Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Selasa, 24 Oktober 2017

On 19.00 by Nur Rakhmat in    No comments
Renungan yang masih butuh untuk lebih direnungkan ...

Tiba Saat Penguatan Pendidikan Karakter
Oleh : Nur Rakhmat
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter telah dikeluarkan. Hal tersebut secara otomatis menghentikan polemik Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 tentang hari sekolah. Bahkan sekolah diberi kebebasan untuk memilih lima hari sekolah atau enam hari sekolah.(Suara Merdeka, 08/09/2017).
Namun, apakah dengan terbitnya perpres tersebut penguatan pendidikan karakter bisa segera diterapkan? Dan apakah dengan perpres tersebut makna Pendidikan karakter tidak semakin terkotak – kotak?
Sistem menyeluruh
            Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 Perpres No. 87 tahun 2017 adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakaat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
            Jika kita melihat pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter melibatkan semua elemen masyarakat. Penguatan pendidikan karakter memerlukan kerja sama yang baik antar elemen, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
            Pertama, dalam perencanaan, orang tua maupun masyarakat bisa membantu satuan pendidikan untuk merencanakan hal apa saja yang akan dilaksanakan dalam penguatan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Orang tua dan masyarakat juga bisa mengidentifikasi hal apa saja yang dapat mereduksi nilai karakter peserta didik sebelum progam PPK dilaksanakan.
            Hemat kami, hal tersebut penting, selain agar progam bisa dijalankan dengan baik, adanya identifikasi masalah terhadap semua hal yang mengancam eksisnya penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bisa menambah efektifitas penerapan penguatan pendidikan karakter ini.
            Mengapa demikian? dengan sudah adanya identifikasi masalah, guru sebagai pelaksana utama akan lebih mudah menyiapkan tindakan preventif untuk mencegah adanya merosotnya nilai karakter di sekolah tersebut. Sehingga saat dalam tahapan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), guru dan semua pihak di dalamnya mampu menjalankan penguatan pendidikan karakter dengan efektif dan efisien.
            Kemudian yang kedua, saat pelaksanaan, keterlibatan atau kerja sama elemen orang tua dan masyarakat bisa berupa contoh konkret nilai keteladanan, karena hal ini sangat penting kedudukannya guna mencapai karakter ideal peserta didik.
Mengapa penting? Hal ini dikarenakan penguatan pendidikan karakter positif tidak akan berhasil jika tidak ada figur atau model yang mampu memberikan keteladanan di dalamnya. Dan proses pendidikan pastilah membutuhkan uswatun khasanah atau teladan yang baik dari semua pihak, utamanya guru, orang tua, dan masyarakat.  
Percuma banyak progam atau wacana, jika nilai keteladanan dinafikan. Oleh karena itu, praktik yang baik, tindakan riil atau aksi nyata dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter terhadap peserta didik ini.
Misalnya dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah, tentu hal tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada nilai keteladanan dari warga sekolah, utamanya kepala sekolah, pengawas, guru, dll. Konkretnya adalah jika peserta didik diperintahkan untuk datang tidak terlambat. Kepala sekolah, guru dan warga sekolah yang lain juga tidak boleh datang terlambat.
Selain di sekolah, teladan yang baik juga sangat diperlukan di lingkungan rumah. Misalnya orang tua memerintahkan anaknya untuk tidak melihat TV saat jam belajar. Orang tua juga jangan melihat TV saat jam belajar anak.
            Dan selain di sekolah dan lingkungan rumah, sikap keteladanan yang baik juga muncul dari elemen masyarakat. Sikap keteladanan tersebut bisa berupa saat berlalu lintas masyarakat mematuhi aturan dengan memakai helm, tidak menerobos lampu merah dan lainnya. Selain itu, keteladanan yang baik atau praktik yang baik dari masyarakat juga bisa ditunjukkan saat antri di loket atau mematuhi tata tertib lainnya. Sehingga jika teladan yang baik tersebut dilakukan, peserta didik bisa meniru dan belajar juga untuk mematuhi tata tertib, belajar antri dan belajar karakter positif lainnya.
Keteladanan selanjutnya yang dibutuhkan guna memperkuat pendidikan karakter peserta didik adalah keteladanan dari pemerintah. Dalam hal apa? Yang paling utama adalah keteladanan untuk konsisten menjalankan aturan yang berlaku. Jangan sampai masyarakat menjadi apatis terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah, karena gonta ganti kebijakan. Tentu jika hal itu terjadi, pendidikan karakter hanya sebatas wacana tanpa aksi nyata, penguatan pendidikan karakter hanya sebatas asa yang tiada pernah terasa hasil dan dampaknya.
Tentu hal tersebut tidak ingin terjadi bukan? Maka ketika Menteri Pendidikan mengeluarkan pernyataan tentang PR jangan berupa matematika atau mata pelajaran lain, karena itu cukup diselesaikan di sekolah, bukan di rumah dan guru bisa memberikan PR yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter prioritas dalam PPK (Suara Merdeka, 09/09/2017), hal tersebut justru dapat memicu perdebatan kembali, bagaimana penguatan pendidikan karakter yang baik terhadap peserta didik.
Mengapa demikian? Karena dengan pernyataan tersebut, secara tidak langsung bisa menyebabkan kegaduhan baru di kalangan guru dalam menanamkan dan menguatkan karakter peserta didik di sekolah. Misalnya, guru menugaskan siswa berupa pekerjaan rumah untuk melakukan proyek bersama orang tua dengan menghitung jumlah perabot rumah tangga. Apakah dengan kata-kata menghitung perabot yang sangat berkaitan erat dengan matematika itu tidak boleh? Padahal dengan menghitung perabot bersama orang tua hal tersebut juga termasuk salah satu bentuk dari penanaman pendidikan karakter prioritas yang berupa integritas, peduli dan gorong royong.
            Maka dari itu, kerjasama dan komunikasi yang baik antar elemen sangat diperlukan dalam penanaman pendidikan karekter ini. Selain sebagai upaya untuk menyamakan visi dan misi demi cerdasnya kehidupan bangsa, komunikasi yang baik antar elemen juga bisa dijadikan sebagai teladan yang baik bagi peserta didik dalam menerapkan pendidikan karakter di lingkungannya masing-masing.
Oleh karena itu, mari kita dukung progam PPK tersebut dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab. Kita tinggalkan pro dan kontra yang mengiringi Penguatan Pendidikan Karakter. Kita songsong masa depan yang lebih baik. Dan kita pererat gotong royong bersama dalam menguatkan kaakter unggul peserta didik.
Dengan harapan adanya sistem menyeluruh dalam bentuk kerjasama dan gotong royong semua pihak, baik sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam menerapakan dan menguatkan pendidikan karakter kepada peserta didik, karakter positif peserta didik diharapkan akan meningkat dan akan mampu menjadi generasi yang bermoral, berkahlak baik dan berkarakter unggul. Demi Indonesia yang lebih bermartabat.

Sudah tibakah saat penguatan pendidikan karakter?

Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang 

0 komentar:

Posting Komentar