Minggu, 07 Februari 2021
Nenekku Pahlawanku
kang.rakhmat
Bruukkk
… aduuh sakiiit Maaa...tiba-tiba terdengar jeritan Akmal dari luar rumah. Seketika
itu ayah dan ibu yang ada di ruang keluarga berhamburan keluar melihat apa yang
terjadi. Terlihat Akmal mengerang kesakitan sambil memegangi lututnya yang berlumuran
darah.
“Akmal,
kamu kenapa Nak? Bukannya kamu tadi pamitan sama mama mau istirahat?” Akmal
tidak menjawab pertanyaan ibunya, justru tangisan Akmal semakin lama makin keras.
Waaaa … mama…sakit ma...hiks,,hiks... Tanpa menunggu lebih lama, papa Akmal
langsung menggendong Akmal dan membawanya masuk ke rumah lalu merebahkan Akmal
di kamar tidur.
Seketika
itu Mysty yang sedari tadi sedang asyik main game, mematikan gamenya dan
berlari menuju kamar,” Papa, kakak kenapa nangis? hiii…itu juga, kok banyak
darah di lutut kakak Pa?”
“Nanti
saja bertanyanya, Mys…kasihan kakakmu, lihat nangisnya semakin kencang bukan?
Oiya, papa tolong ambilkan kapas, kasa pembalut, dan anti septik di kotak P3K
ya sayang.”
Mysty
langsung lari ke ruang keluarga mengambil obat yang tadi disebutkan ayah. Di
kotak P3K semuanya lengkap dan tersedia. Karena memang dalam tradisi keluarga
kami, wajib mempersiapkan obat-obatan ringan, seperti balsem, obat turun panas,
vitamin, anti septik, dll di kotak P3K untuk berjaga-jaga bilamana ada kejadian
serupa yang menimpa kakak.
“Pa,
ini obatnya”, kata Mysty sambil harap-harap cemas kalau-kalau obat yang diambilnya
salah.
“Trimakasih
sayang!” Kata papa.
Horeeee
teriak Mysty dalam hatinya. Ternyata obat yang diambilnya dari kotak P3K tidak
salah.
Setelah
itu papa langsung memberikan obatnya ke mama. Mama yang saat itu sedang membersihkan
luka kakak dengan air hangat, langsung mengoleskan anti septik di lutut kakak
supaya lukanya mengering. Setelah itu mama menutup lukanya dengan kapas dan membalutnya
dengan kasa. Kakak masih terlihat menangis sesenggukan sambil sedikit menahan sakit
akibat perihnya luka lecet dan memar di lututnya.
“Makanya
lain kali hati-hati bermainnya.” Kata mama sambil terus memperbaiki balutan
kasa di lutut Akmal.
“Masih
sakit?” Timpal mama.
“Sudah
agak baikan Ma.”
Dalam
hati Akmal merasa bersalah terhadap mama dan papanya. Sebenarnya Akmal baru saja
pulang latihan futsal untuk persiapan pertandingan minggu depan. Latihan yang
sebenarnya tiap seminggu dua kali, dalam minggu ini dipadatkan menjadi seminggu
empat kali.
Apalagi
posisi Akmal di tim futsal sekolahnya adalah sebagai striker. Tentu kawan
setimnya menginginkan Akmal untuk mampu menjebol gawang lawan. Dan yang lebih membuat
Akmal sedih adalah dia takut jika Senin depan tidak bisa ikut bertanding
gara-gara masih sakit akibat jatuh dari sepeda. Apalagi hari ini sudah Sabtu
dan Senin depan tinggal menyisakan sehari lagi.
Akmal
semakin bersalah dan khawatir karena di timnya tidak ada striker cadangan yang
bisa menggantikan posisi Akmal guna menghadapi pertandingan Senin depan.
Bagaimana nanti reaksi teman-teman setim, jika mereka tahu bahwa sakitnya
diakibatkan karena kecerobohannya sendiri akibat tidak mematuhi anjuran pelatih
untuk istirahat cukup setelah latihan.
Coba
kalau tadi aku menuruti anjuran pelatih, gerutu Akmal dalam hati sambil melihat
mama, papa, dan adiknya yang sedang sibuk merawat luka di lututnya.
“Maaa,
maafin Akmal ya, tadi Akmal bohong sama mama…sebenarnya tadi mau istirahat,
tapi Akmal pikir mainan sepeda dulu lebih enak, ee…tidak taunya
jatuh…hiks..hiks.., kata Akmal kepada mamanya sambil menangis.
Mama,
tersenyum mendengar pengakuan dari Akmal, “sudah jangan dipirkankan lagi, sudah
mama maafin kok, jagoan mama lain kali nasihat mama, papa, dan pelatih dituruti
ya,kan besok kamua mau bertanding.” Lanjut mama.
“Makanya
kaakk… lain kali jangan ngeyel, tuh jatuh kan…he he he” kata Mysty sambil sedikit
bercanda.
“Mysty
sayang, kakaknya sedang sakit kok diledek.” Kata papa sambil memberi isyarat Mysty
untuk diam.
Terlihat
Akmal terus meringis menahan sakit. Memang, lukanya sudah agak baikan, tetapi Akmal
masih merasakan sakit dilutut. Lututnya masih terlihat bengkak, padahal sudah
diolesi balsem oleh mamanya.
“Mam…kelihatannya
lutut Akmal terkilir deh, sebaiknya kita bawa ke tukang urut, gmana ma…” kata
papa yang terlihat serius memegangi lutut Akmal sambil sesekali mengurutnya.
