Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Selasa, 31 Oktober 2017

On 10.23 by Nur Rakhmat in    No comments
Sebuah pelajaran untuk menghargai orang lain dan tidak terlalu congkak dengan kemampuan sendiri ...

Kisah Berharga Kurcaci Kutika ... Sebuah dongeng yang merupakan bagian dari kumpulan dongeng buku "Domi-Domi Nema" dan selamat membaca ...


Kisah Berharga Kurcaci Kutika

Oleh : Nur Rakhmat

            Pagi itu suasana di Negeri Sakola sangat ramai, Para Kurcaci sedang sibuk usai memberi pelayanan kepada anak-anak dari Negeri Manusa. Kurcaci Kutika, Kunipa, Kubisa, dan Kusila sibuk dengan pelayanannya masing-masing.
            “Hari ini kamu dapat berapa Kubisa?” tanya Kunipa.
            “Aku Cuma dapat sedikit” jawab Kubisa sambil terlihat agak sedih.
            “Kalian payah! Nih, aku dapat banyak!” kata Kutika Kurcaci sombong.
            “Makanya jangan malas! He he he” lanjut Kutika seolah mengejek kedua temannya.
            Mendengar ejekan Kutika, Kunipa dan Kubisa terdiam. Dibanding Kutika, mereka memang sering mendapat pelayanan lebih sedikit. Apalagi sudah menjadi adat di Negeri Sakola, kalau lebih sering memberi pelayanan ke Negeri Manusa, maka dialah yang paling hebat.
            “Sudahlah ... kalian tidak usah sedih. Aku aja tidak sedih kok, yang penting, berapapun yang kita dapat, kita terima dengan senang hati” kata Kusila yang hanya dapat paling sedikit dari ketiga temannya itu.
            “Terima kasih Kusila, aku jadi ingat perkataan Ibuku, kalau kita harus bisa mensyukuri apa yang kita dapat” kata Kubisa terlihat lebih semangat.
            “Halah ... kalah ya kalah! Nggak usah ngeles deh!” sanggah Kutika dengan pongah.
            Kunipa dan Kubisa terdiam kembali, mereka hanya bisa pasrah dengan ejekan Kutika. Memang, sikap Kutika akhir-akhir ini jadi sombong, apalagi saat Kutika sering ke rumah warga Negeri Manusa. Dia merasa menjadi Kurcaci yang paling tahu arah jalan menuju Negeri Manusa dan tidak pernah mau mendengarkan Kurcaci lainnya.
            “Ya udah, yuk kita pulang! Lihat sang surya sudah mau tenggelam, lagian besok Negeri manusa ada ujian, makanya kita harus memberikan pelayanan lagi” ajak Kusila Kurcaci.
            “Besok berangkat bersama-sama ya!” timpal Kunipa Kurcaci.
            “Iya, jadi bisa berangkat ramai-ramai dan tidak tesesat” jawab Kusila Kurcaci.
            “Jangan lupa Kupisa kita ajak, dia kan yang paling hafal arah jalan ke Negeri manusa” kata Kubisa.
            “Nggak usah! Aku kan sudah sering ke Negeri Manusa. Jadi tidak mungkin aku tersesat! Besok aku mau berangkat sendiri saja!” kata Kutika Kurcaci dengan nada sombongnya.
            Ketiga Kurcaci lainnya hanya bisa diam, mereka langsung pulang dan tidak menyangka ternyata kesombongan Kutika Kurcaci sudah sangat jauh, mereka hanya bisa berdoa, semoga Kutika tidak kebingungan mencari jalan, karena menurut berita, saat ini di Negeri Manusia banyak bencana banjir dan tanah longsor, sehingga banyak jalan yang rusak dan tidak bisa dilalui.         
***
            “Yuk kita berangkat!” ajak Kupisa Kurcaci yang ahli membaca peta.
            “Tunggu dulu, Kutika belum kelihatan. Bagaimana kalau kita tunggu sebentar” kata Kubisa memberi saran.
            “Iya, walaupun kemarin dia ingin berangkat sendiri, tapi lebih baik kita tunggu sebentar” tambah Kusila.
            “Aku sangat setuju dengan kamu Kusila! Biar bagaimanapun kemarin kita sepakat mau berangkat bersama” kata Kunipa Kurcaci.
            Mereka kemudian memutuskan untuk menunggu Kutika, namun setelah beberapa lama, tanda-tanda kedatangan Kutika tidak juga kelihatan.
            “Kupisa, ayo kita berangkat aja. Kasihan anak-anak Negeri Manusa, nanti mereka tidak dapat pelayanan dari kita” kata Kunipa.
            “Iya, besok pagi kan mereka Ujian. Kasihan kalau kita datang terlambat!” tambah Kubisa.
            “Oke, yuk kita berangkat!” ajak Kupisa memberi aba-aba.
            Merekapun kemudian berangkat ke Negeri Manusa, sepanjang perjalanan, terlihat bekas bencana tanah longsor, dan jembatan putus akibat banjir selalu mereka jumpai. Kunipa, Kubisa, Kusila berjalan mengikuti Kupisa yang hafal dengan jalan menuju Negeri Manusa. Akhrinya merekapun tiba di Negeri Manusa dengan selamat dan tidak terlambat.
            “Untung kita bareng Kupisa!” kata Kusila.
            “Coba kalau kita bareng Kutika. Loh ...Kutika kok belum kelihatan?” tanya Kunipa.
            “Iya, dia kok belum kelihatan ya” tambah Kubisa.
            “Tenang! Kita nggak usah khawatir. Kalian langsung memberi pelayanan saja, biar aku yang mencari Kutika” kata Kupisa.
            Kubisa, Kunipa, dan Kusila setuju, mereka langsung memberi pelayanan ke anak-anak Negeri Manusa dan Kupisa bergegas mencari Kutika. Kupisanpun berjalan menacari rute yang kemungkinan dilalui Kutika. Saat sampai perbatasan Negeri Manusa dengan Negeri Sakola, Kupisa mendengar suara tangisan yang semakin lama semakin keras.
            Sambil mengendap-endap, Kupisa menuju suara tangisan itu. Kupisa kaget, ternyata itu adalah tangisan dari Kutika Kurcaci.
            “Kutika! Kamu kok menangis kenapa?” tanya Kupisa.
            “Aku tersesat, tadi sampai jembatan, jembatan putus, muter jalan lain, tambah tersesat” jawab Kutika sambil menangis.
            “Maafin aku Kupisa, aku sebenarnya ingin bareng kamu, tapi aku gengsi sama teman-teman. Kasihan anak-anak Negeri Manusa ...” lanjut Kutika sambil masih menangis.
            “Tenang aja aku sudah maafin, dan anggaplah ini sebagai pelayanan untuk dirimu sendiri ya. Yuk kita segera ke negeri Manusa, masih ada waktu ...” ajak Kupisa sambil manarik tangan Kutika agar bergegas.
Merekapun bergegas ke Negeri Manusa untuk mengejar waktu tersisa pelayanan dan akibat kejadian itu, Kutika sadar, jika kesombongannya bisa merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Selamat Membaca


On 10.18 by Nur Rakhmat in    No comments
Sebuah karya memperingati HUT PT. KAI tahun 2017

Masih perlu renungan mendalam ...

