Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Selasa, 31 Oktober 2017

On 10.18 by Nur Rakhmat in    No comments
Sebuah karya memperingati HUT PT. KAI tahun 2017

Masih perlu renungan mendalam ...

Aku, Kereta Api dan Literasi

Oleh : Nur Rakhmat

Kerata api, itulah moda transportasi impian yang aku impikan sejak lama. Saat itu, saat masih duduk di bangku TK, kebetulan tempat tinggal nenek ada dekat rel kereta api di wilayah Prembun Kebumen. Semingu sekali, bapak menjemputku pulang ke rumah pasti selalu melewati terowongan kereta api di Desa Sarwogadung Kecamatan Mirit Kebumen.
Setiap mau melewati jalan di bawah rel kereta pasti bapak berhenti dan menunggu kereta lewat. Sejak itulah aku mengenal kereta api, hanya bisa melihat dan mendengar suaranya, dan belum pernah menaikinya.
Aku hanya bisa bermimpi kapan bisa naik kereta api. Lebih –lebih saat musim lebaran tiba, aku hanya bisa mendengar tante dan paman yang merantau ke Jakarta, bagaimana rasanya naik kereta api. Katanya, pernah mulai dari antre tiket yang berdesak-desakan, masuknya lewat jendela kereta, duduknya saling berhimpitan bahkan jika ada yang tidak kebagian tempat duduk ada yang duduk di lantai kereta, dan certia menarik lainnya.
Setelah sekian lama hanya bisa mendengar cerita tentang kereta api, akhirnya aku merasakan bagaimana rasanya naik kereta api. Momen spesial tersebut terjadi saat tante menikah dengan temannya yang berasal dari Jakarta, saat itulah aku benar-benar merasakan naik kereta api. Saat itu, aku berangkat dengan rombongan dari Stasiun Kutoarjo Jawa Tengah menuju Stasiun Jatinegara di Jakarta Timur dengan kereta api ekonomi.
Aku benar-benar menikmati perjalanan naik kereta tersebut, mulai dari banyaknya pedagang asongan di kereta api, tidur beralasakan koran di lantai kereta dan kejadian menarik lainnya. Dalam hati aku berkata, “jadi begini rasanya naik kereta api”, ternyata sama dengan apa yang diceritakan oleh tante dan paman saat pulang kampung lebaran.
Setelah sekian lama, tidak naik kereta, aku hanya mengikuti perkembangan kereta dari tahun ke tahun. Mulai dari perbaikan sarana prasarana kereta, pelarangan pedagang asongan di kereta api, penambahan jalur kereta dengan aktifasi rel ganda, regenerasi pegawai kereta api,  sampai dengan diberlakukananya sistem boarding pas penumpang pada moda transportasi kereta api ini.
Dari semua perubahan pada sistem perkereta apian tersebut, yang aku banggakan adalah diberlakukannya sistem boarding pas. Dengan sistem tersebut aku benar-benar nyaman naik kereta api, tidak berdesak-desakan, tidak bising keramaian penumpang dan pedagang serta pelayanan nyaman selama perjalanan pun sangat aku rasakan.
Kesempatan merasakan naik kereta api dengan sistem baru tersebut aku dapatkan tepat setahun setelah aku menikah. Waktu itu aku akan pulang ke Purworejo dan mode transportasi satu-satunya adalah bus jurusan Semarang-Purwokerto via Gombong. Namun, sudah menjadi rahasia umum kalau moda trasnportasi tersebut selalu penuh dan berdesakan.
Akhirnya, istriku browsing masuk laman PT. KAI, waktu itu istri dapat info dari temannya katanya ada kereta api jurusan Semarang Purwokerto. Ternyata setelah istriku masuk web PT.KAI tersebut, informasinya ternyata benar, ada kereta api jurusan Semarang-Purwokerto yang bernama KA. Kamandaka.
Ya, kereta api Kamandaka. Sesuai jadwal yang tertera dalam jadwal keberangkatan di web PT.KAI, Kereta Kamandaka berangkat dari semarang ke Purwokerto sebanyak tiga gelombang, ada yang jam 05.00 pagi, 11.00 dan jam 17.00 sore. Kamipun memutuskan untuk berangkat dengan kereta Kamandaka yang jam 05.00 pagi.