“Tapi
dimana pa, lagian ini sudah menjelang magrib…kalaupun ada kemungkinan jauh, nanti
Akmal juga yang kasihan dibonceng motor terlalu lama, takutnya justru lebih
parah terkilirnya”. Kata mama yang terlihat kebingungan.
Tiba-tiba
pintu pagar rumah ada yang mengetuk diikuti ucapan salam dari luar rumah. Mysty
yang saat itu sedang ikut-ikutan bingung seketika lari menuju arah suara sambil
teriak. “Neneeeek…!” Mysty langsung
memeluk neneknya yang baru datang dan menggandeng tangan nenek masuk ke rumah. Nenekpun
hanya tersenyum-senyum melihat tingkah polah Mysty.
“Lo…nenek
diantar siapa? Kakek kemana nek?” Tanya mama sambil meminta nenek duduk.
“Nenek
sendirian, tadi diantar kakek sampai terminal, kebetulan nanti malam kakek ada
pertemuan bapak-bapak di balai kelurahan, lo Akmal kok nggak kelihatan kemana?”
Tanya nenek.
“Tadi
Akmal terjatuh dari sepeda dan kakinya terkilir nek… sekarang dia ada di
kamarnya.” Tukas papa.
Lalu
nenek masuk ke kamar Akmal yang saat itu sedang terbaring menahan nyeri di lututnya.
Buru-buru Akmal bangkit dan ingin memeluk neneknya yang baru datang.
“Sudah
tiduran saja…biar nenek yang ke situ, kamu kenapa sayaaang..?”
Akmal
kemudian bercerita panjang lebar kronologi kejadian bagaimana dia sampai
terjatuh dan kebingungan yang dia rasakan sekarang untuk persiapan pertandingan
besok. Papa dan mama Akmalpun ikut menceritakan kalau Akmal terkilir namun
kebingungan mencari tukang urut terdekat.
“Ooo
seperti itu to kejadiannya..sudah jangan kuatir, mysty..di kotak P3K ada minyak
urut tidak ?” Tanya nenek.
“Ada
nek, sebentar Mysty ambilkan”. Mysty lalu berlari mengambil minyak urut dan
memberikannya ke nenek.
“Nenek
tidak istirahat dulu… apa tidak nenek tidak capai, kan nenek baru tiba.” Tanya
mama.
“Tidak
apa-apa, kasihan Akmal nanti kalau dibiarkan terlalu lama, bisa-bisa ototnya
kaku dan dia tidak bisa ikut pertandingan besok”. Tukas nenek. Kemudian dengan
cekatan nenek mengurut lutut Akmal yang terkilir. Akmal terlihat menangis
menahan sakit, nenekpun tersenyum melihat cucunya meringis-ringis menahan
sakit.
“Sudah…jangan
nangis, sekarang mandi dan istirahatlah, pasti nanti sudah lebih baik”, kata
nenek sambil memberikan beberapa nasehat ke Akmal untuk lebih patuh dan
disiplin membagi waktu.
“Iya
nek.” Jawab Akmal. Dalam hati Akmalpun berjanji akan disiplin membagi waktu
antara belajar, latihan, bermain dan istirahat.
Kemudian
Akmal mandi lalu istirahat sesuai arahan nenek. Ajaib! Setelah istirahat, badan
Akmal yang tadinya masih pegal dan lututnya nyeri tiba-tiba sudah lebih
mendingan lagi. Dan Akmalpun gembira, karena dia tidak mengecewakan teman
setimnya untuk pertandingan futsal Senin depan.
Sambil
menangis haru, Akmal lalu berlari menghampiri nenek dan memeluknya erat. “Nek…nenek
benar-benar pahlawan buat Akmal!”. Nenek
Akmalpul tersenyum mendengar ucapan cucunya. Dan Akmal berjanji, jika menang
dalam pertandingan esok, kemenangan tersebut akan didedikasikan ke neneknya
tersayang.
Sekian.
Search
Video
Kurtilas
Kategori
Arsip Blog
-
▼
2021
(54)
-
▼
Februari
(22)
- Sabtu Pagi di Pasadena
- GURIT SENDIKA (Antologi Geguritan)
- Tilik Sekolah
- DOMINEMA (Dongeng Mini Enam A) Persiapan Langkah d...
- CONTOH PIDATO TEMA PENDIDIKAN
- Prestasi (Bukan) Hanya Inteligensi
- Nenekku Pahlawanku
- Anak Gadis Bermata Sendu
- Komentar Cilla
- PIDATO TEMA TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
- Pantun Nasihat Nur Rakhmat
- Aduhai Indah Kau Indahnya
- Senyum Manis Ustadz Kanta
- Belajar Nyata Maya
- Contoh pidato Lomba Mapsi
- Contoh Pidato Lomba Siswa Berprestasi
- Naskah. Simposium Guru 2016
- Tiga Kurcaci Pemberani
- Sepanjang Jalan Terkembang
- Parlemen Modern dan Edukasi Konstitusi
- Kasih Di Ujung Waktu
- Udan Isuk Iki
-
▼
Februari
(22)
No absen:30
BalasHapusTema : nenek pahlawan ku
Tokoh:akmal,kakek,nenek,mama,papa,mysty
Sifat tokoh : nenek : penyayang dan sabar akmal: ceroboh dan bertanggung jawab
Mysty: suka tolong menolong
Mama : peyayang,sabar,suka tolong menolong
Papa : suka tolong menolong
Alur : akmal kemudian bercerita panjang lebar kronologi kejadian bagaimana dia sampai terjatuh
Latar : peristiwa tersebut terjadi saat akmal naik sepeda
Amanah : kita tidak boleh berbohong dan harus ber hati-hati saat naik sepeda