerdas dan
bermoral. Tentu, demi Indonesia yang lebih bermartabat.
Stop
Korupsi, Mari Menginspirasi!!!
Wassalamualaikum.wr.wb.
#SuatuLomba
Rabu, 25 Oktober 2017
On 07.20 by Nur Rakhmat in Berita No comments
Buku Baru : Desiran Kalbu
BUKU BARU!
Judul : Desiran Kalbu
Penulis : Nur Rakhmat
Kategori : Kumpulan Puisi
Tebal : v + 45 hlmn. 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-6582-61-4
Harga : Rp 22.000,- (belum termasuk ongkir)
--------------------------------------
Blurb :
Desiran Kalbu… sebuah kumpulan puisi berisi detak kalbu penulis tentang makna kehidupan dalam berbagai sudut pandang.
Desiran Kalbu… ibarat angin yang membimbing udara dalam arah sama dengan langkah sempurna, ibarat bumi yang tiada bergeming walau berat beban, walau berat terpaan, selalu tabah dan kuat tiada pernah terlambat.
Desiran Kalbu… sebuah untaian sajak yang bergolak dari jiwa-jiwa, terlepas dan tertambat dalam sanubari penulis, sebagai ungkapan syukur akan makna kehidupan yang bebas dan luas serta tiada pernah menebas jiwa tenang dalam bingkai hidup kesempurnaan dan kebermaknaan.
----------------------------------------
Cetakan pertama, Agustus 2017
Diterbitkan oleh:
Penerbit Hanami
Jalan Seroja, Karangayu RT 03 RW 03, Cepiring, Kendal
Jawa Tengah 51352
Tlp. 08989051690
Email: penerbit.hanami@gmail.com
----------------------------------------
Format Pemesanan:
Nama_Alamat Lengkap dan Kode Pos_Judul Buku_Jumlah Buku_No HP
Kirim SMS/WA/LINE 08989051690 (Penerbit Hanami) atau WA 081542557038 (penulis)
Judul : Desiran Kalbu
Penulis : Nur Rakhmat
Kategori : Kumpulan Puisi
Tebal : v + 45 hlmn. 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-6582-61-4
Harga : Rp 22.000,- (belum termasuk ongkir)
--------------------------------------
Blurb :
Desiran Kalbu… sebuah kumpulan puisi berisi detak kalbu penulis tentang makna kehidupan dalam berbagai sudut pandang.
Desiran Kalbu… ibarat angin yang membimbing udara dalam arah sama dengan langkah sempurna, ibarat bumi yang tiada bergeming walau berat beban, walau berat terpaan, selalu tabah dan kuat tiada pernah terlambat.
Desiran Kalbu… sebuah untaian sajak yang bergolak dari jiwa-jiwa, terlepas dan tertambat dalam sanubari penulis, sebagai ungkapan syukur akan makna kehidupan yang bebas dan luas serta tiada pernah menebas jiwa tenang dalam bingkai hidup kesempurnaan dan kebermaknaan.
----------------------------------------
Cetakan pertama, Agustus 2017
Diterbitkan oleh:
Penerbit Hanami
Jalan Seroja, Karangayu RT 03 RW 03, Cepiring, Kendal
Jawa Tengah 51352
Tlp. 08989051690
Email: penerbit.hanami@gmail.com
----------------------------------------
Format Pemesanan:
Nama_Alamat Lengkap dan Kode Pos_Judul Buku_Jumlah Buku_No HP
Kirim SMS/WA/LINE 08989051690 (Penerbit Hanami) atau WA 081542557038 (penulis)
—
bersama Nur Rakhmat.
Selasa, 24 Oktober 2017
On 19.00 by Nur Rakhmat in Artikel Populer No comments
Renungan yang masih butuh untuk lebih direnungkan ...
Tiba Saat Penguatan Pendidikan Karakter
Tiba Saat Penguatan Pendidikan Karakter
Oleh
: Nur Rakhmat
Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter telah
dikeluarkan. Hal tersebut secara otomatis menghentikan polemik Permendikbud
Nomor 23 tahun 2017 tentang hari sekolah. Bahkan sekolah diberi kebebasan untuk
memilih lima hari sekolah atau enam hari sekolah.(Suara Merdeka, 08/09/2017).