Kamipun berangkat dari Stasiun Poncol Semarang dengan menggunakan kereta Kamandaka jam 05.00 pagi, mudahnya pelayanan mulai dari pemesanan tiket secara online sehingga meminimalkan peluang calo tiket berkeliaran adalah kesan pertama yang sangat membuat kami bahagia.
Ruang stasiun yang nyaman dan bersih membuat kami senang menunggu kereta datang, terlebih saat itu semua penumpang diperdengarkan lagu gambang semarang. Tenang, nyaman dan damai, itulah yang kami rasakan dari pelayanan PT. KAI di stasiun kereta.
Akhirnya, kereta yang kami tunggupun datang, satu persatu penumpang naik kereta dan mencari tempat duduk sesuai dengan yang tertera dalam tiket kereta masing-masing. Kesan pertama saat memasuki gerbong kereta adalah wow sungguh luar biasa!
Berbeda sekali dengan waktu aku pertama kali naik kereta saat SD dulu, gerbong yang bersih, penumpang yang duduk satu satu sesui dengan nomornya, tidak adanya pedagang asongan adalah hal yang berbeda dengan yang aku rasakan dulu.
Selama perjalanan petugas pramugari kereta yang ramah dan Polsuska yang mengawal kereta menjadikan perjalan dari Semarang Purwokerto semakin menyenangkan. ditambah lagi keindahan alam pedesaan selama perjalanan, juga membuat pikiran menjadi lebih fresh dan segar kembali.
Akhirnya kamipun sampai di Stasiun Purwokerto. Di sini kami mencari tiket terusan untuk menuju Stasiun Kutoarjo, dan kamipun dapat tiket dengan menggunakan kereta api ekonomi Joglokerto jurusan Jogjakarta. Tidak berapa lama, kereta api Joglokerto datang.
Kesan pertama saat memasuki gerbong kereta sama bagusnya, yaitu tidak berdesakan dan bersih serta cukup nyaman dengan AC nya. Kamipun menikmati perjalanan menuju Stasiun Kutoarjo dengan senang dan nyaman. Akhirnya sampai juga aku di Stasiun Besar Kutoarjo, stasiun legendaris dengan kenangan manis yang seolah membuka memori indah masa kecil tanah kelahiran.
Dari Stasiun, kamipun langsung menuju rumah masa kecil. Kecu atau tukang Becak di depan Stasiun Kutoarjo meawarkan kami untuk naik becak mereka. Tanpa pikir panjang, akhirnya kami naik becak menuju rumah. Selama perjalanan naik becak, diiringi tiupan semilir angin pedesaan dan bunyi roda becak yang bernyanyi, aku memimpikan mungkinkah di masa mendatang kereta api bisa lebih optimal lagi melayani penumpang setianya?
Kulihat istriku duduk di sampingku dengan nyaman, maklum istriku asli kelahiran Semarang, jadi kubiarkan dia menikmati indahnya suasana pedesaan. Akupun melanjutkan impianku selama naik kereta, aku memimpikan agar pelayanan yang diberikan PT.KAI semakin memuaskan penumpang.
Diantara impian tersebut yang pertama adalah adanya kereta api ramah difable. Aku memimpikan agar PT. Kereta Api Indonesia menyediakan gerbong khusus difable pada semua moda kereta api, baik pada kereta api jarak dekat atau kereta api jarak jauh. Baik kereta api ekonomi, kereta api bisnis, maupun kereta api eksekutif. Tentu jika impian tersebut terwujud, saudara-saudara kita yang difable pasti akan senang dan nyaman saat naik kereta.
Untuk itu, sebaiknya di masa mendatang, PT.KAI juga menyediakan petugas kesehatan yang selalu siap siaga utamanya untuk mendampingi penumpang umum dan penumpang difable agar semakin nyaman naik kereta api kebanggaan negeri.
Impian yang kedua adalah adanya kereta ramah anak. Artinya kereta tersebut benar-benar kereta yang ramah anak-anak. Kereta yang menyediakan gerbong khusus untuk penumpang yang membawa penumpang anak-anak atau infal. Gerbong tersebut bisa dilengkapi dengan fasilitas bermain yang aman bagi anak saat kereta berhenti maupun berjalan. Sehingga dengan adanya kereta ramah anak dengan falisitas ramah anak, anak-anak bisa menikmati perjalanan kereta dengan menyenangkan
