Oleh: Nur Rakhmat, S.Pd

Minggu, 07 Februari 2021

On 20.29 by Nur Rakhmat in    1 comment

 

 

Nenekku Pahlawanku

kang.rakhmat

Bruukkk … aduuh sakiiit Maaa...tiba-tiba terdengar jeritan Akmal dari luar rumah. Seketika itu ayah dan ibu yang ada di ruang keluarga berhamburan keluar melihat apa yang terjadi. Terlihat Akmal mengerang kesakitan sambil memegangi lututnya yang berlumuran darah.

“Akmal, kamu kenapa Nak? Bukannya kamu tadi pamitan sama mama mau istirahat?” Akmal tidak menjawab pertanyaan ibunya, justru tangisan Akmal semakin lama makin keras. Waaaa … mama…sakit ma...hiks,,hiks... Tanpa menunggu lebih lama, papa Akmal langsung menggendong Akmal dan membawanya masuk ke rumah lalu merebahkan Akmal di kamar tidur.

Seketika itu Mysty yang sedari tadi sedang asyik main game, mematikan gamenya dan berlari menuju kamar,” Papa, kakak kenapa nangis? hiii…itu juga, kok banyak darah di lutut kakak Pa?”

“Nanti saja bertanyanya, Mys…kasihan kakakmu, lihat nangisnya semakin kencang bukan? Oiya, papa tolong ambilkan kapas, kasa pembalut, dan anti septik di kotak P3K ya sayang.”

Mysty langsung lari ke ruang keluarga mengambil obat yang tadi disebutkan ayah. Di kotak P3K semuanya lengkap dan tersedia. Karena memang dalam tradisi keluarga kami, wajib mempersiapkan obat-obatan ringan, seperti balsem, obat turun panas, vitamin, anti septik, dll di kotak P3K untuk berjaga-jaga bilamana ada kejadian serupa yang menimpa kakak.

“Pa, ini obatnya”, kata Mysty sambil harap-harap cemas kalau-kalau obat yang diambilnya salah.

“Trimakasih sayang!” Kata papa.

Horeeee teriak Mysty dalam hatinya. Ternyata obat yang diambilnya dari kotak P3K tidak salah.

Setelah itu papa langsung memberikan obatnya ke mama. Mama yang saat itu sedang membersihkan luka kakak dengan air hangat, langsung mengoleskan anti septik di lutut kakak supaya lukanya mengering. Setelah itu mama menutup lukanya dengan kapas dan membalutnya dengan kasa. Kakak masih terlihat menangis sesenggukan sambil sedikit menahan sakit akibat perihnya luka lecet dan memar di lututnya.

“Makanya lain kali hati-hati bermainnya.” Kata mama sambil terus memperbaiki balutan kasa di lutut Akmal.

“Masih sakit?” Timpal mama.

“Sudah agak baikan Ma.”

Dalam hati Akmal merasa bersalah terhadap mama dan papanya. Sebenarnya Akmal baru saja pulang latihan futsal untuk persiapan pertandingan minggu depan. Latihan yang sebenarnya tiap seminggu dua kali, dalam minggu ini dipadatkan menjadi seminggu empat kali.

Apalagi posisi Akmal di tim futsal sekolahnya adalah sebagai striker. Tentu kawan setimnya menginginkan Akmal untuk mampu menjebol gawang lawan. Dan yang lebih membuat Akmal sedih adalah dia takut jika Senin depan tidak bisa ikut bertanding gara-gara masih sakit akibat jatuh dari sepeda. Apalagi hari ini sudah Sabtu dan Senin depan tinggal menyisakan sehari lagi.

Akmal semakin bersalah dan khawatir karena di timnya tidak ada striker cadangan yang bisa menggantikan posisi Akmal guna menghadapi pertandingan Senin depan. Bagaimana nanti reaksi teman-teman setim, jika mereka tahu bahwa sakitnya diakibatkan karena kecerobohannya sendiri akibat tidak mematuhi anjuran pelatih untuk istirahat cukup setelah latihan.

Coba kalau tadi aku menuruti anjuran pelatih, gerutu Akmal dalam hati sambil melihat mama, papa, dan adiknya yang sedang sibuk merawat luka di lututnya.

“Maaa, maafin Akmal ya, tadi Akmal bohong sama mama…sebenarnya tadi mau istirahat, tapi Akmal pikir mainan sepeda dulu lebih enak, ee…tidak taunya jatuh…hiks..hiks.., kata Akmal kepada mamanya sambil menangis.

Mama, tersenyum mendengar pengakuan dari Akmal, “sudah jangan dipirkankan lagi, sudah mama maafin kok, jagoan mama lain kali nasihat mama, papa, dan pelatih dituruti ya,kan besok kamua mau bertanding.” Lanjut mama.

“Makanya kaakk… lain kali jangan ngeyel, tuh jatuh kan…he he he” kata Mysty sambil sedikit bercanda.

“Mysty sayang, kakaknya sedang sakit kok diledek.” Kata papa sambil memberi isyarat Mysty untuk diam.