Namun,
apakah dengan terbitnya perpres tersebut penguatan pendidikan karakter bisa
segera diterapkan? Dan apakah dengan perpres tersebut makna Pendidikan karakter
tidak semakin terkotak – kotak?
Sistem menyeluruh
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 Perpres No. 87 tahun 2017 adalah gerakan
pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter
peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah
raga dengan pelibatan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakaat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Jika kita melihat pengertian di atas
bisa disimpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter melibatkan semua elemen
masyarakat. Penguatan pendidikan karakter memerlukan kerja sama yang baik antar
elemen, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pertama, dalam perencanaan, orang
tua maupun masyarakat bisa membantu satuan pendidikan untuk merencanakan hal
apa saja yang akan dilaksanakan dalam penguatan pendidikan karakter terhadap
peserta didik. Orang tua dan masyarakat juga bisa mengidentifikasi hal apa saja
yang dapat mereduksi nilai karakter peserta didik sebelum progam PPK
dilaksanakan.
Hemat kami, hal tersebut penting,
selain agar progam bisa dijalankan dengan baik, adanya identifikasi masalah
terhadap semua hal yang mengancam eksisnya penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
bisa menambah efektifitas penerapan penguatan pendidikan karakter ini.
Mengapa demikian? dengan sudah
adanya identifikasi masalah, guru sebagai pelaksana utama akan lebih mudah
menyiapkan tindakan preventif untuk mencegah adanya merosotnya nilai karakter
di sekolah tersebut. Sehingga saat dalam tahapan pelaksanaan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), guru dan semua pihak di dalamnya mampu menjalankan
penguatan pendidikan karakter dengan efektif dan efisien.
Kemudian yang kedua, saat
pelaksanaan, keterlibatan atau kerja sama elemen orang tua dan masyarakat bisa
berupa contoh konkret nilai keteladanan, karena hal ini sangat penting
kedudukannya guna mencapai karakter ideal peserta didik.
Mengapa
penting? Hal ini dikarenakan penguatan pendidikan karakter positif tidak akan
berhasil jika tidak ada figur atau model yang mampu memberikan keteladanan di
dalamnya. Dan proses pendidikan pastilah membutuhkan uswatun khasanah atau
teladan yang baik dari semua pihak, utamanya guru, orang tua, dan masyarakat.
Percuma
banyak progam atau wacana, jika nilai keteladanan dinafikan. Oleh karena itu, praktik
yang baik, tindakan riil atau aksi nyata dari semua elemen masyarakat sangat
diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter terhadap peserta didik ini.
Misalnya
dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah, tentu hal tersebut tidak akan
berhasil jika tidak ada nilai keteladanan dari warga sekolah, utamanya kepala
sekolah, pengawas, guru, dll. Konkretnya adalah jika peserta didik
diperintahkan untuk datang tidak terlambat. Kepala sekolah, guru dan warga
sekolah yang lain juga tidak boleh datang terlambat.
Selain
di sekolah, teladan yang baik juga sangat diperlukan di lingkungan rumah.
Misalnya orang tua memerintahkan anaknya untuk tidak melihat TV saat jam
belajar. Orang tua juga jangan melihat TV saat jam belajar anak.
Dan selain di sekolah dan lingkungan
rumah, sikap keteladanan yang baik juga muncul dari elemen masyarakat. Sikap
keteladanan tersebut bisa berupa saat berlalu lintas masyarakat mematuhi aturan
dengan memakai helm, tidak menerobos lampu merah dan lainnya. Selain itu,
keteladanan yang baik atau praktik yang baik dari masyarakat juga bisa ditunjukkan
saat antri di loket atau mematuhi tata tertib lainnya. Sehingga jika teladan
yang baik tersebut dilakukan, peserta didik bisa meniru dan belajar juga untuk
mematuhi tata tertib, belajar antri dan belajar karakter positif lainnya.
Keteladanan
selanjutnya yang dibutuhkan guna memperkuat pendidikan karakter peserta didik
adalah keteladanan dari pemerintah. Dalam hal apa? Yang paling utama adalah
keteladanan untuk konsisten menjalankan aturan yang berlaku. Jangan sampai
masyarakat menjadi apatis terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah, karena
gonta ganti kebijakan. Tentu jika hal itu terjadi, pendidikan karakter hanya
sebatas wacana tanpa aksi nyata, penguatan pendidikan karakter hanya sebatas
asa yang tiada pernah terasa hasil dan dampaknya.