Impian selanjutnya adalah adanya tiket terusan yang bisa dibeli di stasiun pertama keberangkatan. Misalnya, dari Stasiun Semarang akan ke Stasiun Kutoarjo via Purwokerto, impianku adalah tiket langsung bisa dibeli dan dicetak di stasiun awal. Sehingga saat akan naik kereta yang dari Purwokerto ke Kutoarjo tidak antri lagi.
Dengan sistem tersebut, bonus kemudahan lainnya saat menunggu kereta selanjutnya datang  adalah penumpang bisa leluasa menikmati pelayanan lain di stasiun, misalnya menikmati membaca di ruang tunggu atau ruang baca, menikmati aneka kuliner khas di stasiun tersebut, dan lain sebagainya.
Kemudian impian lainnya dari pelayanan PT.KAI yaitu, adanya ruang khusus di stasiun yang digunakan sebagai tempat membaca atau adanya sudut baca yang menyediakan buku-buku berkualitas mulai dari buku anak-anak, berupa buku dongeng, cerpen, dll serta buku untuk orang tua dan profesional yang berisikan pengembangan diri, dll.
Intinya, di setiap stasiun terdapat ruang baca yang berisikan banyak buku. Bahkan impian dan harapanku, tidak hanya di stasiun, tetapi di kereta api disediakan buku bacaan di tiap-tiap kursi penumpang atau mungkin justru diadakan gerbong baca dalam rangkaian kereta tersebut.
Jika impian adanya sudut baca di stasiun dan gerbong baca tersebut terealisasi, tentu hal itu akan menjadi prestasi membanggakan bagi PT. KAI. Bagaimana tidak? Dengan adanya ruang baca baik di stasiun ataupun di kereta, secara langsung otomatis PT. KAI juga mendukung gerakan literasi yang merupakan salah satu upaya untuk mendukung progam PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) bagi warga negara Indonesia ini.
Selain itu, PT. KAI juga secara langsung ikut mendorong minat baca masyarakat Indonesia yang menurut riset masih rendah jika dibandingkan negara tetangga. Dan, dengan adanya ruang baca di kereta api ataupun di stasiun, PT.KAI juga ikut andil dalam pembentukan karakter positif generasi bangsa via budaya membaca di kereta untuk Indonesia yang lebih berkarakter.
Dan untuk tindak lanjutnya, PT. KAI bisa membudayakan Gerakan Literasi Kereta (GeLiTa) sebagai salah satu upaya pencegahan oleh PT. KAI terhadap upaya pemerosostan moral generasi muda via literasi kereta. Lalu, bentuk kegiatan literasi kereta tersebut bagaimana? Bentuk kegiatannya bisa berupa membaca buku di kereta api, dan stasiun, menulis catatan perjalanan oleh penumpang dan kemudian dibukukan. Bisa dibayangkan, berapa jumlah buku yang tercetak jika sebagian besar penumpang menulis catatan perjalan mereka selama menggunakan kereta.
Selain bisa menjadi referensi bacaan, buku karya penumpang tersebut bida dijadikan bahan bacaan yang bisa menambah daya tarik konsumen untuk naik kereta api. Artinya dengan banyaknya peredaran buku, kereta api akan semakin marketable dan makin jadi moda transportasi pilihan masyarakat.
Tiba-tiba aku teringat lagu yang diajarkan guruku saat masih TK, “Naik kereta api-tut-tut-tut ... siapa hendak turut ... ke Bandung Surabaya, Bolehlah naik dengan percuma ... ayo kawanku cepat naik ... keretaku tak berhenti lama ...
Sambil tersenyum aku mengenang lagu tersebut dan tak terasa aku sudah tiba di rumah masa kecilku, indah, penuh kenangan dan selalu memancarkan aura rasa kangen dan kasih sayang antar aku dan orang tuaku, adik-adikku dan semua saudaraku.

Terimakasih kereta apiku

Kereta Api Kita







0 komentar:

Posting Komentar