Terlihat Akmal terus meringis menahan sakit. Memang, lukanya sudah agak baikan, tetapi Akmal masih merasakan sakit dilutut. Lututnya masih terlihat bengkak, padahal sudah diolesi balsem oleh mamanya.

“Mam…kelihatannya lutut Akmal terkilir deh, sebaiknya kita bawa ke tukang urut, gmana ma…” kata papa yang terlihat serius memegangi lutut Akmal sambil sesekali mengurutnya.

“Tapi dimana pa, lagian ini sudah menjelang magrib…kalaupun ada kemungkinan jauh, nanti Akmal juga yang kasihan dibonceng motor terlalu lama, takutnya justru lebih parah terkilirnya”. Kata mama yang terlihat kebingungan.

Tiba-tiba pintu pagar rumah ada yang mengetuk diikuti ucapan salam dari luar rumah. Mysty yang saat itu sedang ikut-ikutan bingung seketika lari menuju arah suara sambil teriak.  “Neneeeek…!” Mysty langsung memeluk neneknya yang baru datang dan menggandeng tangan nenek masuk ke rumah. Nenekpun hanya tersenyum-senyum melihat tingkah polah Mysty.

“Lo…nenek diantar siapa? Kakek kemana nek?” Tanya mama sambil meminta nenek duduk.

“Nenek sendirian, tadi diantar kakek sampai terminal, kebetulan nanti malam kakek ada pertemuan bapak-bapak di balai kelurahan, lo Akmal kok nggak kelihatan kemana?” Tanya nenek.

“Tadi Akmal terjatuh dari sepeda dan kakinya terkilir nek… sekarang dia ada di kamarnya.” Tukas papa.

Lalu nenek masuk ke kamar Akmal yang saat itu sedang terbaring menahan nyeri di lututnya. Buru-buru Akmal bangkit dan ingin memeluk neneknya yang baru datang.

“Sudah tiduran saja…biar nenek yang ke situ, kamu kenapa sayaaang..?”

Akmal kemudian bercerita panjang lebar kronologi kejadian bagaimana dia sampai terjatuh dan kebingungan yang dia rasakan sekarang untuk persiapan pertandingan besok. Papa dan mama Akmalpun ikut menceritakan kalau Akmal terkilir namun kebingungan mencari tukang urut terdekat.

“Ooo seperti itu to kejadiannya..sudah jangan kuatir, mysty..di kotak P3K ada minyak urut tidak ?” Tanya nenek.

“Ada nek, sebentar Mysty ambilkan”. Mysty lalu berlari mengambil minyak urut dan memberikannya ke nenek.

“Nenek tidak istirahat dulu… apa tidak nenek tidak capai, kan nenek baru tiba.” Tanya mama.

“Tidak apa-apa, kasihan Akmal nanti kalau dibiarkan terlalu lama, bisa-bisa ototnya kaku dan dia tidak bisa ikut pertandingan besok”. Tukas nenek. Kemudian dengan cekatan nenek mengurut lutut Akmal yang terkilir. Akmal terlihat menangis menahan sakit, nenekpun tersenyum melihat cucunya meringis-ringis menahan sakit.

“Sudah…jangan nangis, sekarang mandi dan istirahatlah, pasti nanti sudah lebih baik”, kata nenek sambil memberikan beberapa nasehat ke Akmal untuk lebih patuh dan disiplin membagi waktu.

“Iya nek.” Jawab Akmal. Dalam hati Akmalpun berjanji akan disiplin membagi waktu antara belajar, latihan, bermain dan istirahat.

Kemudian Akmal mandi lalu istirahat sesuai arahan nenek. Ajaib! Setelah istirahat, badan Akmal yang tadinya masih pegal dan lututnya nyeri tiba-tiba sudah lebih mendingan lagi. Dan Akmalpun gembira, karena dia tidak mengecewakan teman setimnya untuk pertandingan futsal Senin depan.

Sambil menangis haru, Akmal lalu berlari menghampiri nenek dan memeluknya erat. “Nek…nenek benar-benar pahlawan buat Akmal!”. Nenek Akmalpul tersenyum mendengar ucapan cucunya. Dan Akmal berjanji, jika menang dalam pertandingan esok, kemenangan tersebut akan didedikasikan ke neneknya tersayang.

Sekian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     

 

1 komentar:

  1. No absen:30

    Tema : nenek pahlawan ku

    Tokoh:akmal,kakek,nenek,mama,papa,mysty

    Sifat tokoh : nenek : penyayang dan sabar akmal: ceroboh dan bertanggung jawab
    Mysty: suka tolong menolong

    Mama : peyayang,sabar,suka tolong menolong

    Papa : suka tolong menolong



    Alur : akmal kemudian bercerita panjang lebar kronologi kejadian bagaimana dia sampai terjatuh


    Latar : peristiwa tersebut terjadi saat akmal naik sepeda

    Amanah : kita tidak boleh berbohong dan harus ber hati-hati saat naik sepeda

    BalasHapus