Tentu
hal tersebut tidak ingin terjadi bukan? Maka ketika Menteri Pendidikan
mengeluarkan pernyataan tentang PR jangan berupa matematika atau mata pelajaran
lain, karena itu cukup diselesaikan di sekolah, bukan di rumah dan guru bisa
memberikan PR yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter prioritas dalam PPK (Suara Merdeka, 09/09/2017), hal
tersebut justru dapat memicu perdebatan kembali, bagaimana penguatan pendidikan
karakter yang baik terhadap peserta didik.
Mengapa
demikian? Karena dengan pernyataan tersebut, secara tidak langsung bisa
menyebabkan kegaduhan baru di kalangan guru dalam menanamkan dan menguatkan
karakter peserta didik di sekolah. Misalnya, guru menugaskan siswa berupa
pekerjaan rumah untuk melakukan proyek bersama orang tua dengan menghitung jumlah
perabot rumah tangga. Apakah dengan kata-kata menghitung perabot yang sangat
berkaitan erat dengan matematika itu tidak boleh? Padahal dengan menghitung
perabot bersama orang tua hal tersebut juga termasuk salah satu bentuk dari penanaman
pendidikan karakter prioritas yang berupa integritas, peduli dan gorong royong.
Maka dari itu, kerjasama dan
komunikasi yang baik antar elemen sangat diperlukan dalam penanaman pendidikan
karekter ini. Selain sebagai upaya untuk menyamakan visi dan misi demi cerdasnya
kehidupan bangsa, komunikasi yang baik antar elemen juga bisa dijadikan sebagai
teladan yang baik bagi peserta didik dalam menerapkan pendidikan karakter di
lingkungannya masing-masing.
Oleh
karena itu, mari kita dukung progam PPK tersebut dengan sepenuh hati dan penuh
tanggung jawab. Kita tinggalkan pro dan kontra yang mengiringi Penguatan
Pendidikan Karakter. Kita songsong masa depan yang lebih baik. Dan kita pererat
gotong royong bersama dalam menguatkan kaakter unggul peserta didik.
Dengan
harapan adanya sistem menyeluruh dalam bentuk kerjasama dan gotong royong semua
pihak, baik sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam menerapakan dan
menguatkan pendidikan karakter kepada peserta didik, karakter positif peserta
didik diharapkan akan meningkat dan akan mampu menjadi generasi yang bermoral,
berkahlak baik dan berkarakter unggul. Demi Indonesia yang lebih bermartabat.
Sudah
tibakah saat penguatan pendidikan karakter?
Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang
Minggu, 22 Oktober 2017
On 20.47 by Nur Rakhmat in Artikel Populer No comments
Bacaan
Asmaul Khusna dan Pendidikan Karakter Siswa
Oleh
: Nur Rakhmat
Dewasa
ini berbagai bentuk kenakalan yang didominasi anak muda semakin meningkat,
termasuk siswa di dalamnya. Adanya siswa yang terpapar narkoba, pergaulan bebas,
dan tawuran pelajar yang biasanya dilakukan anak usia sekolah menengah sudah
terjadi pada siswa Sekolah Dasar.
Sekolah
sebagai kawah candradimuka pembentukan karakter siswa berkewajiban membentuk
siswa memiliki karakter positif dan berbudi pekerti luhur sudah seharusnya
melakukan berbagai usaha yang dapat menjadi penangkal siswa dari pengaruh
negatif perkembangan zaman.
Dan
sebagai lembaga pendidikan yang mendidik siswanya menjadi generasi unggul,
sekolah harus mencoba berbagai kiat dan trik yang mampu mencetak generasi
penerus bangsa menjadi generasi yang berkarakter dan bermoral baik.
Pembiasaan Membaca Asmaul Khusna
Diantara
kiat yang bisa dilakukan untuk membentuk siswa menjadi generasi unggul, cerdas,
dan berkarakter adalah dengan membaca asmaul khusna atau pembacaan nama-nama
Allah SWT yang berjumlah 99 asma tersebut disertai dengan doa di dalamnya.
Lalu
bagaimana teknis pelaksanaannya? Hemat kami, teknis pertama adalah membiasakan
bacaan asmaul khusna dilakukan pagi hari saat siswa belum memulai kegiatan
belajar bersama guru. Untuk waktunya, bisa dimulai pukul 06.30 atau tiga puluh
menit sebelum bel masuk dimulai.
Mengapa
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai? Ini disebabkan karena, selain
mempertimbangkan agar tidak mengganggu jam pelajaran efektif, juga dimaksudkan
untuk melatih kedisiplinan semua warga sekolah, baik siswa, guru, kepala
sekolah, maupun penjaga sekolah.
Disiplin
dalam bentuk apa? Mari kita tengok, dengan pembiasaan pukul 06.30, mau tidak
mau siswa harus berangkat tidak terlambat, minimal pukul 60.30 sampai sekolah. Dan
otomatis dengan siswa tidak terlambat, bapak ibu guru, kepala sekolah dan warga
sekolah lainnya juga tidak datang terlambat. Jelas di sini budaya disiplin
dengan salah satu tandanya tidak terlambat sekolah sudah terbentuk dan
harapannya konsisten serta menjadi budaya positif sekolah.
Kemudian,
dengan pembiasaan bacaan asmaul khusna yang dilakukan sebelum jam pembelajaran
efektif dimulai, selain bisa membudayakan disiplin juga bisa sebagai perwujudan
siswa membudayakan gerakan literasi sekolah. Bagaimana bisa? Dengan dimulai
pembacaan asmaul khusna pada pukul 06.30 dan harapan selesai pukul 06.50
lengkap dengan doanya. Tentu masih menyisakan waktu 10 menit. Dan waktu 10 menit
tersebut bisa digunakan siswa untuk membaca buku nonteks dilanjutkan dengan
menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebagai bentuk membudayakan Gerakan Literasi di
Sekolah.
Selain
itu, melakukan pembiasaan membaca asmaul khusna sebelum jam pelajaran efektif
dimulai juga bisa membentuk siswa menjadi pribadi yang sehat dan tangguh, serta
pribadi yang religius. Mengapa demikian? dengan membaca asmaul khusna sebelum
belajar dimulai, secara otomatis siswa juga berdoa dan memohon kepada Allah
agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan bisa mendapat segala karuniai
Allah SWT.
Teknis
yang kedua adalah pembacaan asmaul khusna dilakukan di luar kelas. Dengan
membaca asmaul khusna di luar kelas, secara tidak langsung siswa sudah
menyebarkan kebaikan kepada semua orang yang melihat dan mendengarkan lantunan
asmaul khusna siswa. Selain itu, dengan membaca asmaul khusna di halaman
sekolah, siswa juga sudah membiasakan dan meyebarkan gerakan revolusi mental
yang digalakkan oleh pemerintah.
Dan
yang lebih menggetarkan lagi, pembacaan asmaul khusna di halaman juga bisa
membuat orang tua atau orang yang mengantar siswa ke sekolah ikut membaca
asmaul khusna yang dilantunkan siswa. Hal ini tentu sangat diharapkan oleh kita
semua bahwa siswa juga bisa menjadi agen perubahan positif di lingkungannya,
baik lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat dan lingkungan
keluarganya.
Teknis
yang ketiga dalam pembiasaan pembacaan asmaul khusna adalah tugas memimpin
asmaul khusna diserahkan kepada siswa. Jadi salah satu siswa ditunjuk untuk
memimpin teman-temannya membaca asamul khusna, baik yang dilakukan di luar
kelas ataupun di dalam kelas.
Dengan
siswa memimpin bacaan asmaul khusna ini, tentu sangat berdampak positif sekali
dalam kaitannya dengan penanaman karakter positif pada anak. Selain melatih
keberanian siswa, langkah tersebut juga bisa menginspirasi siswa yang lain
untuk berani memimpin membaca asmaul khusna di depan teman-temannya dan seluruh
warga sekolah.
Selain
itu, hal ini juga bisa menjadi kebanggan tersendiri baik bagi siswa maupun
orang tua dan bapak ibu guru. Bagi siswa, tentu hal ini menambah keberanian
siswa dalam mengikuti pembelajaran atau kegiatan lainnya. Bagi orang tua,
mereka akan bangga bahwa anaknya juga bisa berprestasi dan membanggakan orang
tuanya dengan menjadi pemimpin temannya yang lain.
Dan
untuk guru, sikap berani melakukan hal positif adalah sesuatu yang sangat
berharga sekali. Selain bisa menjadikan proses pembelajaran di kelas lebih
hidup, dengan sikap berani melakukan hal positif bisa menjadikan pembelajaran
lebih bermakna karena siswa juga merasa nyaman dalam belajar.
Dan
masih banyak teknis lainnya yang bisa dilakukan sekolah guna membentuk karakter
positif siswa dengan bacaan asmaul khusna ini. Namun yang paling utama adalah
tujuan dari pembiasaan pembacaan asmaul khusna itu apa? Apakah hanya sekedar
ceremonial saja? Atau hanya ingin menunjukkan kepada pimpinan bahwa sekolah
kita adalah sekolah berkarakter?
Tentu
bukan hal tersebut yang kita inginkan. Sebagai umat beragama dan sebagai insan
pendidikan kita semua pasti menginginkan anak dan siswa generasi peenerus kita
mempunyai akhlak yang baik, anak dan siswa generasi penerus kita mempunyai
karakter yang unggul dan mumpuni serta bermoral.
Nah,
dengan pembiasaan membaca asmaul khusna setiap hari di sekolah, tentu kita
semua ingin agar siswa sebagai generasi penerus bangsa mempunyai sifat dan
sikap yang berkarakter, mempunyai sikap dan sifat yang diteladankan dari
nama-nama mulia Allah SWT.
Misalnya
siswa diharapkan mampu mempunyai sifat dan sikap nama Allah Arrahman dan Arrahim,
atau Allah yang maha pengasih dan penyayang. Siswa juga diharapkan mempunyai
sifat dan sikap nama Allah SWT Assobru atau Allah yang maha sabar. Siswa juga
diharapkan mempunyai sifat dan sikap nama Allah SWT Al’Adlu atau Allah yang
maha adil, serta sifat mulia Allah lainnya.
Memang
untuk mengawali pembiasaan pembacaan asmaul khusna tersebut tidaklah mudah, akan
banyak dijumpai tantangan dan halangan yang beragam, baik dari siswa, guru,
orang tua dan warga sekolah lainnya. Namun, jika kita sadar akan dampak positif
yang ditimbulkan, seperti tumbuhnya sikap disiplin, berani, bermoral baik serta
santun terwujud, tentu kita semua akan bangga dan kita semua pasti mendukung usaha
positif yang dilakukan sekolah.
Diperlukan
kesabaran, komitmen, dan keihklasan dari semua pihak agar siswa dan semua stake
holder sekolah istiqomah dalam membudayakan membaca asmaul khusna setiap hari,
dengan harapan agar siswa sebagai generasi penerus bangsa ini mampu menjawab
tantangan zaman, mampu menjadi generasi yang cerdas, dan mampu membawa harum
bangsa, menjadi bangsa yang bermartabat, bermoral dan berkarakter.Sehingga
Indonesia yang cerdas dan bermoral bisa terwujud. Amin... semoga.
Ø Nur
Rakhmat, S.Pd.
Guru
SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang
Minggu, 15 Oktober 2017
On 08.51 by Nur Rakhmat in Artikel Ilmiah Populer 2 comments
Antara
TaB dan DoA
Oleh
: Nur Rakhmat
“Pak,
bonekaku namanya Fely!” Teriak Felysha setelah berhasil memberi nama boneka
kecil hasil kreasi dari praktik membuat boneka kaos kaki sebagai penilaian dari
Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
Karena
jumlah siswa di kelas kami ada 40 siswa, selain Felysha, tentu ada 39 siswa
lainnya dengan 39 nama boneka kaos kaki berbeda-beda. Dan untuk mengapresiasi
hasil karya siswa tersebut, 39 boneka kaos kaki tersebut sudah kami pajang di
kelas, dengan tujuan siswa menjadi lebih merasa dihargai karyanya dan tentu
saja agar siswa setiap hari bisa bersanding dengan bonekanya dan bisa lebih
mengenal serta bergaul dengan boneka buatannya di waktu senggang mereka atau
disela-sela waktu efektif belajar mereka.