Aku, Kereta Api dan Literasi

Oleh : Nur Rakhmat

Kerata api, itulah moda transportasi impian yang aku impikan sejak lama. Saat itu, saat masih duduk di bangku TK, kebetulan tempat tinggal nenek ada dekat rel kereta api di wilayah Prembun Kebumen. Semingu sekali, bapak menjemputku pulang ke rumah pasti selalu melewati terowongan kereta api di Desa Sarwogadung Kecamatan Mirit Kebumen.
Setiap mau melewati jalan di bawah rel kereta pasti bapak berhenti dan menunggu kereta lewat. Sejak itulah aku mengenal kereta api, hanya bisa melihat dan mendengar suaranya, dan belum pernah menaikinya.
Aku hanya bisa bermimpi kapan bisa naik kereta api. Lebih –lebih saat musim lebaran tiba, aku hanya bisa mendengar tante dan paman yang merantau ke Jakarta, bagaimana rasanya naik kereta api. Katanya, pernah mulai dari antre tiket yang berdesak-desakan, masuknya lewat jendela kereta, duduknya saling berhimpitan bahkan jika ada yang tidak kebagian tempat duduk ada yang duduk di lantai kereta, dan certia menarik lainnya.
Setelah sekian lama hanya bisa mendengar cerita tentang kereta api, akhirnya aku merasakan bagaimana rasanya naik kereta api. Momen spesial tersebut terjadi saat tante menikah dengan temannya yang berasal dari Jakarta, saat itulah aku benar-benar merasakan naik kereta api. Saat itu, aku berangkat dengan rombongan dari Stasiun Kutoarjo Jawa Tengah menuju Stasiun Jatinegara di Jakarta Timur dengan kereta api ekonomi.
Aku benar-benar menikmati perjalanan naik kereta tersebut, mulai dari banyaknya pedagang asongan di kereta api, tidur beralasakan koran di lantai kereta dan kejadian menarik lainnya. Dalam hati aku berkata, “jadi begini rasanya naik kereta api”, ternyata sama dengan apa yang diceritakan oleh tante dan paman saat pulang kampung lebaran.
Setelah sekian lama, tidak naik kereta, aku hanya mengikuti perkembangan kereta dari tahun ke tahun. Mulai dari perbaikan sarana prasarana kereta, pelarangan pedagang asongan di kereta api, penambahan jalur kereta dengan aktifasi rel ganda, regenerasi pegawai kereta api,  sampai dengan diberlakukananya sistem boarding pas penumpang pada moda transportasi kereta api ini.
Dari semua perubahan pada sistem perkereta apian tersebut, yang aku banggakan adalah diberlakukannya sistem boarding pas. Dengan sistem tersebut aku benar-benar nyaman naik kereta api, tidak berdesak-desakan, tidak bising keramaian penumpang dan pedagang serta pelayanan nyaman selama perjalanan pun sangat aku rasakan.
Kesempatan merasakan naik kereta api dengan sistem baru tersebut aku dapatkan tepat setahun setelah aku menikah. Waktu itu aku akan pulang ke Purworejo dan mode transportasi satu-satunya adalah bus jurusan Semarang-Purwokerto via Gombong. Namun, sudah menjadi rahasia umum kalau moda trasnportasi tersebut selalu penuh dan berdesakan.
Akhirnya, istriku browsing masuk laman PT. KAI, waktu itu istri dapat info dari temannya katanya ada kereta api jurusan Semarang Purwokerto. Ternyata setelah istriku masuk web PT.KAI tersebut, informasinya ternyata benar, ada kereta api jurusan Semarang-Purwokerto yang bernama KA. Kamandaka.
Ya, kereta api Kamandaka. Sesuai jadwal yang tertera dalam jadwal keberangkatan di web PT.KAI, Kereta Kamandaka berangkat dari semarang ke Purwokerto sebanyak tiga gelombang, ada yang jam 05.00 pagi, 11.00 dan jam 17.00 sore. Kamipun memutuskan untuk berangkat dengan kereta Kamandaka yang jam 05.00 pagi.
Kamipun berangkat dari Stasiun Poncol Semarang dengan menggunakan kereta Kamandaka jam 05.00 pagi, mudahnya pelayanan mulai dari pemesanan tiket secara online sehingga meminimalkan peluang calo tiket berkeliaran adalah kesan pertama yang sangat membuat kami bahagia.
Ruang stasiun yang nyaman dan bersih membuat kami senang menunggu kereta datang, terlebih saat itu semua penumpang diperdengarkan lagu gambang semarang. Tenang, nyaman dan damai, itulah yang kami rasakan dari pelayanan PT. KAI di stasiun kereta.
Akhirnya, kereta yang kami tunggupun datang, satu persatu penumpang naik kereta dan mencari tempat duduk sesuai dengan yang tertera dalam tiket kereta masing-masing. Kesan pertama saat memasuki gerbong kereta adalah wow sungguh luar biasa!
Berbeda sekali dengan waktu aku pertama kali naik kereta saat SD dulu, gerbong yang bersih, penumpang yang duduk satu satu sesui dengan nomornya, tidak adanya pedagang asongan adalah hal yang berbeda dengan yang aku rasakan dulu.
Selama perjalanan petugas pramugari kereta yang ramah dan Polsuska yang mengawal kereta menjadikan perjalan dari Semarang Purwokerto semakin menyenangkan. ditambah lagi keindahan alam pedesaan selama perjalanan, juga membuat pikiran menjadi lebih fresh dan segar kembali.
Akhirnya kamipun sampai di Stasiun Purwokerto. Di sini kami mencari tiket terusan untuk menuju Stasiun Kutoarjo, dan kamipun dapat tiket dengan menggunakan kereta api ekonomi Joglokerto jurusan Jogjakarta. Tidak berapa lama, kereta api Joglokerto datang.
Kesan pertama saat memasuki gerbong kereta sama bagusnya, yaitu tidak berdesakan dan bersih serta cukup nyaman dengan AC nya. Kamipun menikmati perjalanan menuju Stasiun Kutoarjo dengan senang dan nyaman. Akhirnya sampai juga aku di Stasiun Besar Kutoarjo, stasiun legendaris dengan kenangan manis yang seolah membuka memori indah masa kecil tanah kelahiran.
