Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Minggu, 15 Oktober 2017

On 01.59 by Nur Rakhmat in    No comments
Sebuah renungan yang masih perlu penghayatan mendalam ...


Pancasila Sakti Via Literasi


Oleh : Nur Rakhmat

Masihkah Pancasila sakti? Pancasila atau lima dasar yang menjadi landasan idiil bangsa kita, sekarang sedang dituntut untuk eksis dan terus bertahan dari berbagai ancaman yang sangat berat. Baik ancaman yang berasal dari dalam negeri ataupun yang dari dalam negeri.
Bahkan ancaman tersebut saat ini mulai terlihat keberadaanya. Mulai dari sentimen dan gesekan antar suku, agama dan ras, tumbuhnya gerakan radikalisme ataupun ancaman yang sifatnya degradasi moral atau penurunan moral generasi bangsa yang saat ini mulai marak.
Misalnya peredaran narkoba, seks bebas, minum-minuman keras, dan video porno. Bahkan yang mencengangkan, segala bentuk degradasi moral tersebut saat ini sudah mulai menyasar anak-anak usia Sekolah Dasar baik di lingkungan perkotaan ataupun pedesaan.
Lalu bagaimana cara kita agar pancasila bisa tetap sakti?
Literasi
Ya, literasi adalah langkah tepat untuk menangkis segala ancaman yang mengancam eksistensi pancasila di era modern ini. Literasi menurut kamus online Merriam-Webster berasal dari istilah latin “Literature” dan Bahasa Inggris “letter” yang berarti kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang didalamnya ada kemampuan membaca dan menulis.(literasi.jabarprov.go.id,03:57,03/10/2017).
Oleh karena itu, berdasarkan makna tersebut, hemat kami literasi tepat digunakan untuk menjaga pancasila tetap sakti. Terlebih Negara kita sudah mempunyai Permendikbud No. 21 Tahun 2015 terkait dengan Penanaman Budi Perkerti yang salah satu kegiatannya adalah membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Tentu dengan payung hukum tersebut, penggunaan literasi sebagai salah bentuk usaha dalam penanaman budi pekerti sangat mendukung sekali untuk menjaga pancasila tetap sakti via literasi.
Dengan harapan, adanya gerakan literasi tersebut, generasi saat ini yang hidup di tengah arus kemudahan informasi bisa tetap menjaga fungsi pokok pancasila sebagai landaan idiil, sumber hukum, dan sebagai pedoman hidup dalam pergaulan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selain itu, dengan literasi, harapannya, generasi saat ini juga bisa memahami dan memaknai pancasila dengan baik, dan mampu menjaga pancasila tetap sakti sampai di masa mendatang. Sehingga pancasila di masa mendatang tidak hancur sebab ketidaktahuan dan kesalahan generasi saat ini dalam memaknai pancasila. (Suaran Merdeka, 02/10/2017)
Lalu bagaimana bentuk literasi yang bisa dilakukan generasi saat ini agar pancasila tetap sakti? Sebagaimana pengertian literasi yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis, gerakan literasi yang bisa dilakukan hemat kami yaitu membaca pancasila. Membaca di sini maksudnya tidak hanya membaca secara harfiah saja, tetapi membaca dengan tindak lanjut mengamalkan hasil yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang bisa dilakukan oleh generasi saat ini sebagai generasi penerus bangsa yang mayoritas masih duduk di bangku sekolah adalah diantaranya dengan membaca kembali makna pancasila sesuai yang tertera dalam butir-butir pancasila P4. Mengapa kegiatan tersebut sangat perlu dilakukan?
Butir-butir pancasila sebagai tafsiran pengamalan tiap sila dalam pancasila saat ini masih sangat relevan digunakan, mengingat kondisi bangsa saat ini utamanya moral generasinya semakin jauh dari jiwa pancasila.
Oleh karena itu, dengan generasi muda saat ini membaca tiap butir dalam pancasila, harapannya mereka tidak hanya mengenal pancasila sebagai lafal rutinitas formalitas yang dibacakan setiap upacara bendera saja. Tetapi mereka benar-benar bisa menafsirkan pancasila sebagai pondasi utama bangsa dan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila sesuai konteks kekinian.
 Misalnya untuk mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sila pertama dalam pancasila, generasi muda saat ini bisa membuat video saat umat beragama di negara kita sedang beribadah kemudian mempostingnya dalam blog atau youtube. Tidak sebatas itu, selanjutnya video tersebut dijadikan viral dan kemudian dijadikan sebagai iklan layanan masyarakat terkait dengan keberagaman agama di bangsa kita.
