Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Sabtu, 30 November 2019

On 02.48 by Nur Rakhmat in    1 comment

Membangun Keluarga Sadar Anak
(Refleksi Hari Anak Nasional)
Oleh : Nur Rakhmat
“Setiap anak adalah unik. Mereka memiliki bakat, minat, dan potensi yang berbeda. Bimbing dan didiklah mereka sesuai keunikannya.”
Itulah untaian kata yang terdapat dalam instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penuh hikmah dan nasehat mendalam serta sarat dengan pendidikan karakter di dalamnya. Dan tentunya mengandung maksud dan tujuan mulia yang semuanya bermuara untuk optimalnya tumbuh kembang anak, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Namun, untuk menerima dan memahami konsep tersebut jelas tidak mudah. Hal ini disebabkan masih ada orang tua yang belum bisa memahami perkembangan dan pertumbuhan anaknya dengan baik. Selain itu, masih ada orang tua yang selalu membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain yang menurut orang tua dirasa lebih hebat dari anaknya.
Contoh konkret yang sering kita jumpai adalah banyak orang tua yang masih berpegang prinsip bahwa konsep kepandaian tolak ukurnya hanya pada aspek kognitif atau intelektual saja. Misalnya saat penerimaan raport atau penilaian ulangan, masih ada orang tua yang merasa malu karena anaknya tidak pandai karena nilai matematikanya kurang baik.
Disadari atau tidak, jika konsep tersebut masih terus dibiarkan, hal tersebut pasti akan beresiko bagi perkembangan anak, utamanya bagi perkembangan mental dan psikologis anak. Lalu bagaimana langkah yang bisa dilakukan agar anak terhindar dari kesalahpahaman orang tua yang dapat berujung ke malpraktek pendidikan anak?
Keluarga Sadar Anak
Ya, keluarga sadar anak hemat kami adalah progam atau langkah konkret yang dapat diterapkan oleh orang tua atau pihak yang berkecimpung dalam dunia anak seperti guru dan pengasuh anak untuk menerapkan konsep pendidikan anak dengan baik sesuai dengan perkembangan anak.
Keluarga sadar anak juga merupakan langkah yang sangat tepat dilaksanakan oleh orang tua maupun guru untuk bisa membangun konsep positif anak agar menjadi generasi hebat dan berkarakter yang bisa membanggakan orang tua, bangsa, agama dan  negara serta bermanfaat untuk ummat manusia.
Selain itu, mengapa keluarga sadar anak tepat dan efektif diterapkan? Hal ini didasarkan kondisi nyata saat ini banyak anak yang telah berperilaku menyimpang atau tidak berperilaku sesuai dengan perkembangan mereka. Kondisi tersebut dikuatkan pada hasil penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 terdapat sekitar 80 juta anak telah mengakses pornografi daring. Selian itu, berdasar penelitian Kominfo bekerjasama dengan Unicef (2014) bahwa anak-anak berbohong mengenai usia untuk mendapat akses situs internet.(Kompas, 23 Juli 2018).
Kondisi tersebut jelas sangat menggambarkan bagaimana tidak sadarnya orang tua terhadap anak. Kondisi tersebut juga jelas menggambarkan bahwa kita masih belum sadar bahwa bahaya mengancam anak-anak kita di tempat yang kita anggap aman yaitu di rumah. Kita juga belum sadar bahwa kita telah menjerumuskan anak-anak kita dengan fasilitas yang ternyata kontrol kita juga kurang terhadap fasilitas tersebut, misalnya HP dan internet.
Maka dari itu, untuk menangkis efek negatif tersebut dibutuhkan keluarga sadar di dalamnya. Kemudian bagaimana bentuk keluarga sadar anak tersebut? Hemat penulis, keluarga sadar anak adalah keluarga yang benar-benar sadar dan menyadari keberadaan anak. Keluarga sadar anak adalah keluarga yang sadar bahwa anak adalah aset yang butuh bimbingan dan dorongan untuk berhasil.
Konkritnya, bentuk keluarga sadar anak hemat kami bisa dilihat dari akronim “SADAR” yang meliputi Sikapi, Amati, Demokrasi, Antisipasi dan Refleksi. Yang pertama adalah Sikapi. Sikapi di sini adalah bentuk reaksi positif terhadap apa yang dialami anak. Ini penting dilakukan karena tidak jarang banyak dari kita yang egois terhadap anak. Banyak dari kita memberikan hukuman kepada anak tanpa melihat apa sebabnya dan apa akibatnya bagi anak di kemudian hari.