Dari Stasiun, kamipun langsung menuju rumah masa kecil. Kecu atau tukang Becak di depan Stasiun Kutoarjo meawarkan kami untuk naik becak mereka. Tanpa pikir panjang, akhirnya kami naik becak menuju rumah. Selama perjalanan naik becak, diiringi tiupan semilir angin pedesaan dan bunyi roda becak yang bernyanyi, aku memimpikan mungkinkah di masa mendatang kereta api bisa lebih optimal lagi melayani penumpang setianya?
Kulihat istriku duduk di sampingku dengan nyaman, maklum istriku asli kelahiran Semarang, jadi kubiarkan dia menikmati indahnya suasana pedesaan. Akupun melanjutkan impianku selama naik kereta, aku memimpikan agar pelayanan yang diberikan PT.KAI semakin memuaskan penumpang.
Diantara impian tersebut yang pertama adalah adanya kereta api ramah difable. Aku memimpikan agar PT. Kereta Api Indonesia menyediakan gerbong khusus difable pada semua moda kereta api, baik pada kereta api jarak dekat atau kereta api jarak jauh. Baik kereta api ekonomi, kereta api bisnis, maupun kereta api eksekutif. Tentu jika impian tersebut terwujud, saudara-saudara kita yang difable pasti akan senang dan nyaman saat naik kereta.
Untuk itu, sebaiknya di masa mendatang, PT.KAI juga menyediakan petugas kesehatan yang selalu siap siaga utamanya untuk mendampingi penumpang umum dan penumpang difable agar semakin nyaman naik kereta api kebanggaan negeri.
Impian yang kedua adalah adanya kereta ramah anak. Artinya kereta tersebut benar-benar kereta yang ramah anak-anak. Kereta yang menyediakan gerbong khusus untuk penumpang yang membawa penumpang anak-anak atau infal. Gerbong tersebut bisa dilengkapi dengan fasilitas bermain yang aman bagi anak saat kereta berhenti maupun berjalan. Sehingga dengan adanya kereta ramah anak dengan falisitas ramah anak, anak-anak bisa menikmati perjalanan kereta dengan menyenangkan
Impian selanjutnya adalah adanya tiket terusan yang bisa dibeli di stasiun pertama keberangkatan. Misalnya, dari Stasiun Semarang akan ke Stasiun Kutoarjo via Purwokerto, impianku adalah tiket langsung bisa dibeli dan dicetak di stasiun awal. Sehingga saat akan naik kereta yang dari Purwokerto ke Kutoarjo tidak antri lagi.
Dengan sistem tersebut, bonus kemudahan lainnya saat menunggu kereta selanjutnya datang  adalah penumpang bisa leluasa menikmati pelayanan lain di stasiun, misalnya menikmati membaca di ruang tunggu atau ruang baca, menikmati aneka kuliner khas di stasiun tersebut, dan lain sebagainya.
Kemudian impian lainnya dari pelayanan PT.KAI yaitu, adanya ruang khusus di stasiun yang digunakan sebagai tempat membaca atau adanya sudut baca yang menyediakan buku-buku berkualitas mulai dari buku anak-anak, berupa buku dongeng, cerpen, dll serta buku untuk orang tua dan profesional yang berisikan pengembangan diri, dll.
Intinya, di setiap stasiun terdapat ruang baca yang berisikan banyak buku. Bahkan impian dan harapanku, tidak hanya di stasiun, tetapi di kereta api disediakan buku bacaan di tiap-tiap kursi penumpang atau mungkin justru diadakan gerbong baca dalam rangkaian kereta tersebut.
Jika impian adanya sudut baca di stasiun dan gerbong baca tersebut terealisasi, tentu hal itu akan menjadi prestasi membanggakan bagi PT. KAI. Bagaimana tidak? Dengan adanya ruang baca baik di stasiun ataupun di kereta, secara langsung otomatis PT. KAI juga mendukung gerakan literasi yang merupakan salah satu upaya untuk mendukung progam PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) bagi warga negara Indonesia ini.
Selain itu, PT. KAI juga secara langsung ikut mendorong minat baca masyarakat Indonesia yang menurut riset masih rendah jika dibandingkan negara tetangga. Dan, dengan adanya ruang baca di kereta api ataupun di stasiun, PT.KAI juga ikut andil dalam pembentukan karakter positif generasi bangsa via budaya membaca di kereta untuk Indonesia yang lebih berkarakter.
Dan untuk tindak lanjutnya, PT. KAI bisa membudayakan Gerakan Literasi Kereta (GeLiTa) sebagai salah satu upaya pencegahan oleh PT. KAI terhadap upaya pemerosostan moral generasi muda via literasi kereta. Lalu, bentuk kegiatan literasi kereta tersebut bagaimana? Bentuk kegiatannya bisa berupa membaca buku di kereta api, dan stasiun, menulis catatan perjalanan oleh penumpang dan kemudian dibukukan. Bisa dibayangkan, berapa jumlah buku yang tercetak jika sebagian besar penumpang menulis catatan perjalan mereka selama menggunakan kereta.
Selain bisa menjadi referensi bacaan, buku karya penumpang tersebut bida dijadikan bahan bacaan yang bisa menambah daya tarik konsumen untuk naik kereta api. Artinya dengan banyaknya peredaran buku, kereta api akan semakin marketable dan makin jadi moda transportasi pilihan masyarakat.
Tiba-tiba aku teringat lagu yang diajarkan guruku saat masih TK, “Naik kereta api-tut-tut-tut ... siapa hendak turut ... ke Bandung Surabaya, Bolehlah naik dengan percuma ... ayo kawanku cepat naik ... keretaku tak berhenti lama ...
Sambil tersenyum aku mengenang lagu tersebut dan tak terasa aku sudah tiba di rumah masa kecilku, indah, penuh kenangan dan selalu memancarkan aura rasa kangen dan kasih sayang antar aku dan orang tuaku, adik-adikku dan semua saudaraku.

Terimakasih kereta apiku

Kereta Api Kita







On 10.07 by Nur Rakhmat in    No comments
Guru Zaman Now .... Guru CeRIA ...


alhamdulillah dimuat di Harian Tribun Jateng.

Selasa, 31 Oktober 2017 ...

Semoga berkenan dan bisa memicu semangat kita untuk lebih baik ... amin ..


Menjadi Guru Zaman Now
Oleh : Nur Rakhmat
Kids zaman now! Itulah istilah yang sedang menjadi viral di dunia maya saat ini. Kids zaman now adalah sebutan untuk generasi muda dengan segala tingkah lakunya yang menjadi sorotan karena cenderung mengarah pada kegiatan negatif di lingkungan mereka.
Adanya anak yang membantah nasihat orang tua ataupun guru, penurunan karakter positif siswa adalah diantara beberapa contoh sikap kids zaman now yang perlu segera diperbaiki dan dibina sehingga menjadi kids zaman now yang berkarakter dan bisa menjadi generasi penerus bangsa handal di masa mendatang.
Tentu untuk menjadi generasi yang handal di masa mendatang, kids zaman now ( baca : siswa zaman now) haruslah mampu mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada dirinya masing-masing. Sebagaimana dikatakan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur pendidikan tertentu.
Sehingga, agar siswa bisa menjadi siswa zaman now yang ideal dan mampu mengembangkan potensi serta bakatnya masing-masing, maka siswa tersebut haruslah dididik oleh guru profesional dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Namun untuk mendidik generasi zaman now, menjadi siswa berkarakter, empat kompetensi dasar tersebut belumlah cukup, guru harus mampu menjadi guru zaman now yang bisa menjadi sumber inspirasi dan model positif bagi siswa zaman now. Lalu bagaimanakah sosok guru tersebut?
Guru CeRIA
            Ya, guru CeRIA! Akronim dari cerdas, religius, inovatif, dan amanah. hemat kami sesuai untuk menginspirasi siswa dan menjadi model positif panutan siswa. Lalu bagaimanakah guru CeRIA tersebut?
            CeRIA yang pertama adalah cerdas. Artinya, jika ingin menjadi guru yang mampu mendidik siswa zaman now yang handal dan mampu menjadi generasi hebat, guru haruslah cerdas, utamanya dalam tupoksi yang diperankannya sebagai guru. Diantaranya guru harus menguasai dan mampu menerapkan kompetensi yang dimilikinya untuk kebaikan siswa.
Selain itu, guru hendaknya juga bisa cerdas dalam menyikapi segala bentuk tingkah laku siswa zaman now saat ini. Oleh karena itu, guru hendaknya tidak hanya cerdas dalam intelektual saja. Tetapi guru hendaknya juga cerdas dalam interpersonal, intrapersonal, emosioal, language dan lain sebagainya.
            Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa kecerdasan tiap siswa bermacam-macam, atau disebut dengan kecerdasan majemuk dengan tokohnya Dr. Howard Gardner, yang meliputi kecerdasan linguistik, matematic-logic, visual-spasial, musikal, kinestetic, intrpersonal, interpersonal, dan naturalis. (Munif Chatib, 2013:56).
            CeRIA yang kedua untuk guru zaman now yaitu, bersikap religius. Artinya guru hendaknya beragama dan bisa mengamalkan ajaran agamanya untuk kebaikan. Mengapa sikap religius sangat penting dan mutlak dimiliki guru zaman now? Ingat, guru zaman now berada di zaman yang serba modern. Zaman dimana semua informasi baik positif dan negatif bisa diakses dengan cepat oleh semua orang, termasuk oleh siswa.
            Sehingga dengan sikap religius yang dimilikinya, diharapkan guru tersebut mampu membendung dan mencegah semua konten dan informasi negatif yang menyerang siswa sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga siswa bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangan yang semestinya dilaluinya.
            Selain itu, dengan sikap religius yang dimiliki guru, siswa juga bisa terinspirasi oleh guru tersebut untuk bersikap religius juga. Sehingga jika siswa terinspirasi dan mengaplikasikan sikap religius tersebut dalam keseharian, adanya kemerosotan moral siswa, siswa yang terkena dampak narkoba, kecanduan miras, dan segala bentuk karakter negatif lain yang menyerang siswa bisa hilang karena sikap religius siswa sudah matang.
            Bentuk CeRIA selanjutnya adalah inovatif. Guru zaman now hendaklah inovatif atau mampu menghasilkan suatu karya sebagai bentuk profesionalismenya sebagai guru. Bentuk inovasi tersebut bisa dilakukan oleh guru, membimbing siswa dan berkolaborasi dengan siswa.
            Misalnya untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang dianggap sulit, guru bisa membuat media pembelajaran yang mudah, aplikatif dan bisa digunakan memudahkan siswa untuk memahami materi yang dianggap sulit tersebut. Guru juga bisa berkolaborasi dengan siswa untuk melakukan inovasi dalam bidang penelitian, sehingga guru bisa memotivasi dan menginspirasi siswa untuk selalu berinovasi dan berkarya untuk kemajuan bidang pendidikan yang dibidanginya.
            Bentuk CeRIA yang terkahir adalah amanah. Mengapa sikap amanah? Setelah guru mempunyai karakter cerdas, religius, inovatif, guru juga hendaknya memiliki sikap amanah. Sikap ini sebagai bungkus dari semua sikap yang dimiliki guru. Yaitu, guru cerdas yang amanah, inovatif yang amanah, dan religus yang amanah, dan sikap lainnya.
            Sehingga dengan guru memiliki sikap amanah atau dapat dipercaya, dalam segala tingkah lakunya, guru tersebut mempunyai tanggungjawab tinggi untuk mendidik generasi siswa zaman now menjadi generasi yang berkarakter positif. Dan bisa benkontribusi nyata demi kemajuan bangsa.
            Akan tetapi, untuk menjadi guru zaman now yang profesional dan berkarakter CeRIA, diperlukan komitmen dan dedikasi serta sikap integritas setiap guru untuk mendidik generasi siswa zaman now menjadi generasi yang bermoral dan berkarakter positif tersebut.
            Sehingga harapannya di zaman modern ini, guru bukan hanya menjadi guru zaman now yang sukanya berfoto selfie dan dan wifie saja, tetapi guru zaman now yang bisa menginspirasi siswa dan berkontribusi nyata dalam pembangunan nasional, utamanya pembangunan sumber daya manusia, khususnya via bidang pendidikan. Amin ...

            Guru zaman now? Mengapa tidak?


Nur Rakhmat, S.Pd.

Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.

Senin, 30 Oktober 2017

On 02.33 by Nur Rakhmat in    No comments
Sebuah renungan tentang korupsi dalam bentuk pidato sederhana...
Monggo ...

Korupsi Menyengsarakan Anak Cucu

Assalamualaikum warakhmatullahi wabarakatuh ...
Salam sejahtera untuk kita semua ...

Yang terhormat bapak ibu dewan juri, serta sahabat sahabat tercinta yang selalu sukses dalam karya
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala kasih sayangNYA  kita masih diberi kekuatan, masih diberi nikmat, sehingga kita masih dipertemukan dalam rangka seleksi lomba FLS2N ini.
Indonesia adalah negara yang beradab, Indonesia juga negara yang kaya akan nilai-nilai moral dan nilai-nilai yang mencerminkan sikap santun serta ramah penduduknya.
Namun sangat disayangkan, banyak oknum yang mencoreng beradabnya karakter bangsa dengan melakukan perbuatan tercela yaitu, korupsi. Ya, korupsi saat ini marak menjangkiti semua elemen masyarakat. Korupsi ibarat permen manis namun lama-lama mengikis gigi dari bagus menjadi “gripis”.
Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita semua memberantas korupsi. Sudah menjadi tugas kita juga untuk membantu KPK dalam pemberantasan korupsi di negeri tercinta ini. Jangan sampai anak cucu kita sengsara karena diakibatkan korupsi yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Sebagai siswa generasi penerus bangsa, kita bisa melakukan tindakan pencegahan korupsi sejak dini, mulai saat ini juga, dan mulai dari hal-hal kecil di lingkungan kita. Dengan apa? Yang utama, mari kita  biasakan jujur dalam hal apapun, misalnya saat jajan di kantin jangan sampai kita cari untung alias mbathi dengan mengambil barang yang tidak sesuai dengan jumlah yang kita beli.
Tindakan lain misalnya jangan kita berbohong, baik pada orang tua maupun guru bahkan kepada teman. Karena dengan kita tidak jujur, kita sebenarnya sudah melakukan korupsi. Dan dengan korupsi, berarti kita sudah merusak moral diri kita sendiri.
Mahatma Gandhi seorang tokoh terkenal dunia yang berasal dari India pernah berkata, kejujuran adalah inti dari moralitas. Maka dari itu, mari sebagai generasi penerus bangsa, kita biasakan untuk selalu jujur dalam segala hal. Dengan tujuan, agar benih-benih korupsi bisa kita atasi sejak dini.
Akhirnya, sekian dari kami semoga uraian singkat tadi bisa menggugah semangat kita untuk selalu benar, baik dalam sikap aupun tindakan. Sehingga bangsa kita bisa bebas dari korupsi dan mampu menginspirasi generasi menjadi generasi yang cerdas dan bermoral. Tentu, demi Indonesia yang lebih bermartabat.

Stop Korupsi, Mari Menginspirasi!!!

Wassalamualaikum.wr.wb.

#SuatuLomba

Rabu, 25 Oktober 2017

On 07.20 by Nur Rakhmat in    No comments

Buku Baru : Desiran Kalbu



BUKU BARU!

Judul : Desiran Kalbu
Penulis : Nur Rakhmat
Kategori : Kumpulan Puisi

Tebal : v + 45 hlmn. 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-6582-61-4
Harga : Rp 22.000,- (belum termasuk ongkir)
--------------------------------------
Blurb :
Desiran Kalbu… sebuah kumpulan puisi berisi detak kalbu penulis tentang makna kehidupan dalam berbagai sudut pandang.
Desiran Kalbu… ibarat angin yang membimbing udara dalam arah sama dengan langkah sempurna, ibarat bumi yang tiada bergeming walau berat beban, walau berat terpaan, selalu tabah dan kuat tiada pernah terlambat.
Desiran Kalbu… sebuah untaian sajak yang bergolak dari jiwa-jiwa, terlepas dan tertambat dalam sanubari penulis, sebagai ungkapan syukur akan makna kehidupan yang bebas dan luas serta tiada pernah menebas jiwa tenang dalam bingkai hidup kesempurnaan dan kebermaknaan.
----------------------------------------
Cetakan pertama, Agustus 2017

Diterbitkan oleh:
Penerbit Hanami
Jalan Seroja, Karangayu RT 03 RW 03, Cepiring, Kendal
Jawa Tengah 51352
Tlp. 08989051690
Email: penerbit.hanami@gmail.com
----------------------------------------
Format Pemesanan:
Nama_Alamat Lengkap dan Kode Pos_Judul Buku_Jumlah Buku_No HP
Kirim SMS/WA/LINE 08989051690 (Penerbit Hanami) atau WA 081542557038 (penulis)

 — bersama Nur Rakhmat.

Selasa, 24 Oktober 2017

On 19.00 by Nur Rakhmat in    No comments
Renungan yang masih butuh untuk lebih direnungkan ...

Tiba Saat Penguatan Pendidikan Karakter
Oleh : Nur Rakhmat
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter telah dikeluarkan. Hal tersebut secara otomatis menghentikan polemik Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 tentang hari sekolah. Bahkan sekolah diberi kebebasan untuk memilih lima hari sekolah atau enam hari sekolah.(Suara Merdeka, 08/09/2017).
Namun, apakah dengan terbitnya perpres tersebut penguatan pendidikan karakter bisa segera diterapkan? Dan apakah dengan perpres tersebut makna Pendidikan karakter tidak semakin terkotak – kotak?
Sistem menyeluruh
            Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 Perpres No. 87 tahun 2017 adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakaat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
            Jika kita melihat pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter melibatkan semua elemen masyarakat. Penguatan pendidikan karakter memerlukan kerja sama yang baik antar elemen, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
            Pertama, dalam perencanaan, orang tua maupun masyarakat bisa membantu satuan pendidikan untuk merencanakan hal apa saja yang akan dilaksanakan dalam penguatan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Orang tua dan masyarakat juga bisa mengidentifikasi hal apa saja yang dapat mereduksi nilai karakter peserta didik sebelum progam PPK dilaksanakan.
            Hemat kami, hal tersebut penting, selain agar progam bisa dijalankan dengan baik, adanya identifikasi masalah terhadap semua hal yang mengancam eksisnya penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bisa menambah efektifitas penerapan penguatan pendidikan karakter ini.
            Mengapa demikian? dengan sudah adanya identifikasi masalah, guru sebagai pelaksana utama akan lebih mudah menyiapkan tindakan preventif untuk mencegah adanya merosotnya nilai karakter di sekolah tersebut. Sehingga saat dalam tahapan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), guru dan semua pihak di dalamnya mampu menjalankan penguatan pendidikan karakter dengan efektif dan efisien.
            Kemudian yang kedua, saat pelaksanaan, keterlibatan atau kerja sama elemen orang tua dan masyarakat bisa berupa contoh konkret nilai keteladanan, karena hal ini sangat penting kedudukannya guna mencapai karakter ideal peserta didik.
Mengapa penting? Hal ini dikarenakan penguatan pendidikan karakter positif tidak akan berhasil jika tidak ada figur atau model yang mampu memberikan keteladanan di dalamnya. Dan proses pendidikan pastilah membutuhkan uswatun khasanah atau teladan yang baik dari semua pihak, utamanya guru, orang tua, dan masyarakat.  
Percuma banyak progam atau wacana, jika nilai keteladanan dinafikan. Oleh karena itu, praktik yang baik, tindakan riil atau aksi nyata dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter terhadap peserta didik ini.
Misalnya dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah, tentu hal tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada nilai keteladanan dari warga sekolah, utamanya kepala sekolah, pengawas, guru, dll. Konkretnya adalah jika peserta didik diperintahkan untuk datang tidak terlambat. Kepala sekolah, guru dan warga sekolah yang lain juga tidak boleh datang terlambat.
Selain di sekolah, teladan yang baik juga sangat diperlukan di lingkungan rumah. Misalnya orang tua memerintahkan anaknya untuk tidak melihat TV saat jam belajar. Orang tua juga jangan melihat TV saat jam belajar anak.
            Dan selain di sekolah dan lingkungan rumah, sikap keteladanan yang baik juga muncul dari elemen masyarakat. Sikap keteladanan tersebut bisa berupa saat berlalu lintas masyarakat mematuhi aturan dengan memakai helm, tidak menerobos lampu merah dan lainnya. Selain itu, keteladanan yang baik atau praktik yang baik dari masyarakat juga bisa ditunjukkan saat antri di loket atau mematuhi tata tertib lainnya. Sehingga jika teladan yang baik tersebut dilakukan, peserta didik bisa meniru dan belajar juga untuk mematuhi tata tertib, belajar antri dan belajar karakter positif lainnya.
Keteladanan selanjutnya yang dibutuhkan guna memperkuat pendidikan karakter peserta didik adalah keteladanan dari pemerintah. Dalam hal apa? Yang paling utama adalah keteladanan untuk konsisten menjalankan aturan yang berlaku. Jangan sampai masyarakat menjadi apatis terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah, karena gonta ganti kebijakan. Tentu jika hal itu terjadi, pendidikan karakter hanya sebatas wacana tanpa aksi nyata, penguatan pendidikan karakter hanya sebatas asa yang tiada pernah terasa hasil dan dampaknya.
Tentu hal tersebut tidak ingin terjadi bukan? Maka ketika Menteri Pendidikan mengeluarkan pernyataan tentang PR jangan berupa matematika atau mata pelajaran lain, karena itu cukup diselesaikan di sekolah, bukan di rumah dan guru bisa memberikan PR yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter prioritas dalam PPK (Suara Merdeka, 09/09/2017), hal tersebut justru dapat memicu perdebatan kembali, bagaimana penguatan pendidikan karakter yang baik terhadap peserta didik.
Mengapa demikian? Karena dengan pernyataan tersebut, secara tidak langsung bisa menyebabkan kegaduhan baru di kalangan guru dalam menanamkan dan menguatkan karakter peserta didik di sekolah. Misalnya, guru menugaskan siswa berupa pekerjaan rumah untuk melakukan proyek bersama orang tua dengan menghitung jumlah perabot rumah tangga. Apakah dengan kata-kata menghitung perabot yang sangat berkaitan erat dengan matematika itu tidak boleh? Padahal dengan menghitung perabot bersama orang tua hal tersebut juga termasuk salah satu bentuk dari penanaman pendidikan karakter prioritas yang berupa integritas, peduli dan gorong royong.
            Maka dari itu, kerjasama dan komunikasi yang baik antar elemen sangat diperlukan dalam penanaman pendidikan karekter ini. Selain sebagai upaya untuk menyamakan visi dan misi demi cerdasnya kehidupan bangsa, komunikasi yang baik antar elemen juga bisa dijadikan sebagai teladan yang baik bagi peserta didik dalam menerapkan pendidikan karakter di lingkungannya masing-masing.
Oleh karena itu, mari kita dukung progam PPK tersebut dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab. Kita tinggalkan pro dan kontra yang mengiringi Penguatan Pendidikan Karakter. Kita songsong masa depan yang lebih baik. Dan kita pererat gotong royong bersama dalam menguatkan kaakter unggul peserta didik.
Dengan harapan adanya sistem menyeluruh dalam bentuk kerjasama dan gotong royong semua pihak, baik sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam menerapakan dan menguatkan pendidikan karakter kepada peserta didik, karakter positif peserta didik diharapkan akan meningkat dan akan mampu menjadi generasi yang bermoral, berkahlak baik dan berkarakter unggul. Demi Indonesia yang lebih bermartabat.

Sudah tibakah saat penguatan pendidikan karakter?

Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang 

Minggu, 22 Oktober 2017

On 20.47 by Nur Rakhmat in    No comments
Bacaan Asmaul Khusna dan Pendidikan Karakter Siswa
Oleh : Nur Rakhmat
Dewasa ini berbagai bentuk kenakalan yang didominasi anak muda semakin meningkat, termasuk siswa di dalamnya. Adanya siswa yang terpapar narkoba, pergaulan bebas, dan tawuran pelajar yang biasanya dilakukan anak usia sekolah menengah sudah terjadi pada siswa Sekolah Dasar.
Sekolah sebagai kawah candradimuka pembentukan karakter siswa berkewajiban membentuk siswa memiliki karakter positif dan berbudi pekerti luhur sudah seharusnya melakukan berbagai usaha yang dapat menjadi penangkal siswa dari pengaruh negatif perkembangan zaman.
Dan sebagai lembaga pendidikan yang mendidik siswanya menjadi generasi unggul, sekolah harus mencoba berbagai kiat dan trik yang mampu mencetak generasi penerus bangsa menjadi generasi yang berkarakter dan bermoral baik.
Pembiasaan Membaca Asmaul Khusna
Diantara kiat yang bisa dilakukan untuk membentuk siswa menjadi generasi unggul, cerdas, dan berkarakter adalah dengan membaca asmaul khusna atau pembacaan nama-nama Allah SWT yang berjumlah 99 asma tersebut disertai dengan doa di dalamnya.
Lalu bagaimana teknis pelaksanaannya? Hemat kami, teknis pertama adalah membiasakan bacaan asmaul khusna dilakukan pagi hari saat siswa belum memulai kegiatan belajar bersama guru. Untuk waktunya, bisa dimulai pukul 06.30 atau tiga puluh menit sebelum bel masuk dimulai.
Mengapa dilakukan sebelum pembelajaran dimulai? Ini disebabkan karena, selain mempertimbangkan agar tidak mengganggu jam pelajaran efektif, juga dimaksudkan untuk melatih kedisiplinan semua warga sekolah, baik siswa, guru, kepala sekolah, maupun penjaga sekolah.
Disiplin dalam bentuk apa? Mari kita tengok, dengan pembiasaan pukul 06.30, mau tidak mau siswa harus berangkat tidak terlambat, minimal pukul 60.30 sampai sekolah. Dan otomatis dengan siswa tidak terlambat, bapak ibu guru, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya juga tidak datang terlambat. Jelas di sini budaya disiplin dengan salah satu tandanya tidak terlambat sekolah sudah terbentuk dan harapannya konsisten serta menjadi budaya positif sekolah.
Kemudian, dengan pembiasaan bacaan asmaul khusna yang dilakukan sebelum jam pembelajaran efektif dimulai, selain bisa membudayakan disiplin juga bisa sebagai perwujudan siswa membudayakan gerakan literasi sekolah. Bagaimana bisa? Dengan dimulai pembacaan asmaul khusna pada pukul 06.30 dan harapan selesai pukul 06.50 lengkap dengan doanya. Tentu masih menyisakan waktu 10 menit. Dan waktu 10 menit tersebut bisa digunakan siswa untuk membaca buku nonteks dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebagai bentuk membudayakan Gerakan Literasi di Sekolah.
Selain itu, melakukan pembiasaan membaca asmaul khusna sebelum jam pelajaran efektif dimulai juga bisa membentuk siswa menjadi pribadi yang sehat dan tangguh, serta pribadi yang religius. Mengapa demikian? dengan membaca asmaul khusna sebelum belajar dimulai, secara otomatis siswa juga berdoa dan memohon kepada Allah agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan bisa mendapat segala karuniai Allah SWT.
Teknis yang kedua adalah pembacaan asmaul khusna dilakukan di luar kelas. Dengan membaca asmaul khusna di luar kelas, secara tidak langsung siswa sudah menyebarkan kebaikan kepada semua orang yang melihat dan mendengarkan lantunan asmaul khusna siswa. Selain itu, dengan membaca asmaul khusna di halaman sekolah, siswa juga sudah membiasakan dan meyebarkan gerakan revolusi mental yang digalakkan oleh pemerintah.
Dan yang lebih menggetarkan lagi, pembacaan asmaul khusna di halaman juga bisa membuat orang tua atau orang yang mengantar siswa ke sekolah ikut membaca asmaul khusna yang dilantunkan siswa. Hal ini tentu sangat diharapkan oleh kita semua bahwa siswa juga bisa menjadi agen perubahan positif di lingkungannya, baik lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarganya.
Teknis yang ketiga dalam pembiasaan pembacaan asmaul khusna adalah tugas memimpin asmaul khusna diserahkan kepada siswa. Jadi salah satu siswa ditunjuk untuk memimpin teman-temannya membaca asamul khusna, baik yang dilakukan di luar kelas ataupun di dalam kelas.
Dengan siswa memimpin bacaan asmaul khusna ini, tentu sangat berdampak positif sekali dalam kaitannya dengan penanaman karakter positif pada anak. Selain melatih keberanian siswa, langkah tersebut juga bisa menginspirasi siswa yang lain untuk berani memimpin membaca asmaul khusna di depan teman-temannya dan seluruh warga sekolah.
Selain itu, hal ini juga bisa menjadi kebanggan tersendiri baik bagi siswa maupun orang tua dan bapak ibu guru. Bagi siswa, tentu hal ini menambah keberanian siswa dalam mengikuti pembelajaran atau kegiatan lainnya. Bagi orang tua, mereka akan bangga bahwa anaknya juga bisa berprestasi dan membanggakan orang tuanya dengan menjadi pemimpin temannya yang lain.
Dan untuk guru, sikap berani melakukan hal positif adalah sesuatu yang sangat berharga sekali. Selain bisa menjadikan proses pembelajaran di kelas lebih hidup, dengan sikap berani melakukan hal positif bisa menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa juga merasa nyaman dalam belajar.
Dan masih banyak teknis lainnya yang bisa dilakukan sekolah guna membentuk karakter positif siswa dengan bacaan asmaul khusna ini. Namun yang paling utama adalah tujuan dari pembiasaan pembacaan asmaul khusna itu apa? Apakah hanya sekedar ceremonial saja? Atau hanya ingin menunjukkan kepada pimpinan bahwa sekolah kita adalah sekolah berkarakter?
Tentu bukan hal tersebut yang kita inginkan. Sebagai umat beragama dan sebagai insan pendidikan kita semua pasti menginginkan anak dan siswa generasi peenerus kita mempunyai akhlak yang baik, anak dan siswa generasi penerus kita mempunyai karakter yang unggul dan mumpuni serta bermoral.
Nah, dengan pembiasaan membaca asmaul khusna setiap hari di sekolah, tentu kita semua ingin agar siswa sebagai generasi penerus bangsa mempunyai sifat dan sikap yang berkarakter, mempunyai sikap dan sifat yang diteladankan dari nama-nama mulia Allah SWT.
Misalnya siswa diharapkan mampu mempunyai sifat dan sikap nama Allah Arrahman dan Arrahim, atau Allah yang maha pengasih dan penyayang. Siswa juga diharapkan mempunyai sifat dan sikap nama Allah SWT Assobru atau Allah yang maha sabar. Siswa juga diharapkan mempunyai sifat dan sikap nama Allah SWT Al’Adlu atau Allah yang maha adil, serta sifat mulia Allah lainnya.
Memang untuk mengawali pembiasaan pembacaan asmaul khusna tersebut tidaklah mudah, akan banyak dijumpai tantangan dan halangan yang beragam, baik dari siswa, guru, orang tua dan warga sekolah lainnya. Namun, jika kita sadar akan dampak positif yang ditimbulkan, seperti tumbuhnya sikap disiplin, berani, bermoral baik serta santun terwujud, tentu kita semua akan bangga dan kita semua pasti mendukung usaha positif yang dilakukan sekolah.
Diperlukan kesabaran, komitmen, dan keihklasan dari semua pihak agar siswa dan semua stake holder sekolah istiqomah dalam membudayakan membaca asmaul khusna setiap hari, dengan harapan agar siswa sebagai generasi penerus bangsa ini mampu menjawab tantangan zaman, mampu menjadi generasi yang cerdas, dan mampu membawa harum bangsa, menjadi bangsa yang bermartabat, bermoral dan berkarakter.Sehingga Indonesia yang cerdas dan bermoral bisa terwujud. Amin... semoga.

Ø  Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang


















Minggu, 15 Oktober 2017

On 09.26 by Nur Rakhmat in    No comments


 Kegiatan Tadarus Buku

Membaca itu asyik !!!



On 08.51 by Nur Rakhmat in    2 comments
Antara TaB dan DoA
Oleh : Nur Rakhmat
“Pak, bonekaku namanya Fely!” Teriak Felysha setelah berhasil memberi nama boneka kecil hasil kreasi dari praktik membuat boneka kaos kaki sebagai penilaian dari Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
Karena jumlah siswa di kelas kami ada 40 siswa, selain Felysha, tentu ada 39 siswa lainnya dengan 39 nama boneka kaos kaki berbeda-beda. Dan untuk mengapresiasi hasil karya siswa tersebut, 39 boneka kaos kaki tersebut sudah kami pajang di kelas, dengan tujuan siswa menjadi lebih merasa dihargai karyanya dan tentu saja agar siswa setiap hari bisa bersanding dengan bonekanya dan bisa lebih mengenal serta bergaul dengan boneka buatannya di waktu senggang mereka atau disela-sela waktu efektif belajar mereka.
Tujuan kami memajang boneka karya siswa tersebut bukan tanpa alasan. Sebagi sekolah yang sedang mengembangkan pendidikan karakter, kami tentu mempunyai keinginan agar pendidikan karakter bisa tersampaikan dengan baik, pendidikan karakter bisa diterima dengan baik oleh semua warga sekolah khususnya siswa dan pendidikan karakter bisa diimplementasikan menjadi kebiasaan positif dan membudaya di lingkungan SD kami, yaitu SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Setelah kurang lebih satu bulan sejak boneka dipajang, dalam hati kami berkata, “bagusnya boneka tersebut dibuat apa ya?” Apakah hanya menjadi pajangan kelas kemudian setelah itu disimpan di lab atau lemari karya siswa? Atau dibiarkan hanya menjadi pajangan dibiarkan kadaluarsa begitu saja?
“Dibuat dongeng!” Teriakku dalam hati. Mengapa dongeng atau tepatnya DoA (Dongeng Anak) yang mula-mula muncul dalam pikiran kami? Karena hemat kami dongeng adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk membentuk dan menumbuhkan karakter positif anak, apalagi siswa kami masih di tingkat Sekolah Dasar, tentu mereka sangat senang sekali dan sangat tertarik dengan dongeng, lebih-lebih jika dongeng tersebut mempunyai unsur kebaruan dan dibuat oleh temannya sendiri. Tentu hal tersebut menjadi nilai lebih tersendiri bagi yang membuat maupun yang menikmati dongeng tersebut.
Bahkan Evelyn Williams English dalam bukunya mengatakan bahwa dongeng bisa digunakan sebagai salah satu media untuk memvisualisasikan dan menghubungkan kecerdasan yang dimiliki siswa, utamanya kecerdasan linguistik dengan kecerdasan-kecerdasan siswa yang lainnya.(Evelyn Williams E, 2012:34).
Selain itu, alasan dongeng anak kami jadikan sebagai salah satu media untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah sebagai tindak lanjut dari kegiatan membaca yang sudah membudaya di sekolah kami. Tepatnya, sekolah kami sudah menerapkan kebijakan kepada semua warga sekolah agar membaca buku bisa fiksi maupun non fiksi di pagi hari selama 15 menit sebelum pembelajaran efektif dilakukan.
Selain sebagai upaya untuk membudayakan membaca pada siswa, kegiatan tersebut juga sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendidikan No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti sebagai salah satu upaya untuk menanamkan dan membudayakan pendidikan karakter positif di sekolah, yang salah satunya dengan kegiatan membaca.
Kegiatan membaca sebagai upaya pembentukan karakter tersebut kami lakukan setiap hari, kecuali Hari Senin karena ada upacara bendera dan Hari Jumat yang biasanya kami lakukan untuk kegiatan senam pagi sbersama semua warga sekolah.
Agar kegiatan membaca tersebut tidak membosankan dan bisa lebih membuat siswa semangat, kami menyebut kegiatan membaca tersebut dengan istilah Tadarus Buku (TaB). Ya, Tadarus Buku (TaB)! Sebuah kegiatan membaca siswa dengan mengadopsi dan memodifikasi dari kegiatan membaca alquran secara berjamaah yang biasanya dilakukan oleh umat islam, kegiatan tadarus buku ini juga dilakukan secara berjamaah oleh semua siswa di kelas masing-masing.
Teknisnya, saat bel tanda waktu membaca dimulai, semua siswa masuk kelas dan membaca buku yang telah disediakn oleh guru di pojok baca atau sudut baca siswa. kemudian siswa membaca buku yang dipilihnya dan setelah membaca mereka menulis buku apa yang sudah dibaca pada buku jurnal membaca siswa. Jurnal ini berguna bagi guru untuk mengetahui buku apa saja yang sudah dibaca siswa dan sejauh mana daya tangkap siswa terhadap buku yang telah mereka baca.
Perlu diketahui, dalam buku jurnal baca milik siswa tersebut terdapat rangkuman atau amanat yang didapat siswa dari membaca buku tersebut. Jadi siswa belum mempunyai kemampuan untuk lebih dari sekedar membaca. Artinya yang dihasilkan dari kegiatan membaca yang dilakukan siswa atau Tadarus Buku (TaB) ini hanya sekedar manfaat bagi dirinya, yaitu mengetahui isi buku. Belum tentu siswa menerapkan atau belum tentu siswa bisa menginspirasi orang lain dari kegiatan tadarus buku tersebut.
Oleh karena itu, perlu tindak lanjut yang harus dilakukan guru agar siswa lebih termotivasi dan tidak bosan untuk selalu membiasakan budaya baca di manapun mereka berada. Salah satu upaya kami yaitu kami ajak siswa suntuk membuat dongeng anak (DoA) seperti yang sudah sedikit kami uraikan di atas.
Pembuatan dongeng anak, Selain mengajak siswa untuk meningkatkan level kemampuan membaca menjadi kemampuan menulis. Membuat dongeng anak (DoA) juga bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa menjadi lebih tinggi lagi, yaitu kemampuan berbicara. Yang menurut sebagian besar guru dan para ahli sangat sulit penerapannya.
Dongeng Anak (DoA) Sekali lagi, bukan dongeng kancil nyolong timun, dongeng cinderela, atau putri tidur dari negeri seberang sana yang sudah sering didengarkan oleh anak. Tetapi dongeng yang dibuat adalah dongeng anak (DoA) yang dibuat sendiri oleh siswa, mengedepankan pendidikan karakter dan tentunya sesuai dengan perkembangan pola pikir siswa serta sesuai dengan daya imajinasi siswa terhadap boneka kaos kaki yang dibuatnya tersebut.
Oleh karena dongeng tersebut dibuat oleh siswa, maka semua isi dongeng, baik alurnya, tokohnya, wataknya, latarnya, amanatnya semua yang menentukan adalah siswa. Dan sebagai guru kelasnya, kami tentu tidak lepas tangan untuk selalu membimbing dan mengarahkan bila siswa kesulitan atau mengalami kebuntuan dalam menemukan ide atau gagasan tentang dongeng yang akan mereka buat.
Sesuai dengan yang termaktub dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 1 ketentuan 1 dikatakan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.
Oleh karena itu, berdasarkan tugas guru tersebut, kemudian kami mendorong siswa agar bisa menyelesaikan DoA (Dongeng Anak) sesuai yang mereka harapkan. Dan dongeng yang mereka buat bisa menjadi inspirasi bagi diri siswa pembuat dongeng dan siswa lainnya. Sesuai dengan semboyan yang selalu kami berikan ke siswa sebagi bentuk motivasi yaitu “Sukses Selalu”.
Mengapa motivasi penting? Sebagaimana menurut Mc.Donald dikatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului oleh tanggapan terhadap adanya tujuan.(Sardiman, 2011: 73).
Sehingga dengan adanya motivasi dari kami berupa penghargaan pemajangan karya siswa, dan kata-kata motivasi “Sukses Selalu” dalam setiap hasil capaian siswa dan karya siswa, siswa menjadi merasa lebih dihargai dalam membuat karya dan juga feeling siswa dalam membuat dongeng semakin lebih kuat.
Artinya, dengan motivasi yang tepat tersebut, harapannya siswa bisa menjadi generasi yang hebat, generasi yang bisa menjadi agen perubahan mulai dari lingkungan terdekat mereka, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan dalam keseharian mereka.
Kemudian agar DoA (Dongeng Anak) yang dibuat siswa tersebut tidak terbentur putusnya ide, ataupun tidak mengalami kebuntuan saat menjabarkan ide ceritanya, kami juga menunjukkan ke siswa karya dongeng karya orang lain yang ada di buku, yang dimuat di majalah ataupun yang dimuat di koran.
Hal ini sangat penting, selain bisa dijadikan motivasi bagi siswa, karya orang lain yang dimuat di surat kabar dan majalah juga bisa dijadikan rujukan bagi siswa untuk sama seperti dengan mereka, yaitu karyanya dimuat di surat kabar atau dibuat buku yang bisa dibaca oleh semua orang.
Sebagaimana di sekolah kami, khususnya di kelas enam A, hasil dongeng yang dibuat siswa tersebut kami bukukan menjadi satu buku menjadi buku kumpulan dongeng siswa kelas enam A yang disebut ‘Domi-Domi Nema” (Dongeng mini-Dongeng Mini Enam A).
Namun, dalam perkembangannya, pembuatan DoA (Dongeng Anak) tidak semudah atau secepat yang kita perkirakan. Tetap saja ada hambatan yang membuat kami selalu berusaha membulatkan tekad anak untuk membuat DoA (Dongeng Anak) tersebut. Diantara hambatan tersebut adalah gaya belajar siswa yang beda-beda, tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbahasa tulis yang baik, tidak semua siswa hobi membaca buku, siswa yang suka menunda-nunda karya, dan kemampuan siswa membuat cerita yang sangat bervariatif. Sekali lagi, di sinilah peran guru sangat penting agar dongeng anak tersebut bisa diselesaikan dengan baik.
Dan hemat kami, langkah tepat yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan semangat siswa untuk bertadarus buku (TaB) sehingga bisa menghasilkan karya yang bisa dinikmati orang lain.
Sehingga dari semua uraian di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa antara tadarus buku dengan dongeng anak ada saling keterkaitan yang positif. Ada hubungan simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan antara dua kegiatan tersebut. Dimana dengan membaca atau tadarus buku (TaB) siswa bisa mendapat ide baru untuk dibuat dongeng dan dengan membuat Dongeng Anak (DoA) siswa bisa lebih termotivasi untuk lebih semangat bertadarus buku (TaB) atau membaca buku.
Akan ada banyak manfaat yang didapat oleh siswa dari kegiatan tersebut. Diantaranya, yang pertama adalah siswa menjadi lebih banyak pengetahuan karena banyak membaca buku, siswa juga semakin berani dalam mengekspresikan diri lewat mendongeng, siswa juga semakin produktif berkarya dan lebih semangat untuk menghasilkan karya positif yang bisa menginspirasi diri dan orang lain.
Dan tentunya kegiatan membaca atau tadarus buku (TaB) yang berlanjut dengan adanya DoA (Dongeng Anak) bisa menjadi salah satu media untuk lebih membudayakan karakter positif anak sebagai generasi penerus bangsa. tentu, dengan harapan siswa sebagai generasi penerus bangsa bisa menjadi generasi yang cerdas, bermoral demi Indonesia yang lebih baik.