Tujuan
kami memajang boneka karya siswa tersebut bukan tanpa alasan. Sebagi sekolah
yang sedang mengembangkan pendidikan karakter, kami tentu mempunyai keinginan
agar pendidikan karakter bisa tersampaikan dengan baik, pendidikan karakter
bisa diterima dengan baik oleh semua warga sekolah khususnya siswa dan
pendidikan karakter bisa diimplementasikan menjadi kebiasaan positif dan
membudaya di lingkungan SD kami, yaitu SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Setelah
kurang lebih satu bulan sejak boneka dipajang, dalam hati kami berkata,
“bagusnya boneka tersebut dibuat apa ya?” Apakah hanya menjadi pajangan kelas
kemudian setelah itu disimpan di lab atau lemari karya siswa? Atau dibiarkan
hanya menjadi pajangan dibiarkan kadaluarsa begitu saja?
“Dibuat
dongeng!” Teriakku dalam hati. Mengapa dongeng atau tepatnya DoA (Dongeng Anak)
yang mula-mula muncul dalam pikiran kami? Karena hemat kami dongeng adalah
salah satu cara yang bisa digunakan untuk membentuk dan menumbuhkan karakter positif
anak, apalagi siswa kami masih di tingkat Sekolah Dasar, tentu mereka sangat
senang sekali dan sangat tertarik dengan dongeng, lebih-lebih jika dongeng tersebut
mempunyai unsur kebaruan dan dibuat oleh temannya sendiri. Tentu hal tersebut
menjadi nilai lebih tersendiri bagi yang membuat maupun yang menikmati dongeng
tersebut.
Bahkan
Evelyn Williams English dalam bukunya mengatakan bahwa dongeng bisa digunakan
sebagai salah satu media untuk memvisualisasikan dan menghubungkan kecerdasan
yang dimiliki siswa, utamanya kecerdasan linguistik dengan
kecerdasan-kecerdasan siswa yang lainnya.(Evelyn Williams E, 2012:34).
Selain
itu, alasan dongeng anak kami jadikan sebagai salah satu media untuk
mengimplementasikan pendidikan karakter adalah sebagai tindak lanjut dari
kegiatan membaca yang sudah membudaya di sekolah kami. Tepatnya, sekolah kami sudah
menerapkan kebijakan kepada semua warga sekolah agar membaca buku bisa fiksi
maupun non fiksi di pagi hari selama 15 menit sebelum pembelajaran efektif
dilakukan.
Selain
sebagai upaya untuk membudayakan membaca pada siswa, kegiatan tersebut juga
sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendidikan No. 23 Tahun 2015
tentang penumbuhan budi pekerti sebagai salah satu upaya untuk menanamkan dan
membudayakan pendidikan karakter positif di sekolah, yang salah satunya dengan
kegiatan membaca.
Kegiatan
membaca sebagai upaya pembentukan karakter tersebut kami lakukan setiap hari,
kecuali Hari Senin karena ada upacara bendera dan Hari Jumat yang biasanya kami
lakukan untuk kegiatan senam pagi sbersama semua warga sekolah.
Agar
kegiatan membaca tersebut tidak membosankan dan bisa lebih membuat siswa
semangat, kami menyebut kegiatan membaca tersebut dengan istilah Tadarus Buku
(TaB). Ya, Tadarus Buku (TaB)! Sebuah kegiatan membaca siswa dengan mengadopsi
dan memodifikasi dari kegiatan membaca alquran secara berjamaah yang biasanya
dilakukan oleh umat islam, kegiatan tadarus buku ini juga dilakukan secara
berjamaah oleh semua siswa di kelas masing-masing.
Teknisnya,
saat bel tanda waktu membaca dimulai, semua siswa masuk kelas dan membaca buku
yang telah disediakn oleh guru di pojok baca atau sudut baca siswa. kemudian
siswa membaca buku yang dipilihnya dan setelah membaca mereka menulis buku apa
yang sudah dibaca pada buku jurnal membaca siswa. Jurnal ini berguna bagi guru
untuk mengetahui buku apa saja yang sudah dibaca siswa dan sejauh mana daya
tangkap siswa terhadap buku yang telah mereka baca.
Perlu
diketahui, dalam buku jurnal baca milik siswa tersebut terdapat rangkuman atau
amanat yang didapat siswa dari membaca buku tersebut. Jadi siswa belum
mempunyai kemampuan untuk lebih dari sekedar membaca. Artinya yang dihasilkan
dari kegiatan membaca yang dilakukan siswa atau Tadarus Buku (TaB) ini hanya
sekedar manfaat bagi dirinya, yaitu mengetahui isi buku. Belum tentu siswa
menerapkan atau belum tentu siswa bisa menginspirasi orang lain dari kegiatan
tadarus buku tersebut.
Oleh
karena itu, perlu tindak lanjut yang harus dilakukan guru agar siswa lebih
termotivasi dan tidak bosan untuk selalu membiasakan budaya baca di manapun
mereka berada. Salah satu upaya kami yaitu kami ajak siswa suntuk membuat
dongeng anak (DoA) seperti yang sudah sedikit kami uraikan di atas.
Pembuatan
dongeng anak, Selain mengajak siswa untuk meningkatkan level kemampuan membaca
menjadi kemampuan menulis. Membuat dongeng anak (DoA) juga bisa meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbahasa menjadi lebih tinggi lagi, yaitu kemampuan
berbicara. Yang menurut sebagian besar guru dan para ahli sangat sulit
penerapannya.
Dongeng
Anak (DoA) Sekali lagi, bukan dongeng kancil nyolong timun, dongeng cinderela,
atau putri tidur dari negeri seberang sana yang sudah sering didengarkan oleh
anak. Tetapi dongeng yang dibuat adalah dongeng anak (DoA) yang dibuat sendiri
oleh siswa, mengedepankan pendidikan karakter dan tentunya sesuai dengan perkembangan
pola pikir siswa serta sesuai dengan daya imajinasi siswa terhadap boneka kaos
kaki yang dibuatnya tersebut.
Oleh
karena dongeng tersebut dibuat oleh siswa, maka semua isi dongeng, baik
alurnya, tokohnya, wataknya, latarnya, amanatnya semua yang menentukan adalah siswa.
Dan sebagai guru kelasnya, kami tentu tidak lepas tangan untuk selalu membimbing
dan mengarahkan bila siswa kesulitan atau mengalami kebuntuan dalam menemukan
ide atau gagasan tentang dongeng yang akan mereka buat.
Sesuai
dengan yang termaktub dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen, pada pasal 1 ketentuan 1 dikatakan, bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.
Oleh
karena itu, berdasarkan tugas guru tersebut, kemudian kami mendorong siswa agar
bisa menyelesaikan DoA (Dongeng Anak) sesuai yang mereka harapkan. Dan dongeng
yang mereka buat bisa menjadi inspirasi bagi diri siswa pembuat dongeng dan
siswa lainnya. Sesuai dengan semboyan yang selalu kami berikan ke siswa sebagi
bentuk motivasi yaitu “Sukses Selalu”.
Mengapa
motivasi penting? Sebagaimana menurut Mc.Donald dikatakan bahwa motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling”
dan didahului oleh tanggapan terhadap adanya tujuan.(Sardiman, 2011: 73).
Sehingga
dengan adanya motivasi dari kami berupa penghargaan pemajangan karya siswa, dan
kata-kata motivasi “Sukses Selalu” dalam setiap hasil capaian siswa dan karya
siswa, siswa menjadi merasa lebih dihargai dalam membuat karya dan juga feeling
siswa dalam membuat dongeng semakin lebih kuat.
Artinya,
dengan motivasi yang tepat tersebut, harapannya siswa bisa menjadi generasi
yang hebat, generasi yang bisa menjadi agen perubahan mulai dari lingkungan
terdekat mereka, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan
pergaulan dalam keseharian mereka.
Kemudian
agar DoA (Dongeng Anak) yang dibuat siswa tersebut tidak terbentur putusnya
ide, ataupun tidak mengalami kebuntuan saat menjabarkan ide ceritanya, kami
juga menunjukkan ke siswa karya dongeng karya orang lain yang ada di buku, yang
dimuat di majalah ataupun yang dimuat di koran.
Hal
ini sangat penting, selain bisa dijadikan motivasi bagi siswa, karya orang lain
yang dimuat di surat kabar dan majalah juga bisa dijadikan rujukan bagi siswa
untuk sama seperti dengan mereka, yaitu karyanya dimuat di surat kabar atau
dibuat buku yang bisa dibaca oleh semua orang.
Sebagaimana
di sekolah kami, khususnya di kelas enam A, hasil dongeng yang dibuat siswa
tersebut kami bukukan menjadi satu buku menjadi buku kumpulan dongeng siswa
kelas enam A yang disebut ‘Domi-Domi Nema” (Dongeng mini-Dongeng Mini Enam A).
Namun,
dalam perkembangannya, pembuatan DoA (Dongeng Anak) tidak semudah atau secepat
yang kita perkirakan. Tetap saja ada hambatan yang membuat kami selalu berusaha
membulatkan tekad anak untuk membuat DoA (Dongeng Anak) tersebut. Diantara hambatan
tersebut adalah gaya belajar siswa yang beda-beda, tidak semua siswa mempunyai
kemampuan berbahasa tulis yang baik, tidak semua siswa hobi membaca buku, siswa
yang suka menunda-nunda karya, dan kemampuan siswa membuat cerita yang sangat
bervariatif. Sekali lagi, di sinilah peran guru sangat penting agar dongeng
anak tersebut bisa diselesaikan dengan baik.
Dan
hemat kami, langkah tepat yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan
semangat siswa untuk bertadarus buku (TaB) sehingga bisa menghasilkan karya
yang bisa dinikmati orang lain.
Sehingga
dari semua uraian di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa antara tadarus buku
dengan dongeng anak ada saling keterkaitan yang positif. Ada hubungan simbiosis
mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan antara dua kegiatan
tersebut. Dimana dengan membaca atau tadarus buku (TaB) siswa bisa mendapat ide
baru untuk dibuat dongeng dan dengan membuat Dongeng Anak (DoA) siswa bisa
lebih termotivasi untuk lebih semangat bertadarus buku (TaB) atau membaca buku.
Akan
ada banyak manfaat yang didapat oleh siswa dari kegiatan tersebut. Diantaranya,
yang pertama adalah siswa menjadi lebih banyak pengetahuan karena banyak
membaca buku, siswa juga semakin berani dalam mengekspresikan diri lewat
mendongeng, siswa juga semakin produktif berkarya dan lebih semangat untuk
menghasilkan karya positif yang bisa menginspirasi diri dan orang lain.
Dan
tentunya kegiatan membaca atau tadarus buku (TaB) yang berlanjut dengan adanya
DoA (Dongeng Anak) bisa menjadi salah satu media untuk lebih membudayakan
karakter positif anak sebagai generasi penerus bangsa. tentu, dengan harapan
siswa sebagai generasi penerus bangsa bisa menjadi generasi yang cerdas,
bermoral demi Indonesia yang lebih baik.
Langganan:
Postingan (Atom)
Search
Video
Kurtilas
Kategori
Artikel Ilmiah Populer
(23)
Bank Soal
(20)
Artikel Populer
(15)
Puisi
(12)
Berita
(11)
Kisah Sang Guru
(10)
Cerita Anak
(6)
Pidato
(4)
Buku
(3)
Dongeng
(2)
Esai
(2)
Geguritan
(2)
info lomba
(2)
Cerpen
(1)
Galeri Foto
(1)
Media Pembelajaran
(1)
Pantun
(1)
TUGAS SISWA
(1)
TUGAS SISWA 2
(1)
Tugas 4
(1)
Tugas Siswa 3
(1)
Arsip Blog
-
▼
2017
(17)
-
▼
Oktober
(11)
- Pancasila Sakti Via Literasi
- Malam Kelam
- Antara TaB dan DoA
- Kegiatan TaB (Tadarus Buku)
- Bacaan Asmaul Khusna dan Pendidikan Karakter Siswa
- Tiba Saat Penguatan Pendidikan Karakter
- Buku Baru. Desiran Kalbu
- Pidato Stop Korupsi
- Menjadi Guru Zaman Now
- Aku, Kereta Api dan Literasi
- Kisah Berharga Kurcaci Kutika
-
▼
Oktober
(11)
Diberdayakan oleh Blogger.