Sehingga dengan adanya tayangan tersebut, masyarakat menjadi sadar akan beragamnya agama di negara kita. Masyarakat semakin sadar bahwa di negara kita tidak hanya satu agama, tetapi beberapa agama yang saling menghormati satu sama lain. Terlebih di negara kita, ada kaidah Tri Kerukunan Umat Beragama, yaitu kerukunan antar umat seagama, kerukunan antara umat bergama, dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. Tentu, masyarakat akan semakin sadar bahwa dalam konteks bersosialisasi dalam kehidupan beragama di negara yang plural ini, ada pemersatu yaitu pemerintah.
Kemudian untuk memaknai sila yang kedua yaitu, kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, generasi muda saat ini bisa melakukan kegiatan bakti sosial melalui wadah komunitas mereka. Sehingga dengan kegiatan tersebut, maraknya komunitas sebagai ciri generasi muda tersebut, bisa digunakan generasi muda untuk mengaktualisasi diri dan mampu berkontribusi dalam kegiatan positif dan bermanfaat bagi sesama manusia.
Selanjutnya untuk mengimplementasikan sila ketiga, Persatuan Indonesia, generasi muda saat ini bisa melakukan tadabbur alam dan sosial di seluruh wilayah Indonesia. Baik tadabbur atau penghayatan terhadap kondisi alam lingkungannya dan tadabbur terhadap kondisi sosial atau dinamika sosial bangsa. Teknisnya, generasi muda sebagai generasi milenial yang dekat dan akrab dengan internet bisa menggalang jaringan generasi muda seluruh nusantara.
Manfaatnya, dengan membangun jaringan di seluruh nusantara, generasi muda saat ini juga bisa sadar akan bahaya hoax atau berita palsu yang beredar luar di dunia maya. Sehingga, dengan generasi muda sadar bahaya hoax, generasi muda yang terjaga kemurniannya bisa berperan positif dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
 Selain itu, manfaat dari tadabbur alam dan sosial tersebut, generasi muda saat ini juga sadar, ternyata kondisi alam Bangsa Indonesia luas dan kaya serta kondisi sosial penduduknya juga beraneka ragam.
Kemudian sebagai bentuk pengamalan pancasila sila yang keempat, generasi muda bisa mempraktikkan gambaran hidup berdemokrasi dan saling menghormati sejak dini dengan cara mengikuti organisasi seperti pramuka, dll.
Banyak manfaat jika generasi muda saat ini ikut organisasi positif, yang pertama hal tersebut bisa melatih keberanian para generasi muda, melatih sikap sikap saling menghormati saat musyawarah, menerima hasil musayawarah dengan penuh tanggungjawab dan lain sebagainya.
Selanjutnya, generasi muda saat ini bisa mengamalkan sila kelima dengan cara menghargai hasil karya orang lain. Teknisnya, generasi muda bisa menginfentaris hasil karya orang lain. Hasil karya bisa berupa karya yang bersifat tulis menulis ataupun bersifat event yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Sehingga jika semua sudah terkumpul, hasil karya tersebut bisa diedarkan dan diinikmati oleh seluruh Warga Negara Indonesia.
Kemudian bentuk literasi lainnnya yang dapat digunakan mendukung pancasila tetap sakti setelah membaca pancasila adalah dengan memaknai pancasila sesuai dengan bakat, minat dan sudut pandang masing-masing generasi muda.
Misalnya bagi generasi muda yang suka dunia tulis menulis, mereka bisa memaknai pancasila dari sudut karya sastra seperti puisi, cerpen, dan novel yang sifatnya membangun karakter positif generasi muda. Kemudian, setelah karya tersebut terkumpul lalu dijadikan buku untuk kemudian diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia.
Namun, generasi muda masa kini dalam menjaga pancasila agar tetap sakti via literasi tidak bisa sendirian. Mengingat, generasi muda masih perlu bimbingan dan arahan dari generasi yang lebih dewasa dalam bersikap. Oleh karena itu, dukungan dan teladan dari semua pihak khususnya para tokoh masyarakat dan para pemimpin bangsa sangatlah dibutuhkan oleh generasi muda saat ini.
Tentu, dengan harapan, gerakan literasi untuk menjaga pancasila tetap sakti bisa berjalan dengan baik dan bisa memberi manfaat bagi seluruh Warga Negara Indonesia. Dan generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa bisa melanjutkan perjuangan untuk menjaga Pancasila demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibanteng Kidul 01  Kota Semarang.


0 komentar:

Posting Komentar