Yang kedua adalah amati. Sebagai orang tua, hendaknya kita harus bisa lebih mengamati keseharian anak. Baik perilaku, sikap dan lingkungan keseharian anak. Ini sangat penting dilakukan, agar dalam menyikapi terhadap peristiwa yang menimpa anak, kita sebagai orang tua bisa bersikap bijak dan bisa memberi solusi tepat sehingga malpraktek terhadap anak bisa terhindarkan.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Munif Chatib seorang pakar Multiple intellegiences Indonesia dalam seminar pendidikan yang pernah kami ikuti, beliau mengatakan bahwa orang tua harus bisa menjadi penyelam yang baik untuk anak-anak. artinya orang tua harus benar-benar paham dan sadar terhadap anak.
Selanjutnya adalah demokratis. Sikap ini sangat penting diterapkan di lingkungan keseharian anak. Mengapa sikap demokratis sangat penting? Ini disebabkan dalam sikap demokratis kebebasan yang bertanggungjawab sangat dijunjung tinggi. Hal ini tentu sangat mendukung kedekatan anak dengan orang tua maupun guru. Sehingga dengan sikap demokratis anak terdorong untuk meniru perilaku positif orang tuanya tersebut.
Bentuk “Sadar” selanjutnya adalah antisipasi. Setelah kita mengetahui, mengamati dan menyikapi serta bersikap demokratis, sebagai orang tua kita juga hendaknya bisa mengantisipasi sikap negatif yang bisa menyerang anak. Misalnya dengan menambah porsi pendidikan agama, penanaman karakter positif dan teladan karakter terhadap anak.
Selain itu kita bisa membatasi penggunaan gadget terhadap anak, selain untuk mengantisipasi anak dari bahaya kekerasan dunia maya. Pembatasan penggunaan gadget terhadap anak juga bisa mencegah anak dari perilaku antisosial, kecanduan game online dan kemungkinan mengakses internet berkonten pornografi dan kekerasan cyber.
Dan bentuk “Sadar” yang terakhir adalah reflektif. Kita sebagai orang tua juga harus bisa mengevaluasi diri. Sudah sejauh mana kita memberikan teladan yang terbaik terhadap anak. Sudah sejauh mana kita mengawal dan mengawasi perkembangan anak anak kita. Sehingga saat kita mendapati perilaku menyimpang anak, kita bisa bertabayyun  dan bisa memberikan ganjaran yang tepat untuk anak.
Namun untuk membangun keluarga sadar anak, orang tua tidak bisa berdiri sendiri. Orang tua juga hendaknya berkolaborasi dengan guru, teman sepermaina anak dan lingkungan anak. selain itu, orang tua juga hendaknya juga bisa memahami anak, dan mampu membedakan mana yang merupakan kebutuhan anak dan mana yang merupakan keinginan anak.
Lalu orang tua hendaknya juga memberikan apresiasi terhadap sikap positif yang sudah dilakukan oleh anak. Hal ini dilakukan agar sikap orang tua terhadap anak seimbang. Artinya saat anak mampu berprestasi dan bersikap positif ganjaran dan motivasi positif wajib diterima anak dan sebaliknya jika anak melakukan sikap negatif, orang tua juga bisa memberikan hukuman yang mendidik dan proposional terhadap anak.
Selain itu, agar sikap sadar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik oran tua juga ataupun orang terdekat dengan anak juga hendaknya bisa memberikan tanggungjawab terhadap anak sebagai bentuk penghargaan dan kepedulian terhadap anak. Bentuknya mulai dari hal sederhana seperti menggosok gigi jika hendak tidur atau hal sederhana lain.  Hal ini sangat penting karena sikap positif yang baik itu tidak serta merta ada tetapi tumbuh dari kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh jika sebagai orang tua kita bisa membangun keluarga sadar anak dengan baik. Diantararanya terbentuknya karakter positif anak, keluarga yang harmonis, dinamis, dan saling peduli untuk selalu berbuat baik serta mempunyai kesamaan visi antar anggota keluarga.
Sehingga harapannya dari keluarga sadar anak tersebut, generasi bangsa yang cerdas, peduli, dan berkarakter bisa tumbuh dan berkembang dan bisa menjadi generasi unggul yang bisa membuat bangga Indonesia di dunia internasional. Tentu demi Indonesia yang lebih hebat dan bermoral.
Selamat Hari Anak Nasional
Nur Rakhmat, S.Pd.
Guru SDN Kalibantng Kidul 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. HP. 081542557038.

Artikel ini pernah dimuat di harian Tribun Jateng pada selasa, 24 Juli 2018
Silahkan klik

1 komentar: